NovelToon NovelToon
Memeluk Yudistira

Memeluk Yudistira

Status: tamat
Genre:Tamat / ketos / Playboy / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Gulla

Ini tentang Naomi si gadis cantik ber-hoodie merah yang dibenci ibu dan kakaknya karena dianggap sebagai penyebab kematian sang ayah.

Sejak bertemu dengan Yudistira hidupnya berubah. Tanpa sadar Naomi jatuh cinta dengan Yudistira. Pria yang selalu ada untuknya.

Namun sayangnya mereka dipisahkan oleh satu garis keyanikan. Terlebih lagi tiba-tiba Naomi divonis mengidap kanker leukimia.

Apakah semesta memberikan Naomi kesempatan untuk memperjuangkan cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gulla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

***

Kendaraan yang berlalu lalang terlihat dari balik jendela. Yudistira memilih duduk di salah satu kursi cafe paling pojok mengawasi Naomi. Ia sengaja mengambil posisi yang jarak cukup jauh dengan Naomi. Kemarin ketika

gadis itu mengatakan akan kerja kelompok di cafe dengan teman-temannya, Yudistira  mempersiapkan diri untuk mengikuti mereka.

Menurut Yudistira tingkahnya konyol. Ia seperti orang kerjaan menghabiskan waktunya untuk melakukan hal yang tak berguna. Seharusnya ia di cafe menghitung uang bukan menghabiskan uangnya di cafe orang lain.

Ketika Yudistira ingin membuka buku menu. Mata Yudistira melotot disaat melihat tangan Leo tidak sengaja memegang tangan Naomi. Tangan Yudistira terkepal, rahangnya mengeras menahan amarah.

Berani sekali orang itu.

"Kakak mau pesan apa?" Suara seorang pelayan menyadarkan Yudistira dari lamunan.

"Buatkan Spaghetti dan Es Jeruk." Jawab Yudistira cepat. Matanya tak lepas mengamati Naomi. Hatinya memanas dengan tingkah Leo yang kegenitan. Seperti sekarang Leo berusaha menempelkan bahunya dengan Naomi. Yudistira tanpa sadar menggebrak meja keras.

BUGH!

Seketika seluruh orang di Cafe menatap Yudistira begitu juga Naomi. Yudistira meringis, penyamarannya ketahuan juga. Bodoh sekali dirinya yang tidak bisa menahan diri. Tidak mungkin bukan ia cemburu dengan Leo? Naomi tidak boleh tahu jika ia sengaja kesini untuk memata-matai mereka.

"Kak Yudistira?" Panggil Naomi, ia terkejut mendapati Bosnya di cafe ini. Apa yang dilakukan bosnya disini? Naomi tidak berani menanyakan hal itu ke bosnya.

Yudistira yang tidak ingin Naomi curiga. Ia bangkit menghampiri mereka. Yudistira duduk di sebelah kanan Naomi memisahkan jarak antara Leo dan Naomi. Yudistira tidak ingin mereka dekat. Lalu Ia tersenyum tipis ke tiga orang di hadapannya.

"Hai." Sapa Yudistira.

"Kakak anak Pandawakan?" Nara berbinar ketika bisa melihat salah satu dari Pandawa. Mereka terkenal sekali di dunia media sosial. Pandawa itu keturunan Sultan bukan hanya itu mereka juga berprestasi. Yudistira pandai dalam

berbisnis, Arjuna juara olimpiade matematika tingkat nasional dan atlit memanah, Bima atlit taekwondo, Nakula ahli programmer dan Sadewa penyanyi sekaligus pencipta lagu.

"Iya."

"Kenal Naomi?"

"Iya."

"Keren banget, Lo kok nggak cerita ke gue kenal sama salah satu anak Pandawa." Protes Nara. Leo yang mendengar itu kesal. Ia menatap tajam Yudistira seakan menantang. Begitu juga dengan Yudistira yang balas menatapnya. Hawa panas menggelegar diantara mereka berdua.

"Biasa aja nggak keliatan keren." Balas Leo tidak setuju dengan perkataan Nara.

"Dari pada lo nggak ada bagusnya hobi memelihara nilai bebek." Leo tersenyum kecut mendengar sindiran Nara. Kalau soal nilai otaknya bisa apa. Kemampuannya cuma bisa segitu.

"Kak Yudistira ini kebetulan bos di cafe tempat aku kerja." Naomi menejelaskan kepada teman-temannya. Ia tidak ingin mereka berpikir macam-macam.

"Wow, tahu gitu kita belajar di tempat Kak Yudistira aja." Nara kecewa karena baru tahu hal ini. Siapa tahu jika mereka berada di cafe Yudistira maka peluangnya untuk bertemu dengan Pandawa yang lain lebih besar.

Naomi diam, ia tidak tahu harus mengatakan apa. Ditambah ada Yudistira didekatnya. Ia takut salah berbicara lalu Yudistira mengancam akan memecatnya. Sekarang hidupnya berada di tangan pria itu. Maka Naomi berusaha sekuat mungkin agar tidak membuat Yudistira kecewa padanya.

"Ini cara ngitungnya gimana?" Leo berusaha menarik perhatian Naomi agar tidak membahas Yudistira lagi. Ia sudah muak. Jadi Leo menunjukan sebuah soal matematika yang menurutnya susah. Kepalanya memang tidak pernah bisa diajak bekerja sama. Kadang ia juga bingung kenapa ia bisa naik kelas dengan otaknya yang pas-pasan ini.

Yudistira memandang Leo remeh. Ternyata pria itu bukanlah tandingannya. Mencari nilai X di persamaan kuadrat saja tidak bisa. Apalagi mau bersaing dengannya. Sudah pasti akan tumbang. Sudah di pastikan Naomi tidak akan tertarik dengan anak tengil itu.

Naomi mengeluarkan kertas coret-coretan. Lalu menjelaskan proses penghitungannya beserta rumusnya dengan perlahan agar Leo memahaminya.

"Di sini!" Yudistira memberikan petunjuk pada pelayan yang membawa menu makanannya untuk ke sini. Tadi Yudistira pindah tempat tanpa konfirmasi jadi membuat pelayan tersebut bingung.

"Kalian kalau mau makan pesan saja. Saya yang bayar." Ujar Yudistira membuat Nara berbinar, Naomi tersenyum tidak enak sedangkan Leo kesal dengan kesombongan pria itu.

"Beneran kak?" Tanya Nara.

"Iya."

Kemudian Nara memanggil pelayan memesan beberapa cemilan dan minuman untuk mereka. Ia tahu kalau Naomi dan Leo pasti canggung jadi dia berinsiatif. Naomi menatap Yudistira yang sibuk menghabisi makanannya. Ia bingung kenapa Yudistira harus sebaik ini. Meski irit bicara. Menurutnya karakter pria itu susah ditebak, mungkin jika orang hanya melihatnya dari luar pasti mengira Yudistira itu sombong dan arogan tapi kenyataannya pria itu sangat tulus.

"Kenapa melihat saya seperti itu?" Yudistira memergoki Naomi yang tengah menatapnya.

Pipi Naomi merona, ia gelagapan lalu kembali melihat ke materi. Jantungnya berdebar ditatap balik sedemikan rupa oleh Yudistira. Matanya melirik sedikit ke arah pria itu, untunglah Yudistira kembali melanjutkan makannya.

****

"Kak Yudis kita mau kemana?" Bisik Naomi ketika tahu jalan yang dituju Yudistira berbeda dengan Cafe.

"Lapangan, kita belajar motor." Naomi membulatkan matanya terkejut. Seharusnya ia bekerja bukan latihan. Jika ia latihan berarti hari ini ia tidak akan mendapatkan uang. Mau makan apa dia besok.

"Kak, sebaiknya kita kembali ke cafe. Aku ada shift."

"Tidak."

Suara Yudistira begitu dingin seolah tidak ingin dibantah. Tepatnya pria itu ingin segera Naomi mengakhiri perjanjian konyolnya dengan Vano.

"Tapi kak, nanti aku tidak dapat uang," Naomi menjelaskan kegelisahannya.

"Disini saya bosnya. Nurut sama saya atau saya pecat." Bukannya menjawab kekhawatiran Naomi. Justru sebaliknya pria itu malah mengancam Naomi dengan kata di pecat. Bagi Naomi itu adalah kata-kata kramat.

"Baik Pak bos." Balas Naomi Lesu. Ia hanya bisa menuruti Yudistira sekarang. Hidupnya benar-benar ada digenggaman pria itu.

Ketika mereka sampai di lapangan. Naomi terkejut melihat saudara-saudara Yudistira. Dulu ia mengira mereka adalah teman bosnya. Namun semenjak mendengar cerita Nara mengenai Pandawa ia jadi tahu siapa mereka. Ia

tidak menyangka akan terjebak dikelilingi 5 cowok tampan seperti mereka.

"Siapa yang suruh kalian kesini?" Yudistira langsung marah melihat adik-adiknya yang kepo dengan kehidupannya.

"Kalau cuma berdua aja gue takut nanti ada yang ketiga diantara Lu sama kakak ipar kecil." Jawab Bima yang membuat Yudistira mengembuskan napas kasar. Naomi berdiri di belakang Yudistira. Ia sedikit bingung dengan sebutan kakak ipar kecil dari mereka. Siapa yang mereka maksud kakak ipar? Apa itu dirinya? Naomi jadi malu. Pasti mereka berpikir ia dan Yudistira ada hubungan padahal mereka hanya sekedar bawahan dan bos.

"Kenalin dulu kakak ipar kecil sama kita-kita." Sadewa menatap sosok Naomi penasaran. Mereka belum berkenalan secara formal.

"Okey tapi jangan ganggu Naomi." Lalu Yudistira mengisyaratkan Naomi untuk maju berkenalan dengan Pandawa.

"Gue Arjuna."

"Bima."

"Nakula terus ini Sadewa."

Naomi sudah tahu nama mereka hanya kurang tahu wajahnya. Karena Nama mereka diambil dari sejarah kisah perwayangan. Setiap pelajaran bahasa Jawa di sekolah pasti akan diceritakan kisah-kisah mereka.

"Udahkan kenalannya, kita mau latihan dulu."

"Gue kira lu mau pake cara B." Arjuna satu-satunya yang tahu rencana Yudistira bertukar tempat dengan Naomi untuk melawan Geovano.

"Dia terlalu keras kepala untuk pindah ke jalur B." Balas Yudistira.

"Jalur B?" Kini Sadewa yang penasaran. Ia menatap kedua kakaknya yang sedang menyembunyikan sesuatu.

"Ckckck, lu berdua kebiasaan main rahasia. Kalian lupa konsep berbagi yang diajarkan bunda. Kalau kita itu saudara nggak boleh ada rahasia yang disembunyikan." Omong kosong Bima terdengar membuat Arjuna memutar bola mata. Bima itu suka menggungkit konsep berbagi jika ada hal seperti ini.

"Jangan bilang rencana B yang kalian maksud itu lu mau tukeran posisi sama Naomi buat lawan Vano." Otak encer Nakula menjawab kebingungan Bima dan Sadewa.

"Apa?"

"Serius?"

"Bukannya lu masih trauma balapan." Naomi terdiam mendengar kalimat barusan. Lalu ia menatap Yudistira dalam, jadi bosnya memiliki trauma balapan.

"Trauma?"

Suara kecil Naomi membuat suasana hening. Yudistira menghembuskan napas kasar. Yang tidak ia suka dari ketiga bersaudara adalah mulutnya yang ember. Kalau begini Naomi akan salah paham padanya.

"Kakak pertama pernah kecelakaan kakinya hampir lumpuh gara-gara balapan dulu."

Deg! Lalu kenapa kemarin Yudistira memaksa untuk berganti posisi. Jika pria itu pernah mengalami hal sedemikian rupa.

"Jangan dengarkan mereka. Lebih baik kita latihan. Semakin cepat semakin baik." Hancur sudah rencana B nya. Naomi pasti tidak akan mau menukar posisinya.

Kemudian Yudistira membawa Naomi untuk duduk di depan motor. Sedangkan Yudistira di belakang. Ia menjelaskan fungsi seperti rem, klakson dan lain-lain yang ada di motor.

"Kaki kakak ipar kecil sekali liat nggak nyampe hahahahha..." Suara Bima membuyarkan penjelasan Yudistira.

Benar saja Naomi merasa ciut ketika kakinya tidak bisa memijak bumi karena ukuran motor Yudistira yang besar. Apa dia bisa melanjutkan balapan ini? Jujur Naomi takut kehilangan keseimbangan tapi ia percaya jika ia bisa.

Ia tidak boleh kalah dengan Vano atau pria itu tidak akan pernah berhenti menggangunya.

"Gue pinjem Satria punya lu Dewa." Yudistira mengisyaratkan Sadewa membawa motornya. Motor Sadewa sepertinya lebih cocok untuk Naomi tidak terlalu tinggi dan berat.

"Okey."

"Kita ganti motor." Seru Yudistira pada Naomi. Gadis itu hanya bisa menurut. Lalu naik kembali ke satria merah milik Sadewa.

"Kamu gas pelan-pelan aja. Kalau berhasil dua atau empat putaran baru tambah kecepatannya." Naomi mengangguk, ia harus bisa. Motor satria merah tersebut melaju menyusuri pinggir lapangan.

"Kakak ipar kecil hebat juga ternyata." Ujar Nakula.

"Kalau nggak hebat mana mungkin bisa bikin Kak Yudis klepek-klepek." Balas Sadewa.

"Mending lu berdoa motor lu nggak bakal lecet dimainin amatiran." Ucapan Bima membuat Sadewa panik. Tepat saat itu juga dugaan Bima benar. Motor yang Naomi kendarai oleng. Untungnya Yudistira dengan sigap menahannya.

"Hampir bro." Sadewa bernapas lega. Jika saja Naomi melaju cepat pasti tadi motornya benar-benar lecet.

"Kalian percaya aja sama Yudistira. Dia sampai rela ngelawan rasa traumanya hanya untuk Naomi." Arjuna berkata dengan bijak.

"Punya nomernya kakak ipar kecil?" Tanya Bima.

"Nggak buat apa?"

"Masukin di grup dong. Biar kita bisa bully Yudistira sekaligus meres duitnya." Ujar Bima dengan licik.

"Ide bagus. Nanti malem kita bobol HP nya Yudistira." Nakula setuju dengan ucapan Bima.

Mereka duduk mengamati kedua orang itu mengendarai motor mengelilingi lapangan. Sudah lebih dari lima kali mereka berputar. Naomi masih agak canggung, ternyata agak sulit untuk amatir seperti dirinya. Ditambah ada Yudistira dibelakangnya meski pria itu membantunya, tapi tak jarang membuatnya gugup disaat tubuh mereka tak sengaja bersentuhan.

Seperti sekarang di bawah langit senja. Naomi menahan napas ketika dada bidang Yudistira tidak sengaja mengenai punggungnya atau ketika tangannya yang tiba-tiba ikut memegang gas. Kenapa belajar motor jadi wahana uji adrenalin. Jantung Naomi berdebar tak karuan. Apalagi tadi ketika ia tidak bisa mengendalikan motornya. Tangan Yudistira tiba-tiba menyentuh tangannya untuk mengerem.

"Lanjut besok bagaimana?"

"Sekali lagi kak."

"Oke dengan syarat buatkan aku makanan yang enak setelah ini." Pipi Naomi merona mendengar itu. Ia tidak bisa membayangkan jika seharian ini akan bersama Yudistira. Entahlah hatinya seperti bunga bermekaran di dekat pria itu.

***

1
gulla daisy
sedih ceritanya tapi bagus
gulla daisy
Kasian Naomi
gulla daisy
Sedih banget novelnyaaa
wgulla_
ayo
Damiri
awas aja
Damiri
naomi sabar ya
Damiri
sedih jadi naomi
Damiri
lanjut
Damiri
bagusss
Damiri
lanjut suka kak
Damiri
bagus
Damiri
bagus sekali aku suka
Binti Masfufah
menarik
wgulla_: udh lanjut kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!