Pernikahan Dini

Malam ini Rafli dan Wina menghabiskan malam dengan berolah raga bersama. Wina yang kemarin hanya diam dan membiarkan Rafli yang bekerja, sekarang Wina sudah bisa mengimbangi Rafli.

Saat Rafli sedang bermain dengan Boba Wina, tangan Wina juga tidak diam. Tangan Wina bermain dengan adik Rafli.

Keduanya sangat menikmati olah raga malamnya. Wina kali ini tidak mau di buat tanda merah di lehernya lagi. Karena Wina merasa malu nantinya.

Sekarang Wina sudah tidak merasa kesakitan. Walau awalnya sakit, tapi lama lama sakit itu hilang dan berubah jadi rasa nikmat.

"Kak...."

"Iya sayang."

"Terus. Yang lebih cepat."

"Baiklah. Aku akan turuti kemauan kamu."

Rafli mengeluarkan tenaga supernya saat Wina meminta lebih kencang.

Wina sampai mulutnya tidak bisa berhenti bersuara. Suara yang keluar dari mulut Wina justru membuat Rafli makin bersemangat.

Rafli mengajak Wina ganti gaya dan Wina hanya mengikuti keinginan Rafli.

Satu jam keduanya menikmati olah raga malam. Sampai keringat pun bercucuran

.padahal AC menyala tapi tetap saja keduanya berkeringat.

"Kak, Wina sudah ngga kuat," Wina sudah duluan pelepasan. Makanya sudah merasa lemas. Sedang Rafli belum ada tanda tanda pelepasan.

"Iya sayang, bentar lagi."

Rafli melihat Wina yang sudah lemas jadi kasihan. akhirnya Rafli pun bersiap akan memuntahkan lahar panasnya.

"Sayang, aku mau muntah."

Rafli dengan cepat mengerjakan pinggangnya. Saking kencangnya sampai berbunyi seperti benda benturan.

"Kak, ah...x3."

"Sayangggggg...."

Rafli akhirnya memuntahkan lahar panas. Rafli sampai lemas dan jatuh di atas badan Wina.

Keduanya sama sama lemas dan tergeletak setelah selesai berolah raga.

Nafas keduanya sama sama memburu. Setelah nafas keduanya stabil, Rafli mengajak Wina ke kamar mandi untuk bersih bersih.

Rafli menggendong Wina ke kamar mandi. Setelah bersih bersih keduanya langsung tidur karena sudah malam.

Esok harinya Rafli sudah selesai menyiapkan semua keperluan yang akan di bawa ke Singapura.

Siang hari Wina membuatkan jus buah untuk Rafli.

"Ini kak jus nya," sambil membawa gelas.

"Iya. Makasih."

Rafli meminumnya sampai habis. Setelah habis jusnya, Rafli menarik Wina untuk di peluknya.

"Nanti kalau aku di Singapura kamu jangan terlalu akrab sama temen laki laki ya. Aku ngga mau kamu dekat dengan laki laki."

"Iya, Wina tau. Kaka sudah bilang beberapa kali."

"Apa iya," sambil melepaskan pelukannya.

"Iya."

Rafli tersenyum. Lalu keduanya berpelukan lagi.

Hari berlalu dan hari keberangkatan Rafli ke Singapura pun tiba. Ayah dan Ibu juga Azka ikut mengantar Rafli ke Bandara.

Wina terus diam melihat Rafli yang sedang bersiap. Wina rupanya merasa sedih karena Rafli mau pergi.

"Win, jangan sedih gitu dong. Aku jadi ikut sedih."

"Iya Kak. Wina ngga sedih kok," Wina di paksa tersenyum.

Rafli lalu menggandeng tangan Wina untuk turun ke bawah. Di bawah semuanya sudah menunggu.

"Sudah siap?" tanya Papah.

"Sudah Pah."

"Ya sudah ayo kita berangkat. Nanti takut macet."

Semuanya keluar dari rumah dan masuk ke mobil. Di mobil tangan Rafli dan Wina terus bergandengan. seperti ada lem di tangan keduanya.

Sampai di bandara, ternyata pengumuman keberangkatan sudah di umumkan. Rafli berpamitan pada semuanya dan berpelukan juga. terakhir dengan Wina. Wina akhirnya tidak bisa menahan kesedihannya. Wina pun menangis.

"Jangan menangis," kata Rafli sambil mengusap air mata yang mengalir di pipi Wina.

"Iya Win, jangan sedih. Nanti kalau Wina liburan sekolah kita main ke Singapura," kata Mamah sambil mengusap pundak Wina.

Akhirnya Rafli masuk ke dalam. Wina terus mengeluarkan air mata tapi selalu di usapnya. Hidung dan mata Wina sampai memerah.

Rafli sudah tidak terlihat. Papah mengajak pulang pada semuanya. Wina di mobil terus diam. Sedang Rafli sudah duduk di dalam pesawat. Rafli mengusap dadanya. Rafli sebenarnya juga merasa sedih. tapi Rafli menahannya.

Rafli menyadarkan kepalanya lalu memejamkan mata. Gimana tidak merasa sedih, sedang menikmati indahnya pengantin baru, tapi sudah berpisah.

Jangan lupa like komentar dan vote terimakasih...