Cinta Yang Tersembunyi

“Kevin katanya udah punya guru piano baru De?” Tanya Ayah Dea pada Dea yang kebetulan membuatkan ayahnya kopi

“Iya yah! Dia temen SMP aku!” jawab Dea seadanya

“Bukannya dia yang dulu sering kamu bilang pinter itu De?” Tanya Martin karena merasa kenal dengan pemuda yang ia temui kemarin sore itu

“Iya!”

“Dia rumahnya nggak jauh dari sini?” tanya Martin masih penasaran dengan sosok Indra

“Nggak kayanya! rumah dia katanya deket sama sekolah SMP aku dulu!” jawab Dea menatap ayahnya dengan heran, tidak biasanya ayahnya menanyakan banyak hal tentang temannya dulu

“Dia keliatannya anak baik-baik!” ucap Martin membuat Dea kebingungan dengan maksud di balik ucapan Martin

“Ada yang ayah mau bicarakan lagi? Aku lagi sibuk banget soalnya!" ucap Dea yang kebetulan sibuk dengan beberapa hal yang belum dia selesaikan, dan yang pasti ada hal penting lainnya yang ingin dikatakan Ayahnya, karena tidak biasanya ayahnya hanya akan menahan dirinya mengobrol karena ada hal penting jika tidak ayahnya tidak akan mau ngobrol terlalu banyak dengannya

“Ayah kayanya bakal mindahin kamar kamu ke ruangan sebelah De! Apa kamu setuju?” tanya Martin hati-hati, dia benar-benar tidak enak pada Dea karena kamar itu berisi semua barang-barang Dea, apalagi kamar itu sudah lama diisi oleh Dea, disisi lain dia juga tidak mungkin membiarkan Deni tinggal di kamar yang lebih sempit dari milik adik-adiknya, dia tidak ingin membuat Deni kecewa atas apa yang dia berikan pada anak sulungnya itu

“Aku akan melakukannya sendiri!” ucap Dea tanpa ekspresi

“Maaf ayah terpaksa melakukan itu, karena kamar kakak kamu sudah dipakai sama Kevin tapi Kevin nggak mau pindah karena udah nyaman sama kamar itu!” Balas Martin lagi

“Dea nggak apa yah! Besok aku pastikan kamar itu udah kosong! Aku bakal pindah! Biarin Kevin di kamarnya jangan paksa dia buat pindah!”

“Terimakasih sudah mau mengalah De!”

“Aku pergi dulu!”

...****************...

"Kenapa sesakit ini tuhan? Kenapa semuanya datang bertubi-tubi? Dan kenapa harus aku?" lirih Dea menjatuhkan tubuhnya di lantai kamar mandi

Satu hal yang pasti Dea sangat menyukai kamarnya sekarang karena fasilitas di kamar itu lengkap dan lebih luas dari kamar yang akan dia pakai nantinya

Ada kamar mandi di dalam, ada tempat belajar bahkan kamar itu sudah ia sediakan rak buku karena saking cintanya dia dengan buku, namun kini dia harus kembali mengalah untuk kesekian kalinya

Dea benar-benar merasa tidak berdaya saat ayahnya meminta kamarnya untuk kakak tertuanya, sungguh rasanya dia tidak ingin menyerahkan kamar itu tapi dia tidak bisa egois untuk dirinya sendiri

"Ini benar-benar tidak adil!" lirih Dea lagi di bawah guyuran shower, Dea sengaja melakukan itu untuk mendinginkan otaknya yang sepertinya terlalu panas pagi ini

“Sabar Dea kamu bisa! Jangan sedih!” liriknya lagi menguatkan diri, terbiasa mendapatkan luka membuat Dea menjadi pribadi yang sangat tertutup tidak ada satupun orang yang tahu dia sedang sangat terluka, tidak ada satupun orang yang akan mampu memahami luka yang dia rasakan

"Hiks hiks kenapa rasanya sesakit ini? Kenapa?” lirihnya tidak mampu membendung air matanya yang mengalir bersama air yang mengguyur tubuhnya

Menangis untuk kesekian kalinya, sudah biasa bagi seorang Dea untuk menangis, mungkin menurut sebagian orang menangisi hal yang sepele adalah hal sia-sia, tapi tidak ada yang tahu seberapa sakit yang di rasakan oleh si penderita

Bukan hanya dalam hal cinta, kasih sayang dan juga keluarga, Dea merasa gagal di semua bidang itu, tidak ada yang bisa ia harapkan di semua itu, dia hanyalah sosok gadis yang berusaha tegar dengan keadaan yang dia alami, Dea hanya sosok tubuh yang bertahan hanya karena tuhan disisinya

...****************...

“Kakak mau bawa semua itu?” ucap Kevin terheran-heran melihat kakaknya membawa sebuah kardus berisi buku dan juga barang-barang lainnya

“Mau pindah kamar! Supek disana terus!” jawab Dea pada Kevin yang baru saja datang

“Apa ayah yang minta?” tanya Kevin dengan wajah datarnya

“Hah? Untuk apa ayah minta itu pada kakak?” balas Dea tidak ingin Kevin curiga tindakannya memang karena Martin ayahnya sendiri, bukan kemauannya

“Karena kak Deni akan pindah ke sini!” jawab Kevin seadanya

“Ya nggak lah! Emang kakak lagi supek di kamar itu makanya mau pindah! Lagian kamar ada banyak kenapa juga kakak harus pindah kamar hanya untuk kak Deni?” ucap Dea berusaha membuat Kevin tidak mencurigainya sedang berbohong

“Karena kamar kakak lebih luas dari yang lainnya!” balas Kevin karena itulah faktanya

“Nggak begitu juga! Sudahlah pagi-pagi kamu malah ngajak ribut! Kakak mau pindahan aja kamu ribet banget!” elak Dea

“Kenapa sih kakak selalu bohong sama aku?” tanya Kevin sedih

“Kakak nggak bohong! Sana lanjutin bersih-bersihnya kakak mau menyiapkan kamar kakak dulu!”

“Hm iya!”