SATRIA Perjalanan Setelah Menyerah

suara vespa Satria terdengar lembut ditelinga Nasya yang sudah lima menitan duduk di gardu keamanan bersama satpam komplek. Nasya segera keluar dan pamit kepada satpam komplek tersebut dan melambaikan tangannya kepada Satria.

Satria berhenti dan memarkirkan vespa nya di depan gardu.

"ku kira tadi model top, eh ternyata kamu, jujur kamu cantik sekali hari ini, gak salah lihat aku ?" tanyanya sekaligus gombalan murahan.

"tanya kabar dulu apa, langsung gombal aja yang keluar dari mulut mu" Satria pun cengengesan.

"udah lama nunggu, sorry ya habis cuci sepeda "

"gak kok baru juga lima menitan, ya gak kang ?" tanyanya pada satpam, bapak itu mengangguk tanda Nasya berbicara benar.

"langsung nih ?" tanya Satria sambil menyodorkan helm yang ia bawa sendiri.

"pakaikan dong, biar kayak orang lagi eh.." Satria pun terkejut karena perkataan Nasya, aslinya di dalam hatinya seperti ada tsunami yang bergejolak.

"kok diam aja sih..., sat !, woy !, SAT !" seketika itu lamunan Satria buyar. "lagi mikir aneh-aneh ya ?, gak boleh kita kan belum resmi ?" Satria pun jadi salah tingkah.

"gak lagi mikirin orang lain, maaf !, malah teringat sama orang lain" kata Satria lemah.

"ayo dah, berangkat" mereka pun menaiki vespa, Nasya pun merangkul erat Satria. Satria yang merasakan di punggungnya ada sesuatu langsung gugup.

"itu..., anu sya...., aku malah tidak nyaman" seketika itu Nasya langsung melepaskan pelukannya.

"maaf, aku tidak pernah pergi dengan laki-laki, ini pertama kalinya, jadi grogi" jawab Nasya. Satria merasa bersalah karena menghilangkan tempat aman bagi Nasya.

"gak papa deh tapi jangan erat-erat, tidak nyaman aja" mendengar itu Nasya langsung memeluknya.

"kamu wangi juga ya ?"

"hehehehe"

"ayo berangkat panas nih" Satria menghidupkan vespa nya dan mereka berangkat.

"sat...., kamu masih suka sama Rani ?" mendengar pertanyaan Nasya yang tiba-tiba datang itu, Satria hanya diam dan membuang nafas berat.

"maaf tiba-tiba tanya hal begituan"

"gak apa-apa, sebenarnya....., masih sih, ....., tapi aku sudah menyerah"

"kenapa ?"

"aku menyerah karena ia tidak bahagia kalau aku berada di dekatnya, makanya sudah tidak ada harapan bagi ku untuk mendapatkannya"

"karena apa ?"

"entah, mungking......" Satria mencoba mengingat-ingat. "Kau itu tidak keren, miskin, cupu, polos, pengecut, norak, gak bisa apa-apa, goblok, keceng, masih berharap gue mau jadi pacar Lo, sadar diri lah" hanya penghinaan ini yang paling di ingat Satria.

"mungking aku norak, cupu, pengecut, miskin, goblok, gak punya selera humor, gak tegas dan masih banyak lagi deh.....itu kali...... hahahaha-hahahaha"

Nasya merasakan tawa yang di lontarkan Satria itu sangat menyakitkan sekali, bagaimana tidak ia dihina oleh orang yang paling ia cintai, Tampa sengaja ia mempererat pelukannya.

"yang sabar ya say, semua pasti baik-baik saja" kata Nasya.

"lha kata siapa semua jadi tidak baik, wong aku saja hepi-hepi saja kok, walaupun terkadang masih kepikiran terus"

"oh ya maaf ya sudah bahas itu" lanjut Satria.

"kenapa kamu yang harus minta maaf, kan seharusnya aku, sebab aku kau bilang begitu"

"betapa bodohnya Rani, padahal kau kan anak yang berbakat, olahraga bisa, bermain gitar bisa, pelajaran lumayan Lo kamu, walaupun perlu belajar lagi, apa lagi ya ..... Oh sifat mu yang selama ini yang paling menarik, kamu itu dewasa, bijak, tegas, problem solver, sopan santun, wawasannya luas, lemah lembut, tidak sombong, pemberani" kata Nasya yang terus terang.

"bisa aja, jangan dilebih-lebihkan, grogi aku"

"aku masih heran kenapa Rani meninggalkan mu, kalau aku jadi Rani sih kuterima saja"

"yakin mau terima ?"

"ya aku menerima mu apa adanya" kata Nasya, Satria pun tersenyum, begini kah rasanya di cintai walaupun jadi pelampiasan. ingatan mulai muncul, ia ingat kata-kata dari Nisa beberapa waktu yang lalu.

"aku tak peduli orang bilang kamu seperti opet lah, seperti pulu-pulu yang ada di Upin Ipin lah, bagiku kau ya kau, kamu tak perlu merubah diri mu"

"andai saja kau adalah Rani nas, mungkin aku akan menjadi laki-laki paling bahagia di dunia.

..........

"mau kemana dulu ?" tawar Satria.

"ayok kita cha-cha disana ada diskon besar-besaran jika kita bawa pasangan"

"kok baru tau aku" kata Satria, padahal aslinya dia tahu, karena itu adalah cafetaria favorit Satria dan Rani jika mereka jalan-jalan di sini, tapi mereka berdua tidak pernah ambil diskon promo pasangan.

mereka pun langsung ke sana dan bergandengan tangan. Tak lama Kepala Nasya menempel pada tangan Satria.

"kamu ternyata sangat manja ya ?"

"hahahaha, gak boleh ya"

"aku masih ingin menjaga hati sya, ya walaupun itu sepihak saja sih"

"oh jadi masih ada laki-laki yang seperti itu ya ?, aku jadi salah menilai mu" setelah sampai di toko cha-cha mereka segera pesan menu di sana

"terus, apa yang kau mau dariku ?" kata Satria to the poin.

"Hem...., sepertinya kau sudah tau deh, terimakasih telah menyadarkan ku"

"Hem....., berati kita sudah fiks ya ?"

"ya....., tapi jangan asing, seperti tidak pernah terjadi, janji ?" kata Nasya lalu menunjukkan jari kelingkingnya.

"janji" balas Satria. Seketika Satria merasakan ada seseorang yang melihatnya, ia pun menoleh ke arah pintu masuk kedai.

"ada apa sat ?"

"tidak, Hanya perasaan ku saja"

Nasya yang mendengarnya merasa bersalah, ia sudah tau semuanya dari dulu, tapi ia ingin misinya berhasil.