"Maafkan aku karena aku sudah mengkhianatimu, sayang," batin Kaisar.
Kaisar sangat kaget saat mengetahui dirinya sudah merenggut kesucian seorang gadis cantik yang tidak lain adalah anak dari pembantunya.
Kaisar mabuk berat, sehingga menganggap Luna sebagai istrinya. Padahal istrinya saat ini sedang terbaring koma di rumah sakit.
Masalah semakin pelik, saat mengetahui Luna mengandung anaknya dan bersamaan dengan sang istri sadar dari komanya.
Apa yang akan dilakukan Kaisar? Apakah dia akan menikahi Luna?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Hanya Sebatas Istri Siri
Sore itu, Medina sudah berdandan rapi. "Luna! Luna!" teriak Medina.
"Iya, Nyonya. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Luna.
"Aku mau keluar dulu dan kemungkinan aku bakalan pulang malam, jadi kalau Mas Kai nanya, bilang saja aku sedang pergi ke rumah Mamaku soalnya dari tadi aku telepon dia gak diangkat-angkat."
"Baik, Nyonya."
Medina pun segera pergi dari rumah itu dengan menggunakan jasa taksi online.
"Nyonya Medina mau ke mana?" tanya Bi Surti yang tiba-tiba muncul.
"Katanya mau ke rumah Mamanya."
"Yakin mau ke rumah Mamanya?" ledek Bi Surti.
"Ih, kok Bi Surti ngomong seperti itu sih?" tanya Luna.
"Lun, kamu itu tidak tahu bagaimana kelakuan Nyonya Medina. Dari pertama menikah sampai dia mengalami kecelakaan, dia itu tidak pernah mengurus Tuan Kai dan terkesan acuh tak acuh."
"Masa sih, Bi?"
"Serius Lun, makanya kalau Tuan Kai sama kamu, pasti Tuan Kai akan sangat bahagia," seru Bi Surti.
"Bohong banget, bahagia apanya Bi? Tuan Kai itu sama sekali tidak pernah memperdulikan ku, bahkan aku yang sedang mengandung anaknya saja, dia tidak pernah memperhatikanku."
Bi Surti mengusap pundak Luna. "Kamu yang sabar Lun, Bibi yakin suatu saat nanti Tuan Kai akan menyadari siapa istri yang benar-benar tulus mencintainya."
***
"Kai, aku mau izin pulang cepat soalnya kepalaku sedikit pusing," seru Mark.
"Ya sudah, sana kamu periksa ke dokter."
"Terima kasih Kai, kalau begitu aku pulang dulu."
Mark pun meninggalkan ruangan Kai dengan senyuman yang mengembang, Mark bukannya sakit kepala tapi dia sudah janjian bersama Medina.
Mark pun segera meluncur ke restoran yang biasa Mark datangi bersama Medina.
"Sayang."
"Mark."
Medina bangkit dari duduknya dan langsung menghambur ke pelukan Mark.
"Ini yang aku suka dari kamu Mark, kamu selalu datang tepat waktu dan selalu mementingkan aku. Berbeda dengan Mas Kai yang lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan istrinya sendiri," seru Medina.
"Kai memang orangnya acuh dan dingin, terus kenapa dulu kamu lebih memilih Kai dibandingkan aku?" seru Mark.
Seketika Medina cemberut. "Kenapa kamu selalu menanyakan itu, sudah tahu dari dulu Kai memang jadi idaman para wanita termasuk aku. Dan aku pikir kalau Kai akan menjadikan aku Ratu dalam hidupnya, ternyata dia malah cuek dan mementingkan pekerjaan."
"Dari dulu Kai memang seseorang yang gila kerja, dia itu selalu ambisius dalam urusan pekerjaan," sahut Mark.
"Dan aku sekarang sudah mulai jenuh dengan pernikahanku dan Mas Kai, rasanya ingin sekali aku minta cerai secepatnya."
"Jangan dulu sayang, kamu harus bisa mendapatkan sebagian saham dari perusahaan milik keluarga Mahaprana. Memangnya kamu mau bercerai dari Kai dan kamu tidak mendapatkan apa-apa?" seru Mark.
"Terus, aku harus bagaimana? aku sudah jenuh dan malas sekali hidup bersama Mas Kai. Memangnya kamu gak mau ya menikah denganku?" kesal Medina.
Mark langsung menggenggam tangan Medina. "Bukan itu maksud aku sayang, kalau kamu bercerai tanpa bisa mendapatkan apa-apa dari keluarga Mahaprana, berarti selama ini sia-sia dong. Kamu bertahan dengan pernikahan kamu sampai bertahun-tahun tapi pada akhirnya kamu tidak mendapatkan apa-apa dari mereka, enak di mereka gak enak di kamu dong."
"Terus aku harus melakukan apa?" tanya Medina.
"Aku punya ide, dan aku yakin Kai akan langsung menyerahkan sebagian sahamnya untukmu."
"Apa itu, Mark?"
Mark terlihat membisikan sesuatu kepada Medina, dan Medina menyunggingkan senyumannya.
"Gila, ide kamu sungguh sangat brilian."
"Siapa dulu dong," sahut Mark bangga.
Akhirnya keduanya pun menyantap makanannya dengan senyuman yang mengembang di kedua bibir mereka, entah apa yang akan direncanakan Medina dan Mark.
Malam pun tiba....
Kai sampai di rumah, Luna yang sudah menunggu dari tadi langsung membuatkan kopi untuk Kai.
Kai pun masuk ke dalam rumah dengan raut wajah yang terlihat kelelahan karena akhir-akhir ini pekerjaan dia sangat banyak.
"Tuan, ini kopinya," seru Luna dengan senyumannya.
"Harus berapa kali aku bilang sama kamu, jangan pernah menunggu aku pulang karena aku tidak mau sampai Medina curiga," seru Kai dingin.
Kai pun segera melangkahkan kakinya meninggalkan Luna.
"Tapi aku ini istri Tuan, aku akan berdosa kalau aku tidak melakukan kewajiban aku sebagai istri Tuan," seru Luna dengan menundukkan kepalanya.
Kai yang baru saja menaiki anak tangga, seketika menghentikan langkahnya mendengar ucapan Luna. Kai membalikan tubuhnya dan menatap tajam ke arah Luna.
"Kamu hanya sebatas istri siri, dan aku menikahi kamu karena terpaksa jadi kamu jangan pernah berharap lebih karena sampai kapan pun aku tidak akan pernah mencintaimu!" sentak Kai.
Kai pun segera melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Luna, airmata Luna kembali menetes membuat Bi Surti yang berada di dapur ikut meneteskan airmatanya juga karena merasa kasihan kepada Luna.
Perlahan Luna pergi dan menyimpan kopi itu di dapur, lalu Luna pun masuk ke dalam kamarnya. Luna menangis sejadi-jadinya, sungguh hatinya begitu sangat sakit.
Sementara itu, Kai mencari keberadaan Medina yang tidak ada di kamarnya.
"Sayang, kamu ada di mana?" teriak Kai.
Kai memeriksa setiap sudut kamarnya dan ternyata Medina tidak ada di sana.
"Medina ke mana? kok tidak ada," gumam Kai.
Kai pun melihat ponselnya dan ada beberapa panggilan dari Medina.
"Astaga, dari tadi Medina menghubungiku tapi aku tidak mengangkatnya."
Kai pun mencoba menghubungi nomor Median, tapi sayang ponselnya sama sekali tidak aktif.
"Ke mana dia? kok, jam segini belum pulang? apa mungkin, dia ke rumah Mama Marisa?"
Kai menyimpan ponselnya dan segera masuk ke dalam kamar mandi, dia berniat akan menyusul Medina ke rumah mertuanya.
Beberapa saat kemudian, sebuah mobil berhenti di depan gerbang rumah Kai. Luna yang penasaran mengintipnya dari balik gorden kamarnya.
"Ternyata Nyonya Medina baru pulang," gumam Luna.
Luna memperhatikan mobil itu dan sedikit menajamkan matanya.
"Nyonya Medina diantar oleh siapa itu? perasaan aku pernah melihat pria itu, tapi di mana ya?" gumam Luna.
Luna pun terduduk di ujung ranjang, sembari berpikir. Ada perasaan curiga di hati Luna, apalagi Medina dan Mark sempat cipika-cipiki sebelum berpisah.