bagaimana jadinya kalau anak bungsu disisihkan demi anak angkat..itulah yang di alami Miranda..ketiga kaka kandungnya membencinya
ayahnya acuh pada dirinya
ibu tirinya selalu baik hanya di depan orang banyak
semua kasih sayang tumpah pada Lena seorang anak angkat yang diadopsi karena ayah Miranda menabrak dirinya.
bagaimana Miranda menjalani hidupnya?
simak aja guys
karya ke empat saya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menjelang hari pernikahan
Beberapa jam yang lalu Miranda menelepon Pak Agus dan Bi Mirna. Di telepon Miranda, ia mengabarkan kalau sebentar lagi mereka akan dijemput. Tentu saja Pak Agus dan Bi Mirna mau, alasan mereka bertahan di keluarga Aditama selama ini tentu saja karena Miranda.
Pak Agus dan Bi Mirna berpamitan pada Handoko. Handoko melepasnya dengan agak berat, dan empat orang ART baru, dua perempuan dan dua laki-laki, akan tinggal bersama mereka mulai sekarang.
Perlahan Pak Agus dan Bi Mirna melangkah menuju mobil bersama Mili. Mili terlihat naik di kursi depan, sementara seorang pria kekar membukakan pintu belakang dan mempersilakan Mang Agus dan Bi Mirna masuk. Rasanya seperti sedang menjemput orang penting, bukan menjemput ART.
Pak Agus dan Bi Mirna beberapa kali mengedarkan pandangan ke dalam mobil mewah itu, terpesona. Untuk pertama kalinya mereka naik mobil semewah ini, meskipun selama ini hanya melihatnya dari jauh.
Perlahan mobil meninggalkan rumah Handoko yang sudah puluhan tahun mereka tempati.
"Neng Miranda apakah baik-baik saja, Nyonya?" tanya Bi Mirna dengan cemas.
"Jangan panggil saya Nyonya, Bi, panggil saja saya Mili, kita sama-sama pegawai," ucap Mili sopan. "Nyonya Miranda baik-baik saja, Bi," lanjut Mili menenangkan.
"Ah, syukurlah, Neng Miranda memang anak baik," gumam Bi Mirna dengan lega.
Sepanjang perjalanan, Mili bercerita tentang tingkah Miranda yang polos dan kadang membuat bosnya jengkel. Pak Agus tentu saja senang mendengarnya, rasa khawatir yang sempat menggelayut di hati mereka perlahan hilang.
Tak butuh waktu lama, dua mobil mewah itu memasuki sebuah kawasan elite dengan pepohonan besar dan pagar tinggi. Mobil berbelok memasuki halaman sebuah rumah besar yang bercat putih krem, tampak megah dan terawat.
"Ini rumah calon suami Neng Miranda," ucap Bi Mirna takjub sambil menatap arsitektur modern rumah itu.
"Ya, Bi," jawab Mili dengan senyum kecil.
Mereka berhenti tepat di depan rumah utama. Nyonya Kirana Johan, sebagai kepala pelayan, menghampiri dengan langkah anggun kemudian membukakan pintu mobil untuk Pak Agus dan Bi Mirna.
Pak Agus dan Bi Mirna turun dengan perasaan canggung. Bagaimanapun juga, baru kali ini mereka diperlakukan sesopan dan seistimewa ini.
Di pintu utama tampak Miranda sudah menunggu dengan balutan baju yang terlihat elegan. Pak Agus dan Bi Mirna tak kuasa menahan tangis, nona kesayangannya terlihat berbeda, terlihat lebih cantik dan berkelas. Miranda berlari lalu merentangkan tangannya dan memeluk Pak Agus dan Bi Mirna.
“Mang Agus, Bi Mirna, aku kangen sekali sama kalian,” ujar Miranda terisak.
Miranda memeluk kedua orang yang selama ini tulus menyayangi dia.
“Kamu terlihat cantik sekali, Neng,” tutur Bi Mirna setelah menguraikan pelukannya.
“Alhamdulilah, Bi,” sahut Miranda.
“Mir, bawalah orang kesayangan kamu masuk,” kata suara seorang wanita.
Miranda menoleh. Tampak Nyonya Kirana sudah berdiri di belakang dengan wajah berseri, wajah yang jarang sekali beliau tampakkan.
“Mang, Bi, kenalkan ini Mamah Kirana,” ucap Miranda kemudian menambahkan dengan suara gemetar, “Beliau calon mamah mertuaku.”
Pak Agus dan Bi Mirna tertegun, tampak seperti mengingat sesuatu.
“Ah kalian ini pasti Agus dan Mirna kan, kalian kan dijodohkan oleh Nurma, dan aku yang jadi saksinya,” ujar Kirana.
“Non Kirana,” ucap Pak Agus dengan suara gemetar.
“Iya, benar sekali,” ucap Nyonya Kirana. “Terima kasih kalian sudah menjaga dengan baik putri sahabatku ini.”
Pak Agus dan Bi Mirna menghampiri Nyonya Kirana, berniat mencium tangan beliau.
“Jangan lakukan itu, karena kalian sudah merawat Miranda dengan baik. Jadi kalian sekarang bagian dari keluargaku. Menyakiti kalian berarti menyakitiku, menghormati kalian berarti menghormatiku,” ucapannya disengaja dikeraskan agar tidak ada yang menyepelekan Pak Agus dan Bi Mirna.
Pak agus dan bi mirna benar-benar diperlakukan dengan baik, mereka di tempatkan disebuah kamar besar bukan jadi art tapi jadi bagian keluarga baskara, dan tidak ada yang berani menentangnya,,percuma berurusan dengan nyonya kirana, dia adalah wanita gila kalau menghukum orang yang dia tidak suka, tapi begitu royal untuk orang orang yang setia padanya.
..
..
Hari begitu cepat berlalu, sekarang adalah H minus satu pernikahan Rian dan Miranda. Walau pernikahan dilangsungkan secara tertutup, tetapi dipersiapkan dengan matang. Yang diundang hanya keluarga inti dan para kolega Nyonya Kirana, itu pun hanya mereka yang memiliki jabatan paling tinggi di masing-masing perusahaan.
Lusi sejak pagi sibuk mengatur katering sambil terus bertanya-tanya siapa sebenarnya yang akan menikah. Ia hanya tahu mempelai laki-lakinya saja, sedangkan mempelai perempuannya disembunyikan begitu rapat.
“Sayang, siapa sih sebenarnya wanita yang paling beruntung menikah dengan seorang Rian Baskara?” tanya Lusi pada Rudi, tunangannya, yang kebetulan menjadi Direktur Operasional Event Organizer Rajawali.
“Engga tahu, keluarga Baskara merahasiakannya. Hanya kalangan tertentu saja yang tahu. Aku ini hanya pekerja, bagaimana aku tahu masalah serahasia ini,” jawab Rudi sambil terus memantau posisi tempat makan agar presisi.
“Sayang, kamu coba masuk ke area dalam. Kayaknya ada posisi meja yang kurang tepat,” ujar Rudi.
“Baiklah, Sayang. Semoga kita dapat bonus besar dari acara ini.”
“Iya, ini bayarannya mahal sekali loh. Apalagi kalau sukses, tahun depan akan kembali digelar resepsi besar-besaran,” tutur Rudi.
“Waw mantap sekali,” ucap Lusi sambil berlalu meninggalkan Rudi yang sibuk mengatur anak buahnya. Sebenarnya Direktur Operasional tidak harus turun langsung, tetapi karena bayarannya sangat besar, owner EO Rajawali menyuruh Rudi mengawasi dengan ketat.
Lusi masuk ke ruang utama, mengedarkan pandangan melihat posisi meja sesuai dengan rancangan. Pandangannya tertegun pada seorang wanita yang sedang berjalan dengan anggun di pelaminan.
“Bukankah itu Miranda,” gumam Lusi. “Apa mungkin Miranda calon mempelai perempuannya.”
Tak lama kemudian terlihat Reza datang dan membawakan tisu pada Miranda, lalu membantu Miranda berjalan. Reza memegang tangan Miranda dengan hati-hati.
Lusi merekam kejadian itu dengan ponselnya kemudian hendak mendekat ke arah Miranda.
Dua orang pria kekar menghalangi mereka, berseragam serba hitam dengan earphone di telinganya.
“Maaf, ini ring utama. Hanya keluarga inti dan orang kepercayaan keluarga Baskara yang boleh masuk,” ujar pria kekar itu.
Lusi tidak mau membuat masalah dengan keluarga Baskara, apalagi kalau keluarga Baskara melayangkan protes pada EO-nya, tamatlah dia.
“Baik, Pak. Maaf,” ucap Lusi lalu keluar dengan hati yang bertanya-tanya.
“Tidak mungkin Miranda calon istri Rian. Yang benar adalah Miranda dan Pak Reza numpang nikah di acara keluarga Baskara. Cih, dasar memalukan kamu Miranda,” Lusi menyimpulkan dalam hati.
“Bagaimana, Sayang?” ujar Rudi membuyarkan lamunan Lusi.
“Aman, Yang. Besok juga si Miranda menikah di sini. Sepertinya dia numpang nikah di keluarga Baskara.”
Rudi tertegun. “Keluarga Baskara ditumpangi nikah, apa mungkin.” Rudi ingin menyampaikan keraguannya tetapi anak buahnya menghampiri dan melaporkan persiapan besok.
Rudi memimpin rapat di lokasi. Di dalamnya ada Lusi juga. Lusi kurang fokus, masih bertanya-tanya kenapa Miranda ada di lokasi pernikahan Rian Baskara.
Kakak ga punya akhlak
mma Karin be smart dong selangkah di depan dari anak CEO 1/2ons yg masih cinta masalalu nya