Pesona Si Wanita Malam

Ana menyibukkan diri untuk menyiapkan makan malam. Sekaligus untuk mengalihkan perasaan takutnya. Bibi Mey sudah mengajarkan Ana beberapa menu makanan kesukaan Sky. Ana bergerak dengan cepat untuk segera menyelesaikan pekerjaannya. Ia berusaha agar tidak bertemu dengan Sky. Ana sedang menata makanan di meja ketika Sky tiba di ruang makan.

"Silakan, Tuan." Ana memberi hormat setelah itu ia ingin secepatnya pergi dari sana dan meninggalkan Sky yang sedang makan sendirian.

"Kau sudah makan ?" Sky bertanya kepada Ana sebelum ia mengambil makanan.

"Be belum, Tuan." jawab Ana terbata karena lagi-lagi Sky menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Ambil piring mu. Makan di sini." kata Sky dengan nada memerintah.

"Terima kasih. Saya makanya nanti saja." Ana menolak dengan halus. Ia pasti tidak akan bisa menikmati makanannya jika harus makan bersama majikannya ini.

Sky tidak membalas lagi perkataan Ana, tapi tatapannya itu seolah mengatakan jika aku tidak mau di bantah. Ana yang tidak mau mencari masalah pun bergegas mengambil piring dan makan bersama sang majikan.

Setelah selesai makan, Sky masih tidak beranjak dari tempat duduknya. Pria itu selalu saja betah setiap kali melihat Ana. Ana yang sedang membereskan meja makan menjadi sedikit tidak nyaman melakukan pekerjaannya karena Sky terus melihatnya.

Sky baru meninggalkan tempatnya setelah Ana pergi ke dapur yang memang terpisah dari ruang makan utama. Sky sendiri tidak mengerti mengapa ia selalu memperhatikan pembantunya itu. Tidak mungkinkan dia menyukai wanita malam itu. Sky sendiri saja merasa jijik jika bersentuhan dengan orang lain, apalagi pada wanita malam yang sudah banyak di sentuh oleh banyak pria. Tapi pada Ana, entah mengapa ia tidak merasakan jijik sama sekali.

Sky membuang napas kasar untuk membuang pikirannya yang terus memikirkan wanita malam itu. Kemudian Sky melanjutkan pekerjaannya untuk mengalihkan pikiran dari wanita itu.

Besok malamnya, Sky kembali menyuruh Ana untuk makan bersama dengannya. Tapi Ana sudah mengantisipasi hal itu. Ia sudah makan terlebih dulu saat memasak makanan tadi. Meskipun itu tidak sopan, tapi itu lebih baik bagi Ana dari pada harus makan bersama majikannya.

"Terima kasih, Tuan. Tapi saya sudah makan tadi." jawab Ana penuh rasa bangga dengan ide cemerlangnya itu. Namun sedetik kemudian Ana di buat terkejut mendengar perkataan Sky.

"Kalau begitu duduk di sini, temani aku." lagi-lagi Sky memerintah.

Ana pikir dia sudah terlepas dari situasi seperti ini dengan sengaja makan terlebih dahulu. Tapi Ana tidak menduga jika Sky akan memintanya untuk ditemani makan. Ana lalu duduk dan menundukkan kepala. Namun lagi-lagi Sky menyuruh untuk mengambilkan makanan untuknya. Mau tidak mau Ana melayani Sky seperti istri melayani suaminya.

*

"Ma, minta uang." Cindy keluar kamar dengan berpakaian rapi datang menemui Anita yang sedang menonton TV.

"Mau ke mana kamu ?" Anita memindai penampilan putrinya dari atas sampai bawah.

"Aku mau pergi bersama teman-teman, ma." jawab Cindy santai. Karena memang itulah tujuannya. Cindy sudah berjanji dengan beberapa orang temannya untuk bertemu di sebuah club malam ini.

"Minta uang dong." lanjut Cindy lagi.

"Tidak ada. Kalau mau pergi ya pergi saja." jawab Anita tidak peduli. Putrinya itu hanya tau meminta uang saja kepadanya. Cindy memang anak yang tidak berguna. Bahkan mencari uang sendiri saja Cindy tidak bisa.

"Tapi, ma ..."

"Tidak ada tapi tapi." potong Anita cepat kemudian ia beranjak pergi masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Cindy sendirian.

Anita masih kesal dengan Cindy karena kejadian dua hari yang lalu. Di suruh menggoda Sky saja Cindy tidak bisa melakukannya.

Cindy menghentakkan kakinya kesal melihat mamanya sudah masuk ke kamar. Ia mau pergi menemui teman-temannya tapi sang mama tidak memberikan uang. Bagaimana dia mau bayar ongkos taksi jika tidak punya uang.

Cindy lantas kembali ke kamarnya dengan perasaan dongkol. Ia melemparkan tasnya begitu saja kemudian merebahkan diri di tempat tidur. Cindy mengambil ponsel di sakunya. Lebih baik ia memainkan ponsel untuk menghilangkan perasaan kesalnya yang tidak bisa pergi.