Dunia hiburan jadi tempatnya bermain, ia lah pekerja di belakang layar suksesnya penampilan para artisnya. Orang yang mengorganisir segala sesuatu agar tertata dengan indah dan rapi, orang yang di tuntut untuk sempurna agar menyempurnakan artisnya. Artisnya yang salah, ia yang bertanggung jawab.
Helena Cady, wanita ceria 28 tahun yang sejak awal usia 20an sudah bergabung dengan Huge Ent, sebuah agensi hiburan besar di Mithnite, dalam waktu lima tahun ia berhasil menjabat sebagai manager seorang artis besar yang dinaungi oleh Huge Ent.
Dan ia tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan menjadi pemecah hubungan baik, antara member kakak dan adik di sebuah boy grup terkenal NEMESIS, yang terdiri dari 5 orang pria tampan. Helena terjebak cinta segitiga diantara dua member Nemesis dan semua kerumitan di dalamnya.
🍁🍁
Yuk, kepoin yeorobun 💜
Borahae 💜💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gua Ngga Bisa Lepasin Dia Lagi
Sejak Yogie tiba-tiba menc!umnya waktu itu, keduanya makin dekat. Terlepas dari hatinya yang belum sepenuhnya selesai dari Theo, tidak bohong menurutnya Yogie boleh juga. Kehidupan bebas di Mithnite tidak serta merta menjadikannya mudah menerima siapa pun, tapi Yogie pengecualian. Meski baru dua bulan putus dari pria tampan pacar pertamanya itu ia ternyata bisa menjalani semuanya biasa saja, kenapa? Jelas karena ada Yogie. Si pucat cinta pertamanya 8 tahun lalu.
Fakta bahwa si tampan pucat itu mencuri hatinya pertama kali sejak ia magang di Huge Ent ia tuangkan semua di dalam buku catatan spiralnya yang sudah usang, ia tumpuk di dalam sebuah box bersama dengan buku masa kuliahnya, dan bahkan ia sudah lupa buku catatan yang ia ubah menjadi diary itu.
Helena manajernya, ia menyertai Yogie kemana pun, makan makanan yang sama, dirumah yang sama, beda kamar tentunya karena mereka belum sejauh itu. Hanya saling ejek, saling goda, candaan receh yang membuat keduanya kadang tertawa, kadang usil satu-sama lain, meski tidak ada yang jelas-jelas mengatakan apa hubungan mereka ini. Berpacaran di bilang tidak juga, dibilang tidak sejauh ini mereka sudah berciuman meski baru sekali itu, dan bukan hal yang aneh lagi jika tiba-tiba Yogie memeluknya dari belakang ketika Helena memasak. Begitu juga Helena yang tiba-tiba menyergap Yogie, dan bergelantungan seperti anak koala hanya untuk mengisengi Yogie. Mereka se dekat itu.
.
.
.
🌵
Sejenak setelah Helena yang masih babak belur itu mengatakan dengan tenang, dan sangat jelas didengar Theo.
"Iya, kami bahkan udah c!um4n."
Ia diam, ia bingung apa yang ia rasakan sekarang. Sakit hati, cemburu, kesal, marah dan ingin meledak. Semuanya berbaur jadi satu.
"Kami ciuman, Theo. Kami pelukan. Kami masak bareng, belanja bulanan bareng, aku masakin dia, dia nyuci piringnya, aku nyuci baju, dia yang jemur, apa menurut kamu itu ngga berpengaruh apa-apa? Apa menurut kamu kami yang se dekat itu masih ngga aku pertimbangkan?".
Theo tidak tahu lagi bagaimana, seluruh tubuhnya sedang gemetar sekarang. Bahkan Helena tidak pernah memasak untuknya, tidak mencuci pakaiannya, tidak tinggal bersama juga. Tapi Yogie? Ia merasa dadanya sesak sekali. Apa kemarin Helena begini perasaannya saat mendapati bukti perselingkuhan nya itu? Hanya itu yang bisa ia pikirkan.
Akhirnya tanpa tanya apa-apa lagi, Theo menjalankan mobilnya. Helena pasrah sekarang, ia tidak tahu kemana Theo akan membawanya yang jelas, pasti ada sesuatu tempat yang menurutnya aman.
Hampir 45 menit berkendara, Theo berhenti di sebuah villa besar yang sedikit masuk hutan. Helena yang sudah pusing menahan sakit kakinya hanya diam menutup matanya. Sesaat setelah gerbang tinggi itu di buka, Theo menjalankan mobilnya lagi dan berparkir asal di halaman Villa itu. Terlihat kakak member tertuanya Yogie, langsung mengejar ke arah mereka.
Klek... Terkunci.
Dug... Dug... Dug... Yogie sibuk sekali di luar sana, mulutnya bergerak gerak, wajahnya marah seperti minta dibukakan pintu. Helena masih menutup matanya. Theo masih mengunci rapat semua pintu mobil itu dari tombol window lock disampingnya.
Lalu ia melihat Yogie menjauh dan kembali sambil membawa sebuah batu besar yang ia ambil dari kolam ikan dihalaman Villa itu. Spontan Theo mengangkat tangannya, Yogie yang dengan wajah marahnya itu langsung membuang batu yang ia bawa dan membuka pintu mobil.
Klek...
"Helena... Helena... Ayang... "
"Setan... ", umpat Theo dalam hati.
"Helena..."
Helena yang semula tertidur merasakan sesuatu mengganggunya, aromanya lain, tangerine segar yang dipadu dengan mint. Ia berusaha membuka matanya ditengah kepalanya yang berdenyut hebat itu.
"K-kak... Hikss.. ", tangisnya segera bangun dan melingkarkan tangannya di leher Yogie, ia langsung digendong keluar dan Yogie masuk.
Theo speechless, masih ia dengar samar-samar suara kuatirnya Yogie. " Ngga papa ayang, ada aku, ada aku, ayo kita masuk. Kamu udah aman, ada aku ayang... ".
"Sebegininyakah bayaran dosaku, Helena."
🌵
"Helena... ", kaget Juna ketika melihat presensi Helena yang digendong Yogie.
" Mba... "
"Astaga... "
"Fans gila ya? Aohh... "
"Len... Helen... ", sibuk Clara, manajer Hose mengejar. " Kayaknya bawa di ke kamar aja deh, biar gua gantiin bajunya. Sekalian gua obatin lukanya."
Yogie menurut, dan bersyukur sekali ada Clara disana. Lalu ia merebahkan Helena yang sebenarnya sadar tapi agak enggan bicara, sepertinya ia masih terkejut dah membiarkan Clara yang mengurusnya, sepertinya bicara antar perempuan lebih membantu sekarang ini.
Ia keluar dari kamar itu dan menemukan Theo sudah duduk disana. Terlihat adiknya itu sudah dikerubungi semua orang, ia sudah di bombardir dengan banyak pertanyaan. Tapi Theo tetap bungkam hingga Yogie muncul.
"Sejak kapan lu se deket itu sama Helena?".
Sekian banyak pertanyaan yang ia dengar tadi, tidak satu pun ia jawab. Karena menurutnya pertanyaannya ini lebih penting dari apapun.
"Kenapa?". tanya Yogie datar.
"3 tahun gua bareng dia, dua tahun kita pacaran, gua tahu sifatnya, gua tahu dia mudah berteman tapi susah didekati, apalagi di pacari, gua butuh nunggu setahun buat status jelas sama dia dan elu? Kenapa dalam waktu sesingkat ini lu bisa dengan entengnya manggil dia ayang ayang, didepan gua, dan dia juga semudah itu meluk elu. Kalian selingkuh duluan apa gimana?". frontal Theo.
Tidak langsung menjawab, Yogie terkekeh remeh dulu. Lalu wajahnya kembali tenang.
"Gua bukan elu, Theo. Elu yang selingkuh, bukan gua atau Helena. Dia lurus lurus aja perasaan, tapi gua yang bawa dia belok dari lurusnya itu. Demi kebaikan nya. "
"Hah? Gimana?", kini Juna yang bingung. Jay, Jose, Jimmy, berikut manajer masing-masing kecuali Clara.
"Lu tadi ketemu wanita paruh baya kan? Itu tantenya Helena. Dia meras Helena selama ini, logika aja, dengan jadi manajer terbaik di Huge dia hidup se pas pasan itu masuk akal? Lu tahu ngga? Pasti engga kan? Lu bahkan ngga cari tahu."
Theo terdiam, rahangnya mengeras.
"Sejak awal dia pingsan dan dirawat di rumah sakit, terus gua maksa dia tinggal bareng gua. Itu karena gua baru tahu dia masih di peras tantenya itu. Alesan penguntit atau apa pun yang gua omongin kemarin, itu cuma akal-akalan gua aja, supaya kalian semua ngga banyak tanya dan prosesnya cepet.
Ngga ada gunanya juga gua bohong lagi, toh ternyata yang gua lakuin berguna juga biar caranya agak kocak gitu. Nyokap gua kanker, gua panik, nyokap terus nyuruh gua nikah, minimal bawa calon buat dikenalin, gua pilih Helena. Bukan karena tanpa alasan, gua emang suka dia sejak dulu, sejak lima tahun lalu sejak dia mulai magang jadi asisten manajer. Sialnya gua keduluan elu.
Ngga ada kesepakatan apapun sebenarnya, dia juga ngga pernah jelas-jelas bilang iya atau engga.
Tapi dia mau nemenin gua nemuin nyokap beberapa kali, sampai akhirnya lu ketahuan selingkuh beneran. Dia bener-bener berusaha tetap profesional, Theo. Gua yang enggak, gua yang ngga bisa normal lagi kalo dia ngga ada dideket gua."
"Gua tahu gua salah, gua berdosa banget, ternyata becanda gua ngga lucu sama sekali, gua menyesal, gua frustasi, gua setiap malem nenggak obat tidur, tapi gua adek lu Yogie, apa lu ngga ada perasaan bersalah macarin mantan gua yang setiap hari seliweran dideket kita, dan lu juga tahu gua masih sayang dia?". Theo putus asa.
Yogie diam. Sedikit banyak Theo ada benarnya juga, tapi mau dikata apa juga hatinya tidak bisa di tahan lagi. Ia sudah terlanjur mencintai Helena, si sebatang kara itu. Ia tidak ingin siapapun menyakitinya lagi, terlebih Theo yang pernah berkhianat. Semua orang di sekeliling mereka speechless, beda cerita dengan Jay si bontot, ia sesegukan di sofa.
"Lu nangis kenapa?", tanya Hose.
"Kasian banget mba Helen, udah sendirian, di peras lagi, aohhh...". Isaknya, Jay adalah anak bungsu mereka, paling cengeng, paling mudah tersentuh, tapi badannya yang paling tinggi besar dari semua kakak-kakaknya.
"Gua ngga bisa lepasin dia lagi." seru Yogie meninggalkan mereka semua. Lalu masuk ke sebuah kamar di ujung lorong dimana ia mengantarkan Helena tadi.
.
"Kasian mba Helen... 😭", kata si bontot gess.
.
.
Annyeong readers, jangan lupa like dan subscribe ya 💜
TBC... 🌵