Dilarang boom like dan plagiat !!!
Silvia Maharani, seorang wanita yang sudah menyandang status seorang istri, bahkan juga ibu harus menelan pil pahit pengkhianatan dari suami yang sangat dia cintai.
kebahagiaan dan cinta yang setiap hari dia rasakan, ternyata hanya bualan semata. Suaminya ternyata sedang bermain api dengan wanita lain.
Hancur, itu sudah pasti. Kecewa, jangan ditanya lagi. Setelah dia menata hati dan menemukan arah hidup, Silvia memilih untuk melepaskan sang suami.
Tapi, lagi-lagi takdir tidak berpihak padanya. Masalah demi masalah terus membelitnya hingga tidak bisa melepaskan diri.
Bagaimana kisah Silvia selanjutnya?
Bisakah dia melepaskan diri dari sang suami?
Yuk, ikuti kisah mereka yang penuh dengan air mata!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 13. Kehamilan yang Tidak Terduga.
Setelah semuanya selesai, hubungan Via dan Mahen pun tampak seperti biasanya. Mahen mengambil cuti 2 hari untuk menghabiskan waktu bersama dengan istri dan juga anaknya, dia ingin membuat rumah tangganya kembali seperti semula dan melupakan semua yang sudah terjadi.
Saat ini mereka sedang jalan-jalan di pinggir pantai, sudah 2 hari mereka ada di tempat itu untuk menikmati suasana baru.
Mahen meletakkan tangannya dipinggang Via dengan posesif, terkadang dia akan mengecup pipi wanita itu membuat Via tergelak.
"Hentikan, Mas! Malu dilihat orang!" Via menahan mulut Mahen yang terus saja menciuminya, sementara Mahen merasa tidak peduli dan melanjutkan apa yang dia lakukan.
Via tertawa lepas dengan apa yang Mahen lakukan, wanita itu seolah-olah lupa bahwa beberapa hari yang lalu suaminya sudah membuat hatinya hancur berkeping-keping.
"Oh ya Sayang, lusa ada acara di kantor!" Mahen memeluk tubuh Via dari belakang, dan meletakkan kepalanya dibahu sang istri.
"Acara apa, Mas?" Via melihat ke arah Mahen dan bibirnya langsung dikecup oleh laki-laki itu. "Mas!" Dia mencubit tangan Mahen dengan sebal.
"Hahaha, kau menggemaskan sekali, Sayang!" Mahen mendusel-duselkan kepalanya dileher Via membuat wanita itu kembali tertawa. "Lusa ulang tahun perusahaan, kita harus merayakannya!"
"Benarkah?"
Mahen menganggukkan kepalanya lalu mengajak Via untuk kembali berjalan ke penginapan. "Iya, Papa udah mengundang semua kolega bisnis kita. Jadi, jangan sampai kita terlambat!"
Via mengangguk-anggukkan kepalanya. "Tapi Mas, apa El enggak pulang?"
Mahen mengendikkan bahunya. "Kau kayak enggak tau adikku saja, dia susah kali kalau disuruh pulang. Entah apa yang dia cari di sana!"
Via hanya ber-oh ria saja untuk menanggapi ucapan suaminya, karna memang adik iparnya itu jarang sekali pulang ke negara ini.
Pada saat yang sama, seorang wanita sedang mengamuk di dalam kamarnya. Sudah 2 hari dia tidak berhasil mengubungi Mahen, bahkan laki-laki itu juga tidak masuk kantor.
"Apa yang terjadi? Apa ada sesuatu antara Mahen dan istrinya itu, sehingga dia tidak masuk kantor?"
Clara merasa curiga kenapa Mahen tidak ada kabar seperti ini, padahal sebelumnya laki-laki itu akan selalu menghubunginya.
"Atau aku periksa ke rumahnya saja?"
Ya, Clara harus memeriksa Mahen di rumahnya. Dia lalu keluar dari kamar dan segera pergi untuk melihat laki-laki itu.
Sesampainya di depan rumah Mahen, Clara memperhatikan kalau rumah itu sepertinya sedang kosong. Bahkan mobil Mahen juga tidak ada di sana, apa mereka sedang pergi?
"Ke mana sebenarnya Mahen? Kenapa ponselnya tidak aktif juga?"
Clara merasa sangat kesal, dia sudah tidak sabar ingin memberitahukan kabar kehamilannya pada laki-laki itu. "Sudahlah, lebih baik aku pulang!"
Clara yang berniat untuk pulang langsung menghentikan langkahnya saat melihat mobil Mahen, dengan cepat dia bersembunyi dibalik pohon agar laki-laki itu tidak melihatnya.
Mobil Mahen masuk ke dalam pekarangan rumah dan berhenti tepat di depan garasi, lalu dia segera keluar dari sana dengan menggendong Yara.
"Tidurkan di depan tv saja, Mas!"
Mahen menganggukkan kepalanya dan langsung membawa Yara ke dalam rumah, sementara Via sibuk mengeluarkan barang-barang mereka.
Clara yang melihat semua itu mengepalkan kedua tangannya dengan erat, dia melihat semua paper bag yang dibawa oleh Via dengan sangat tidak suka.
"Dasar! Enak sekali dia menghabiskan uang Mahen, sedangkan aku, aku hanya diberi 20 juta saja tiap bulan. Tapi tidak papa, karna sebentar lagi aku akan menikah dengan Mahen. Dan aku akan mengusirmu dari rumah itu, juga dari hidup Mahen!"
Clara lalu berbalik dan pergi dari tempat itu, tidak lupa dia mengirim pesan pada Mahen untuk datang ke apartemennya!"
Sementara itu, Via yang sedang menyusun barang-barang tampak sangat lelah. Setelah semuanya siap, dia membaringkan tubuhnya di samping Yara.
"Lah, udah tidur juga!" Mahen menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Via sudah terlelap, dia lalu pergi ke dapur untuk mengambil minuman.
Setelah selesai, Mahen baru ingat kalau belum mengaktifkan ponselnya sejak semalam. Dengan cepat dia mencari benda pipih itu dan langsung menghidupkannya.
Mahen mendessah frustasi saat melihat ada banyak panggilan masuk dari Clara, juga ada beberapa pesan yang dikirim oleh wanita itu.
Dia yang awalnya tidak ingin memperdulikan semua itu sedikit terusik saat melihat pesan terakhir dari wanita itu, di mana Clara mengancam kalau akan datang ke rumahnya jika dia tidak menemui wanita itu.
"Baiklah, sepertinya aku harus menyelesaikan semua ini dengan wanita itu!"
Mahen lalu menyambar kunci mobilnya dan segera pergi ke apartemen Clara, dia ingin memutuskan hubungannya dengan wanita itu agar Clara tidak mengganggunya lagi.
Beberapa saat kemudian, Mahen sudah sampai di apartemen Clara. Dia langsung mengetuk pintu apartemen itu, dan tidak berselang lama keluarlah Clara dengan senyum lebar.
"Mahen!" Clara langsung memeluk tubuh Mahen tanpa bisa laki-laki itu cegah. "Aku merindukanmu, Mahen! Aku sangat merindukanmu!"
Tubuh Mahen mendadak jadi kaku, sekuat tenaga dia menahan sebuah getaran yang ada dihatinya. "Le-lepaskan aku, Clara!" Dia mendorong tubuh Clara agar menjauh dari tubuhnya.
"Ada apa, Mahen? Apa kau baik-baik saja?" Clara merasa bingung.
"Dengar Clara, aku harus mengatakan padamu-"
Tanpa membiarkan Mahen menyelesaikan ucapannya, Clara langsung saja menarik tangan laki-laki itu untuk masuk ke dalam apartemennya.
"Mahen, aku punya kejutan untukmu!"
"Clara, dengarkan aku dulu!" Mahen mengusap wajahnya dengan kasar saat melihat Clara berlari ke dalam kamar, padahal dia harus memutuskan hubungan mereka saat ini juga.
Setelah mengambil sebuah kotak, Clara kembali menemui Mahen yang masih berdiri di tempat itu, dia lalu menyodorkan kotak yang dia bawa pada laki-laki itu.
"Apa ini?" Mahen merasa bingung dengan kotak yang ada ditangannya.
"Bukalah, Mahen! Kau pasti akan sangat bahagia!"
Mahen terlihat penasaran, tetapi dia menahan semua itu. "Tidak, ada sesuatu yang lebih penting dari ini, Clara!" Dia mengembalikan kotak itu pada Clara.
Clara yang sudah tidak sabar melihat reaksi Mahen langsung saja membuka kotak itu. "Selamat, Mahen! Aku sedang mengandung anakmu!"
Deg. Mahen tercengang saat melihat semua itu, tangannya bergetar melihat alat tes kehamilan yang menunjukkan garis dua.
•
•
•
Tbc.
vano kenapa kamu gk wa sj via utk jgn telp dl krn msh rapat klo sdh selesai di hub.lg....klo spt itu pasti via tdk mikir kemana- mana