NovelToon NovelToon
Pesona Istri Titipan

Pesona Istri Titipan

Status: tamat
Genre:Tamat / Hamil di luar nikah / Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:380k
Nilai: 4.8
Nama Author: Wiji

"Shaka! Nimas sedang hamil anakku. Tolong nikahi dia, jaga dia seperti kau jaga orang yang kau cintai. Ada darahku yang mengalir di janin yang sedang di kandung. Terima kasih."

Itu adalah amanah terakhir dari Bryan, Kakak dari Shaka. Sejak saat itu Shaka benar-benar menjalankan amanah dari sang Kakak meskipun ia sendiri sudah memiliki kekasih yang ia pacari selama dua tahun.

Tidak mudah bagi Shaka saat sedang menjalani apa yang sudah di amanahkan oleh Bryan. Berbagai tentangan dari sang kekasih dan juga kedua orang tuanya tak bisa ia hindari.

Mampukah Shaka menjalani bahtera rumah tangga dengan wanita yang bahkan belum ia kenal? Sampai kapan Shaka kuat menjalankan amanah yang di limpahkan padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. Kembali Berdebat

Shaka tidak terlalu mendengarkan apa yang diucapkan oleh dokter itu. Ia sibuk menggeser-geser posisi tubuhnya karena merasa gugup dan tidak nyaman berada di situasi seperti ini.

"Baiklah, kalau begitu saya rasakan vitamin, ya."

Keduanya hanya menggangguk.

"Untuk Bapak, jangan terlalu sering mengajak istri untuk berhubungan badan dulu, ya. Usia kandungan yang masih enam minggu itu, masih rentan. Jadi lebih baik jarang-jarang saja untuk keselamatan janinnya."

"Berhubung badan?" ulang Shaka yang refleks. "Oh, iya-iya saya paham, dok," ucapnya kemudian dengan bergetar menahan gugup.

Setelah itu mereka keluar ruangan. Nampak wajah Nimas yang tidak setegang sebelumnya. Mungkin karena ia baru saja melihat janin yang berada dalam kandungannya itu. Sejak tadi pandangannya masih fokus pada cetakan yang bergambar berupa gumpalan.

Meski kehadirannya belum diinginkan dan datang di saat yang tidak tepat, rasa sayang Nimas sudah tumbuh seperti wanita pada umumnya. Usia yang masih terbilang muda untuk menjadi seorang Ibu tak menghalangi Nimas untuk bersyukur, janinnya baik-baik saja meski pikiran dan hatinya sedang kacau balau.

"Mau mampir ke mana dulu?" tanya Shaka begitu mereka masuk mobil.

"Nggak usah, aku mau langsung pulang aja. Aku pengen tidur, cape rasanya."

"Iya, cape jalan tadi pagi, kan," sindir Shaka.

"Kalaupun nggak jalan, cape juga, sih. Perubahan hormon itu biasa terjadi pada wanita hamil, kan? Terima kasih, ya sudah bawa aku ke dokter."

"Berterima kasihlah dengan cara yang tadi siang aku bilang. Masih ingat?"

"Masih. Harus nurut apa kata kamu. Iya, aku akan nurut. Kalau memang itu meringankan beban kamu, apapun akan aku lakukan."

***

Di rumah kediaman Narendra, Pak Malik sudah sangat murka. Beliau sejak tadi berdiri di teras seraya mondar-mandir dengan sesekali ponsel beliau letakkan di telinga. Namun, beliau nampak kesal setiap kali menurunkan ponsel dari telinga.

"Pa, Shaka ke mana? Dia kalau pulang telat selalu bilang. Papa cari, dong Pa," rengek Bu Marissa.

"Ma, Shaka sudah dewasa, mungkin dia ada urusan. Mama jangan terpatri dengan trauma Mama pada Shaka juga. Mama jangan berpikir yang tidak-tidak. Udah, Mama istirahat di dalam. Biar Papa yang tunggu. Sebentar lagi Shaka pasti pulang."

Jam sudah menetap sementara di angka sembilan. Belum ada batang hidung Shaka yang menunjukkan ia sudah pulang.

Bu Marissa khawatir bukan tanpa alasan. Beliau masih trauma dengan kecelakaan yang menimpa Bryan. Dan lagipula ini adalah pertama kalinya Shaka pulang malam tanpa izin dan kabar.

Sementara Pak Malik jelas murka pada anaknya karena beliau tahu apa yang dilakukan oleh anak bungsu yang sekarang sudah resmi menduduki posisi anak semata wayang. Beliau tahu seharian ini Shaka hanya sebentar di kantor. Sudah datang terlambat, bukannya bekerja seperti biasanya malah kembali meninggalkan kantor pada jam istirahat dan tidak kembali hingga larut malam. Dan pria tua itu tahu Shaka melakukan ini untuk siapa.

Setengah jam kemudian, nampak mobil Shaka yang masuk ke halaman dan langsung ia bawa ke garasi. Nampak wajah lega dari Bu Marissa. Sementara wajah Pak Malik sudah memerah menahan amarah sejak tadi.

"Shaka, kamu ke mana aja sih, Nak. Kenapa telepon Papa nggak diangkat, kamu bikin Mama khawatir. Jangan seperti ini, Mama takut yang terjadi dengan Bryan terjadi juga sama kamu. Kamu kenapa pulang terlambat nggak kasih kabar?" Bu Marissa mencerca dengan pertanyaan.

"Maaf, Ma. Aku tadi ada urusan sebentar."

"Tadi Mama juga telepon Raisa, dia nggak lagi sama kamu, kamu ke mana? Ada urusan apa kamu seharian ini? Sepenting apa sampai kamu nggak ngasih kabar kami?" Masih Bu Marissa yang bertanya.

"Ma, udah, ya. Sekarang, kan aku udah pulang. Aku sampai rumah dengan selamat dan sehat, kan? Nggak ada apa-apa sama aku, kan? Yuk kita masuk, maaf sudah buat Mama khawatir. Nggak akan aku ulangi lagi."

Shaka berusaha menghindari sang Ayah. Ia tahu ayahnya itu sedang menahan diri untuk tak marah sekarang.

Shaka merangkul sang Ibu dan mengajaknya masuk ke rumah. Hampir saja menjajaki lantai ruang tamu, langkah Shaka dan ibunya terpaksa dihentikan karena panggilan sang Ayah.

Jantung Shaka sudah berdetak tak karuan. Ia tak ingin jika ayahnya harus membahas amarahnya di depan ibunya. Perasaannya sejak ponsel berkali-kali berdering tadi sudah tak enak. Ia sudah menebak bahwa ayahnya marah lantaran ia seharian tak di kantor.

Ya Tuhan, Mudah-mudahan Papa hanya tahu aku tidak di kantor seharian. Aku berharap Papa tidak tahu kalau aku hari ini menghabiskan waktu dengan Nimas. Aku nggak mau Papa bahas Nimas di depan Mama. Mental Mama belum siap untuk menerima guncangan lagi. Ini terlalu mengerikan bagiku, Tuhan.

"Ke mana kamu seharian tidak berada di kantor. Urusan apa yang lebih penting dari kantor?" Pak Malik masukkan kedua tangannya di saku celana. Menatap sang anak dengan tatapan menusuknya.

"Pa," jawab Shaka memberi kode pada ayahnya untuk tidak membahas itu sekarang.

Namun nampaknya kode dari Shaka hanya dimengerti oleh Pak Malik tanpa beliau lakukan. Pria itu malah memulai membahasnya.

"Jawab Papa sekarang, Shaka! Apa kamu menghabiskan waktu seharian ini dengan perempuan itu?"

"Perempuan? Perempuan siapa? Raisa tadi Mama telepon katanya nggak sama Shaka seharian ini. Perempuan siapa sih, Pa?" Bu Marissa sudah menyahut sebelum Shaka mengeluarkan suara.

"Tanyakan saja pada anakmu ini! Dia menghabiskan waktu bersama perempuan yang mana?"

Wajah Bu Marissa menatap Shaka dengan penuh tanda tanya seakan menuntut penjelasan dari anaknya. Yang ditatap hanya mengalihkan pandangan seraya berpikir untuk membebaskan diri dari situasi seperti ini.

"Ma, aku cape. Lebih baik kita istirahat sekarang, ya. Besok aku akan cerita semuanya janji deh."

"Apa yang kamu sembunyikan dari mama Shaka? Mama ini mama kamu, yang mengadung dan melahirkan kamu. Mama tahu kamu menyembunyikan sesuatu dari Mama, apa yang kamu sembunyikan?"

Merasa tidak bisa menghindari pertanyaan dari sang Ibu, akhirnya Shaka mengumpulkan keberanian untuk bicara jujur. Toh, cepat atau lambat ibunya harus tahu bahwa ia akan menikahi wanita yang dihamili oleh kakaknya.

"Mama lupa sama pesan terakhir Kak Bryan sebelum pergi?"

Bu Marissa diam, mengingat-ingat.

"Jangan basa-basi Shaka! Katakan kalau kamu seharian ini bersama perempuan itu, kan? Perempuan yang mengaku-aku dihamili oleh Bryan."

"Dia punya nama Pa, namanya Nimas. Dia tidak mengaku-aku, Kak Bryan sendiri yang mengatakan pada kita kalau dia menghamili Nimas dan minta aku untuk nikahi Nimas."

Bu Marissa akhirnya ingat sekarang, beliau ingat apa yang dikatakan oleh anak sulungnya sebelum meninggal.

"Mama ingat sekarang. Mama ingat apa yang dikatakan Bryan sebelum meninggal. Jadi kamu seharian ini sama perempuan itu? Jangan bilang kamu akan melakukan apa yang diminta kakakmu!"

"Iya, Ma. Aku akan melakukan apa yang diminta Kak Bryan. Mama dukung aku, kan?"

"Apa kamu sudah yakin perempuan itu mengandung anaknya Bryan? Sudah tahu asal usul perempuan itu? Bagaimana bibit, bebet, dan bobot keluarga perempuan itu?"

"Apa yang membuatku tidak yakin? Kak Bryan pernah datang ke mimpiku dan memintaku untuk menikah dengan Nimas. Kalau memang mereka tidak pernah melakukan itu, mana mungkin Kak Bryan susah payah mengatakan pesannya di detik-detik terakhirnya?"

"Kamu percaya Bryan akan melakukan hal sekotor itu?"

"Ma, Kak Bryan juga manusia, pasti pernah ada khilafnya. Kenapa kalian masih menentang aku? Ini aku lakukan untuk menjalankan yang Kak Bryan amahkan, bukan karena keinginan aku. kenapa nggak ada yang mengerti perasaan aku, sih?"

"BERHENTI MEMBICARAKAN AMANAH, SHAKA!"

1
Ratih Hermansyah
part ini mengandung bawang/Sob/sedih jg jadi bryan
Ahmad Nashrullah
aneh,,,,,berzina,,,,meninggalkan aib n anak tak bernadab ke dirinya mo metong malah meninggalkan wasiat g genah,,,,,anehhhh
Yani Mulyani
Biasa
Ogi Ngatama
baik
Marlina Pardede
p
Erlinda
nimas ini super super goblo..hadeeeh sorry Thor aq stop sampai disini
Erlinda
yg aq ga ngerti kenapa author nya selalu menciptakan sosok wanita bodoh dan lemah disiksa dan dilecehkan jujur aq yg sudah ratusan membaca novel online ini baru 7 novel yg luar biasa karakter cewek nya.ga lebay ga bodoh .ini seperti sinetron ku menangis deh
Erlinda
ya Allah dasar mertua iblis semoga kau mati ditabrak mobil sampai hancur berkeping keping..
Erlinda
si nimas ini kenapa sih kok keras kepala banget ga nurut kata suami .lama lama benci jg aq dgn sikap nimas yg bodoh bin tolol ini
Erlinda
hei pak Malik itu adalah calon cucumu darah daging Bryan ..jadi orang kok seperti ga punya hati..ntar klo cucumu udah lahir dan besar jgn kau akui dia cucumu .seperti kebanyakan novel
Sri Sunarti
,lanjut
Dafila Nurul
bagus ceritanya tp banyak typo nya.
ayu irfan
Bu Marisa tega, pdhal ke cucu sendiri lo😢
ayu irfan
Shaka, kamu langka.
Susi Andriani
cintanya saka bikin aku baper😃😃😃
Susi Andriani
semangat mas saka💪💪💪
Susi Andriani
owalah ibu ibu jadi ibu itu ya mbok jangan jahat
Susi Andriani
mau aja aku mencekik ibunya saka
fifid dwi ariani
trus ceria
fifid dwi ariani
trus sehar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!