Talia Rata, harus menerima kenyataan pahitnya yang menganggap pernikahan akan berakhir dengan kebahagiaan, justru yang didapatkan sebuah rasa sakit.
Siapa sangka, lelaki yang diharapkan akan memberinya cinta yang sempurna, telah menjualnya kepada orang yang bisa memberi kompensasi untuknya.
Tidak disangka juga, rupanya lelaki yang telah membelinya adalah lelaki yang dibencinya di masa lalu.
Akankah Talia akan luluh dipelukan Ricardo?atau, justru semakin membencinya.
Penasaran akan kisah mereka berdua?
yuk simak jalan ceritanya, hanya ada di Noveltoon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan
Lalita yang mendapat tamparan dari ibunya sendiri, dirinya merasa kesal. Saat itu juga, ia langsung pergi dari hadapan kedua orang tuanya dan masuk ke kamarnya.
Ricard yang tidak ingin berlama-lama di hadapan mertuanya, memilih untuk pamit.
"Saya harus pulang, Ma, Pa, permisi." Ucap Ricard berpamitan.
"Tunggu, apa benar kalau kamu akan menceraikan Lalita istrimu? ingat, kalian berdua sudah menjalani pernikahan tidaklah sebentar, tetapi sudah cukup lama kalian menjalani hubungan pernikahan kalian berdua." Ucap ayah mertua dan menanyakan sesuatu hal mengenai hubungan pernikahan putrinya dengan Ricard.
"Maaf, saya tidak bisa melanjutkan hubungan pernikahan dengan Lalita. Saya cukup kecewa padanya." Jawab Ricard dengan keputusannya.
"Bukankah kamu akan menikahi perempuan lain? anggap saja, semua menjadi impas dengan kesalahan Lalita." Ucap ayah Lalita yang seperti tengah melakukan negoisasi pada menantunya.
"Saya menikahi perempuan lain, itupun karena permintaannya sendiri karena dirinya tidak mau hamil. Terserah, jika hubungan baik akan menjadi buruk sekalipun, saya tetap dengan keputusan yang awal, yakni menceraikan Lalita, apapun alasannya." Jawab Ricard yang tak goyah dengan keputusan yang ia ambil.
"Nak Ricard, apakah kamu setega itu kepada Lalita? menceraikannya dan kamu menikahi perempuan lain." Timpal ibunya Lalita ikut bicara.
"Maaf, saya mempunyai tujuan lain. Saya permisi, secepatnya akan saya proses perceraian bersama Lalita." Jawab Ricard tetap pada keputusannya.
Kedua orang tua Lalita sama sekali tidak merespon saat Ricard berpamitan hingga tak lagi nampak bayangannya.
"Kita harus berbuat apa, bagaimana kalau keluarga Anderson marah? ditambah lagi Ricard mempunyai bukti yang nyata. Mau di taruh dimana harga diri keluarga kita, ini sangat memalukan." Ucap ibunya Lalita yang khawatir jika putrinya benar-benar akan diceraikan.
"Papa tidak tahu, Ma. Sudahlah, kita terima saja keputusan dari keluarga Anderson." Jawab ayahnya Lalita yang terlihat pasrah.
"Kenapa Papa menjadi seperti ini sih? seharusnya tuh, Papa perjuangkan pernikahan putri kita. Bagaimana jadinya kalau kita jatuh miskin, Pa?"
"Terus, Papa harus bagaimana? apa Mama tadi tidak melihat, Ricard mempunyai bukti akurat tentang keputusan putri kita yang tidak hamil."
"Papa ini gimana sih, kita harus cari cara untuk merebutnya lagi. Tentunya juga lewat Lalita, kita suruh bermain drama, dan membalikkan fakta yang ada."
"Sekali gak, ya gak. Papa gak mau bertambah masalah dengan keluarga Anderson. Sudah cukup Papa membohonginya, lagian Lalita tidak mencintai Ricard, putri kita hanya memanfaatkan posisinya saja saat menjadi bagian keluarga Anderson untuk menaikkan pamor. Jadi, biarkan mereka bercerai." Kata ayahnya Lalita.
Sungguh terkejut bukan main saat mendengar ucapan dari suaminya, yakni menyetujui putrinya untuk bercerai.
"Apa Papa ini sudah gak waras? menyetujui anaknya sendiri untuk bercerai."
"Ma, sudah cukup membuat dramanya, jangan menjadikan anak kita menjadi umpan kita, sudahi semuanya. Kalau kita terus menerjang, yang ada jeruji besi yang akan menjadi tempat terakhir kita untuk menghabiskan masa tua kita."
"Terserah Papa lah, Mama sudah capek mendengar ocehan dari Papa. Terus, kita mau apa? kalau kita jatuh miskin bagaimana?"
"Itu sudah resiko, karena kita tidak bisa memberinya keturunan. Jadi, biarkan Lalita bahagia dengan caranya sendiri." Ucapnya dengan keputusan yang diambil.
"Papa ini ya, benar benar aneh. Dulu ngebet banget untuk menjadi bagian dari keluarga Anderson, dan sekarang berubah pikiran dan justru menyetujui perceraian anaknya." Gerutu sang istri yang merasa geram atas keputusan yang diambil oleh suaminya.
"Terserah Mama mau bilang apa, Papa sudah pasrah. Karena Papa tidak ingin masalah yang dulu akan terkuak dan kita akan berakhir di sel tahanan." Sahutnya saat mendengar istrinya menggerutu kesal, dan kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap berangkat ke kantor.
Sedangkan di perjalanan, Ricard merasa penat harus memikirkan pernikahannya dan juga perempuan yang sudah ia beli dari lelaki yang berstatus suaminya.
Tidak memakan waktu lama saat mengendarai mobilnya, Ricard sudah sampai di rumahnya. Dengan langkah kakinya yang terburu-buru, rupanya sang ibu masih di rumahnya.
"Mana istrimu, Ric?" tanya sang ibu saat mendapati putranya pulang sendirian.
"Lalita sudah aku pulangkan ke rumah orang tuanya, sekaligus akan menceraikannya."
"Apa! kamu sudah memulangkan istrimu dan akan menceraikannya? apa kamu ini sudah gi_la dengan keputusan kamu itu. Mama menyuruh kamu itu untuk mengajaknya pulang ke rumah ini, bukan memulangkan ke rumah orang tuanya. Aih! kamu ini, masih muda sudah pik_un." Ucap ibunya yang asal memarahi putranya.
"Lalita telah berselingkuh di belakangku, aku memergokinya tadi di bandara bersama lelaki yang entah siapa aku sama sekali tidak mengenalinya. Yang jelas, Lalita sudah berkhianat di belakangku." Kata Ricard menjelaskan.
"Terus, bagaimana dengan kakek kamu? sedangkan kakek mu itu memintanya hanya dengan Lalita." Ucap ibunya yang takut jika putranya tidak bisa berkuasa atas hak waris dari keluarga Anderson.
"Mama tenang saja, dan tidak perlu khawatir. Percayalah sama Ricard, semua akan baik-baik saja." Jawab Ricard meyakinkan ibunya.
Sedangkan didalam benak pikiran Ricard mulai terasa penat untuk memikirkan siapa dalang atas kematian orang tuanya Talia, perempuan yang sudah menuduhnya keluarga pemb_unuh.