Ig : @ai.sah562
Bismillahirrahmanirrahim
Diana mendapati kenyataan jika suaminya membawa istri barunya di satu atap yang sama. Kehidupannya semakin pelik di saat perlakuan kasar ia dapatkan.
Alasan pun terkuak kenapa suaminya sampai tega menyakitinya. Namun, Diana masih berusaha bertahan berharap suaminya menyadari perasaannya. Hingga dimana ia tak bisa lagi bertahan membuat dirinya meminta.
"TALAK AKU!"
Akankah Diana kembali lagi dengan suaminya di saat keduanya sudah resmi bercerai? Ataukah Diana mendapatkan kebahagiaan baru bersama pria lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lagi-lagi Terluka
"Lepaskan dia...!"
Suara seseorang mengalihkan perhatian Diana serta pria bernama Jeri yang sedang mencekal kedua tangan Diana.
"Mas Danu...!"
"Pak Zio...!"
Mendorong Jeri menghindari pria itu. Tubuh yang sudah basah kuyup itu berlari ke belakang Danu.
Sepanjang jalan, pikiran Danu terus terbayang tertuju kepada Diana. Motornya melaju ke mana saja mengikuti tangan memainkan stang motor.
Sampai di mana laju motornya membawa dia di mana Diana berada saat ini. Dia merasa geram, merasa panas melihat istrinya sedang di ganggu. Dan secepatnya Danu memberhentikan motornya. Kemudian turun, lalu berteriak 'Lepaskan dia!'
Danu menatap tajam pria yang sedang berada di hadapannya.
"Mas, tolong aku. Dia memaksaku," lirih Diana gemetar takut Jeri menodainya. Diana kembali berharap dan melindunginya. Hanya pria ini yang saat ini dia ada harapkan mampu membantu dia dalam kesulitan seperti ini.
"Eh, Pak. Papak sedang lewat sini ya? Bapak tidak perlu khawatir, ini hanya masalah kecil saja. Masalah antara pasangan kekasih," ujar Jeri tidak sedikit pun takut pada Danu.
"Tidak. Aku bukan kekasihmu. Aku sudah menikah," pekik Diana mencekal tangan Danu meminta pertolongan pada suaminya.
Danu menengok ke samping kiri memperhatikan wajah Diana yang sedang bersembunyi di balik punggungnya. "Zio, kau ngapain memiliki rasa kasihan kepada wanita yang sudah membunuh adikmu. Mending kau biarkan saja dia," batin Zio.
"Kalau kalian sedang bertengkar jangan di tengah jalan seperti ini!" ucapnya dingin lalu melepaskan cakalan tangan Diana.
Deg...
Lagi-lagi rasa sesak yang Diana rasakan saat ini. Kenapa suaminya benar-benar tidak melakukan ini?
"Mas...!" lirih Diana menatap dalam pria yang sudah terang-terangan menyakiti tetapi dia masih berharap pria inilah yang melindunginya saat ini. Tapi, harapan tidak sesuai kenyataan.
Danu melengos pergi meninggalkan Diana tanpa perasaan bersalah terhadap istrinya.
"Mas, aku ikut kamu." pekiknya Diana menangis ingin mengejar tapi Jeri mencekal menariknya kembali ke dalam mobil.
"Ayo Diana, Pak Zio tidak akan mencampuri urusan kita. Dia itu bukan siapa-siapa kamu dia tidak mungkin dia menolong kamu yang jelas-jelas tidak pernah ia kenal."
Danu melirik melihat Diana yang tengah meronta menatapnya. Danu sungguh terlalu membiarkan Diana begitu saja bersama pria yang jelas-jelas bukan saudaranya. Dia cuek menyalakan motornya dan melaju seiring tubuh Diana masuk kedalam mobil.
"Mas Danu..."
Diana terus saja mencoba lepas dari Jery. Pria yang selama ini terus mengejarnya secara terang-terangan bahkan selalu berusaha menjadikan dia miliknya.
Jeri geram, ia mengunci pintu mobil lalu mencekal kedua tangan Diana. "Cukup! Sudah cukup bagiku bersabar menghadapi dirimu yang terus saja sok jual mahal. Aku yang selama ini cinta padamu tidak pernah kau anggap sedikitpun. Tapi apa, kau sampai menjual tubuhmu kepada orang lain. Kau pikir aku tidak sakit, hah?"
"Sudah kubilang aku tidak pernah mencintaimu, aku sudah menikah. Seringkali ku bilang aku sudah menikah!" pekik Diana prustasi mencoba lepas dari cekalan Jeri yang sedang mencoba mendekatkan tubuhnya padanya.
"Aku tidak percaya. Mending sekarang kau layani aku! Aku akan membayarmu jika kau mau menjadi kekasihku dan mau melakukan apa seperti yang kau lakukan di foto-foto yang beredar."
Jeri mencekal kedua pergelangan tangan Diana menggunakan tangan kirinya. Lalu tangan kanan menarik tengkuk Diana mencoba menyatukan bibir mereka.
Danu, pria itu di buat bimbang. Akalnya terus bernyangkal dan berpikir untuk membiarkan Diana begitu saja. Tetapi hatinya memberontak merasa khawatir kepada wanita yang sudah menemaninya selama 1 tahun ini.
"Sialan, Kenapa hatiku selalu gelisah? Kenapa hatiku selalu menyangkal untuk tidak menyakitinya. Ada apa dengan diriku?" Aku tidak mungkin berempati kepadanya." pikirannya kacau.
"Aakkhhh... brengsek..." Danu memutar balikan kendaraan yang ia tumpangi ke tempat tadi.
Dengan kecepatan tinggi, Danu cepat-cepat kembali. Setibanya di sana, mobil Jeri masih ada dan dalam keadaan bergoyang-goyang. Dada Danu terasa sesak secara tiba-tiba. Tangannya terkepal menyingkirkan hal apa yang telah terjadi di dalam mobil tersebut.
Hati dan pikirannya terus berperang antara menghampiri dan tidak. Tapi lagi-lagi hatinya lah yang saat ini menang untuk menghampiri mobil tersebut.
Danu segera bergegas mendekati, melihat apa yang terjadi di dalam sana. Dia mengintip di balik jendela kaca mobil. Matanya dibuat terkejut, amarah kian memuncak di saat dia melihat Diana tengah berusaha melindungi dirinya dari serangan Jerry yang ingin mencoba membuka baju yang dikenakan Diana.
"Brengsek..." umpatnya mencari batu. Setelah mendapatkannya dan memecahkan kaca tersebut. Dan itu membuat Jeri terkejut.
"Pa-pak Zio...!" Jeri di buat tak berkutik sedikitpun menyadari kemarahan dosennya.
Diana terisak tersedu-sedu menggenggam kemeja yang ia kenakan yang sudah terkoyak di bagian kancing depan.
Danu menarik kerah Jeri. Amarah semakin membabi buta di saat tanda merah tak sengaja ia lihat di leher Diana. Tanda yang tidak ia berikan saat bersamanya.
"Ba-ji-ngan kau... Keluar!" sentak Danu menyeret paksa Jeri keluar mobil. Dia seakan tidak peduli dengan air hujan membasahi bumi. Rasa marah bergejolak di dada di kala wanita yang selalu menemaninya di sentuh pria lain. Danu tadi tidak sampai memiliki pikiran seperti ini. Dia pikir ini tidak akan terjadi.
Jeri kalah tenaga. Pria itu keluar mobil saking kencang dan kerasnya Danu menarik kerah hingga mencekik lehernya.
Bug... Bug...
"Kurang ajar kau, beraninya kau menyentuh istriku..." di saat amarah memuncak, barulah dia berkata istri.
Jeri tersungkur ke tanah dengan darah mengalir di hidung saking kerasnya pukulan Danu. Pria itu membabi buta memukuli Jeri.
Diana turun dari mobil menghindari keduanya. Ia tidak mau bertemu Danu lagi. Sudah cukup kekecewaan yang di torehkan begitu dalam selama dua hari ini. Banyak air mata, kesedihan, luka hati yang Diana dapatkan secara bertubi-tubi.
Danu menendang kaki Jeri yang sudah terkapar lemah pingsan. Dia menengok ke mobil tapi sudah tidak ada Diana di dalam. Matanya ia edarkan mencari.
Sampai Danu melihat Diana sedang berjalan mundur dengan tatapan penuh luka dan kecewa. Bibirnya pucat pasi, bahunya terguncang hebat akibat tangisan pilu.
"Diana..." lirih Danu mengusap air yang membasahi wajahnya. Dia mendekati Diana ingin memeluk tubuh wanita lemah itu. Hati Danu tersayat perih melihat sorot mata itu. Kali ini hatinya merasa sakit.
"Untuk apa, untuk apa kau menolongku? bukankah kau yang bilang kalau aku itu bukan istrimu. Bukankah kau tidak peduli denganku? Lalu kenapa kau datang menolongku, hah?" lirih Diana berucap dengan bibir gemetar.
"Dee, aku tidak tahu dia..."