Dijual sang paman dan di beli oleh mafia kejam.
Yura Milea seorang gadis belasan tahun harus rela mengandung benih pewaris untuk seorang mafia kejam.
Leonard Sebastian Johson, pria kejam itu membutuhkan seorang wanita untuk mengandung benih darinya sesuai permintaan Daddynya yang menderita penyakit akut.
Meski Yura bukanlah type ideal baginya pernikahan itu pun harus di laksanakan.
Bagaimana nasib Yura ketika di rahimnya tumbuh benih sang pewaris, sedangkan ia begitu membenci Leonard Sebastian yang selalu menghina dan merendahkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gigit Jari
Setelah mengobrol bersama tuan Melky, Yura berniat untuk membersihkan dirinya, karena hari juga sudah hampir menjelang magrib.
Tiba-tiba saja hujan turun dengan lebat di tempat tersebut, hingga suasana seketika menjadi sangat dingin.
Mereka semua pun bersiap untuk membersihkan diri .
Yura mendorong kopernya menghampiri Leon.
" Tuan, kamar ku yang mana ?" tanya Yura pada Leon.
" Mari aku antar," Leon menarik kopernya dan juga koper Yura.
Mereka berjalan melewati koridor menuju sebuah ruangan. Di Villa tersebut tersedia beberapa kamar kosong. Dan Leon memilih kamar yang paling pojok dari kamar tersebut.
" Ini kamar mu," ucap Leon.
Ia pun menarik kopernya ke dalam kamar itu. Kemudian membongkar barang-barangnya dan meletakkan di lemari pakaian.
" Loh katanya ini kamar ku, kenapa barang-barang mu juga kau simpan di dalam kamar ini ?"
" Selama di sini kita akan berbagi kamar," sahut Leon santai.
Yura memutar bola mata malasnya. Ia juga tak bisa menolak keinginan Leon.
Yura pun membongkar pakaiannya untuk mencari pakaian ganti. Sementara Leon merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Leon berbaring terlentang untuk sejenak melepaskan rasa penatnya.
" Aku mau mandi," cetus Yura dengan maksud mengusir Leon.
" Mandi saja, kau tak memintaku untuk menemani mu mandi kan ?" sahut Leon dengan santai.
" Apa kau tak bisa keluar sebentar Tuan. Aku tak leluasa mengganti pakaian jika anda masih di dalam kamar,"
" Kau mengusirku ?! "
" Bukan begitu, kau keluarlah sebentar, aku mau mandi dan berganti pakaian."
" Lakukan saja, aku tak akan melihat kok, " sahut Leon sambil membalikkan tubuhnya ke belakang.
Melihat Leon yang tak juga bergerak, Yura memilih untuk membawa semua pakaian gantinya ke dalam kamar mandi.
Setelah mandi, ia keluar dengan menggunakan pakaian lengkapnya dan saat itu Leon sudah tak berada dikamar.
***
Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Dan saat itu Yura dipanggil oleh Leon untuk makan malam bersama.
Suasana di sekitar Villa begitu dingin. Ia harus menggunakan jaket dan syal untuk menghangatkan tubuhnya.
Yura menatap aneh ke arah Wana yang sedang menghidangkan makanan untuk mereka.
Dengan langkah gontai ia pun menuju meja makan.
Melihat kedatangan Yura, Leon segera menarik kursi meja makan di sampingnya.
Tuan Melky tersenyum ke arah Yura.
" Dingin ya?" tanya tuan Melky.
"Iya daddy. Aku gak pernah kedinginan seperti ini."
" Cuaca di Villa memang dingin apalagi musim hujan begini."
" Duduklah. Aku sudah meminta Wana membuat sup ayam hangat untuk mu," ucap Leon sambil menuang sop tersebut di dalam mangkok.
Sebelum memberikan pada istrinya, Leon mencicipi terlebih dahulu sup tersebut. Setelah dirasa aman barulah Leon menyodorkan mangkuk berisi sup kepada Yura.
Mereka pun mulai menikmati hidangan makan malam. Namun Yura sedikit terganggu atas kehadiran Wana yang berada di antara mereka.
Wana memang tak ikut makan bersama mereka, ia berdiri di belakang tuan Melky untuk membantu memenuhi kebutuhan daddynya.
Sesekali Yura melirik ke arah Wana yang ternyata tengah menatapnya.
Karena ketidak nyamanan tersebut, Yura jadi kurang menikmati makan malam tersebut.
Baru beberapa suapan, ia sudah meletakkan sendok di atas mangkoknya.
" Kenapa tak makan? Apakah supnya kurang enak ?"tanya Leon.
" Enak kok, mungkin perut ku sudah terisi angin duluan," jawab Yura.
" Kau harus makan yang banyak. Ayo tambah lagi. Aku tak ingin anakku kekurangan gizi." Leon sedikit memaksa, ia kembali menyendok sup ke dalam mangkok Yura.
" Leon jangan dipaksakan, biarkan saja, mungkin Yura sedang tak berselera! " tuan Melky coba untuk membela Yura.
" Tidak daddy, biasanya Yura selalu makan banyak. Nanti dia bisa masuk angin jika makan terlalu sedikit."
Leon memang keras kepala, ia tetap tak mendengarkan nasehat Daddynya.
Ia kembali menyendok sup dan memaksa Yura memakannya.
" Ayo makan yang banyak ! " Perintah Leon.
Yura hanya bisa mendengus kesal, tapi apa daya, meski tak berselera ia tetap memakan sup tersebut hingga habis.
Leon tersenyum karena kali ini ia berhasil kembali memaksa Yura.
" Bagus, istri yang baik selalu menuruti perintah suaminya," ucap Leon.
Yura mengulum senyumnya. Ia kembali lagi melihat ke arah Wana yang sedang membersihkan makanan di atas mejanya.
Raut wajah Wana tampak datar-datar saja ketika itu.
Selesai makan, mereka menyempatkan untuk mengobrol sebentar di meja makan.
" Daddy, bagaimana jika besok kita kembali ke kota, karena daddy tau sendiri jika aku begitu sibuk."
Yura merasa ada yang aneh di perutnya. Perutnya terasa begitu melilit. Ia pun merasa mual seketika.
Yura beranjak dari tempat duduknya, kemudian ia berjalan cepat menuju kamar mandi.
Melihat hal itu Leon ikut beranjak dari tempat duduknya. Ia langsung mengejar Yura.
Sesampainya di kamar mandi, Yura langsung memuntahkan isi perutnya.
Uek uek.
Melihat hal itu Leon yang tak berpengalaman langsung panik.
" Kau kenapa?"tanya Leon ketika melihat Yura yang muntah-muntah.
Bukannya menjawab, Yura terus muntah hingga sudah tak adalagi yang ia muntahkan. Keringat dingin mengucur deras. Yura menyentuh bagian perutnya yang terasa sakit.
Seketika tubuhnya jadi lemas, hampir saja ia kehilangan keseimbangan.
Leon langsung menyambar tubuhnya." Yura kau kenapa?" tanya Leon sambil menepuk pipi Yura, karena melihat Yura yang hendak terpejam.
" Gak tau, perutku tiba-tiba saja mual, mules dan pengen muntah," ucap Yura dengan tubuh yang sedikit gemetar.
" Kamu pasti masuk angin. Atau karena kebanyakan makan jadi perutmu begah?"
Yura hanya menggelengkan kepalanya.
" Gak tau,tapi perutku rasanya pedih sekali," ucap Yura masih dengan tubuh yang sedikit gemetar karena dingin.
" Ya sudah, ayo aku bawa ke kamar."
Leon langsung mengangkat tubuh munggil Yura dan membawanya menuju kamar mereka.
Tuan Melky di bantu oleh Wana menghampiri mereka.
" Istri kamu kenapa, Leon ?"tanya tuan Melky yang juga terlihat panik..
" Yura muntah-muntah daddy."
" Memang seperti itu, kalau wanita hamil memang biasanya muntah-muntah,"cetus Wana.
Leon langsung membawa istrinya menuju kamar.
" Wana, siapkan air hangat dan obat-obatan untuk istriku!"seru Leon.
" Baik Tuan Muda," sahut Wana.
Suasana di Villa yang dingin di tambah dengan hujan lebat membuat Yura semakin kedinginan meski ia telah menggunakan sweater dan syal.
Leon meletakkan tubuh Yura dengan hati-hati di atas tempat tidur. Kemudian ia menarik selimut tebal untuk menutupi tubuh istrinya.
Ia melepaskan sendal dan mengusap telapak kaki Yura yang dingin dengan telapak tangannya.
" Masih terasa sakit ?"tanya Leon.
" Gak, hanya saja terasa perih di bagian ulu hati." Yura meraba bagian atas perutnya.
" Mungkin kau terlalu banyak memakan mangga mengkal tadi siang. Makanya asam lambung mu naik,"tutur Leon.
Wana datang membawa air hangat dan minyak kayu putih.
" Ini Tuan air hangatnya, dan ini minyak kayu putihnya." Wana menyodorkan minyak kayu putih kepada Leon.
" Iya letakkan saja di situ. Kau boleh kembali."
Leon menuang minyak kayu putih ketelapak tangannya kemudian mengusapkannya ke perut Yura yang terasa perih.
Kemudian ia kembali menuang minyak kayu putih tersebut ke telapak tangannya dan melumuri ke seluruh telapak kaki Yura yang terasa dingin.
Kegiatan tersebut terus Leon ulang hingga telapak kakinya menjadi hangat.
" Bagaimana, sudah merasa hangat ?" tanya Leon.
" Iya Tuan, sudah mendingan," jawab Yura.
" Kalau begitu sekarang kau tidur saja. " Leon menarik selimut tebal Yura kembali.
Semakin malam, hujan semakin deras. Bahkan cuaca dingin tersebut menusuk hingga ke tulang-tulangnya. Leon yang tak tahan dengan rasa dingin yang menggerayanginya seluruh tubuhnya. Ia pun berinisiatif untuk masuk kedalam selimut tebal Yura.
Yura yang baru saja terpejam kembali membuka matanya dan menoleh ke arah Leon yang melingkar lengan memeluk dirinya.
Kedua netra mereka pun bertemu.
" Kenapa, kau tak keberatan kan berbagi kehangatan dengan ku ?" tanya Leon sambil menarik turunkan alisnya.
Yura tak bisa menjawab, ia kembali membalikkan tubuhnya membelakangi Leon.
Karena Leon merasa Yura tak keberatan, ia semakin menghimpitkan tubuhnya ke tubuh Yura.
Saat itu tak ada jarak di antara mereka. Yura menggeser sedikit tubuhnya karena merasa ada yang mengeras di bagian bokongnya.
Leon kembali menarik Yura dalam pelukannya.
" Jangan jauh-jauh, aku bisa terkena hipotermia jika kedinginan seperti ini," bisik Leon di tepi telinga Yura.
Ia pun tersenyum mesum ke arah Yura.
Ehm, tak apa Tuan, lakukan saja sesuka hati mu. Aku juga yakin kau tak akan berbuat tak senonoh padaku, karena kau pasti tak berselera dengan ku," ucap Yura sambil menutup wajahnya dengan selimut.
Sementara Leon harus gigit jari, ia juga tak mungkin menelan ludah yang sudah di buangnya
Bersambung dulu gengs.
.