"Kapan kau akan memberi kami cucu!!"
Hati Sherly seperti di tusuk ribuan jarum tajam setiap kali ibu mertuanya menanyakan perihal cucu padanya. Dia dan Bima sudah menikah selama hampir dua tahun, namun belum juga dikaruniai seorang anak.
Sherly di tuduh mandul oleh Ibu mertua dan kakak iparnya, mereka tidak pernah percaya meskipun dia sudah menunjukkan bukti hasil pemeriksaan dari dokter jika dia adalah wanita yang sehat.
"Dia adalah Delima. Orang yang paling pantas bersanding dengan Bima, sebaiknya segera tandatangani surat cerai ini dan tinggalkan Bima!!"
Hadirnya orang ketiga membuat hidup Sherly semakin berantakan. Suami yang dulu selalu membelanya kini justru menjauh darinya. Dia lebih percaya pada hasutan sang ibu dan orang ketiga. Hingga akhirnya Sherly dijatuhi talak oleh Bima.
Sherly yang merasa terhina bersumpah akan membalas dendam pada keluarga mantan suaminya. Sherly kembali ke kehidupannya yang semula dan menjadi Nona Besar demi balas dendam.
Lalu hadirnya sang mantan kekasih mampukah membuka hati Sherly yang telah tertutup rapat dan menyembuhkan luka menganga di dalam hatinya?! Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
-
-
Hanya cerita cerehan, semoga para riders berkenan membaca dan memberikan dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13: Harga Diri Dan Kehormatan
Pembaca yang baik. Bisa bantu Author nentuin judul yang tepat untuk novel ini tidak? Menurut kalian apa yang bagus ya?!
1: MENGEJAR CINTA JANDA CANTIK
2: SETELAH PERCERAIAN (Judul Saat Ini)
3: GAIRAH CINTA JANDA BERSEGEL?!
Bantu milih ya 🙏🙏🙏
-
-
"Maaf, Nyonya. Tapi aku tidak berminat dengan cek yang kau berikan ini. Jika kau berpikir aku bisa kau beli dengan cek ini, maka Anda salah besar. Karena harga diriku tidak semurah itu!!" Tegas Sherly.
"Lalu berapa harga dirimu?! Berapa banyak uang yang kau inginkan dariku supaya kau bisa meninggalkan putraku?!"
"Tidak banyak, hanya satu juta triliun lengkap dengan nyawa Anda!!!" ucap Sherly dan membuat kedua mata Nyonya Veronica membelalak saking kagetnya.
Wanita itu bangkit dari duduknya dan menggebrak meja dengan keras. Membuat semua mata pengunjung cafe tertuju pada mereka berdua. "Dasar wanita sampah!! Apa kau berniat merampokku, hah?!" bentak Nyonya Veronica penuh emosi.
Sherly melirik orang-orang disekelilingnya. Mereka berbisik-bisik sambil menatap dirinya. Sepertinya mereka sudah salah paham, dan bukan Sherly namanya jika tidak memiliki cara untuk mengatasinya.
"Bukankah Anda sendiri yang bertanya seberapa mahal harga diriku. Kenapa Anda harus merah setelah saya menyebutkan angkanya. Nyonya, jika memang Anda tidak sekaya itu, sebaiknya jangan pernah menggunakan kesombongan untuk menginjak-injak harga diri orang lain!!"
"Saya memang seorang janda, tapi setidaknya derajat saya lebih tinggi dari Anda. Dan ketahuilah, tidak semua hal yang ada di dunia ini bisa di beli dengan uang. Terutama harga diri dan kehormatan!!" Sherly memakai kembali kaca mata hitamnya dan pergi begitu saja.
Wajah Nyonya Veronica pucat seketika. Kini dirinya menjadi pusat perhatian. Tak ingin semakin kehilangan harga dirinya, dia pun memutuskan untuk segera pergi dan meninggalkan cafe tersebut.
Sungguh di luar dugaan. Ternyata Sherly bukanlah wanita lemah seperti yang dia pikirkan. Gadis pendiam yang dulu pernah dia kenal, telah berubah menjadi seekor singa betina yang mengerikan.
-
-
Sherly menghentikan mobilnya di sebuah toko buah. Sebelum menjenguk sang pujaan hati di rumah sakit. Sherly berencana untuk membeli beberapa jenis buah berbeda yang pastinya Rey sukai.
Kekasihnya itu sangat menyukai jeruk, anggur dan apel merah. Selain buah, Sherly juga membeli cake dan bunga. Meskipun Rey seorang pria, tapi ruang inapnya tetap harus terlihat indah dan menawan. Begitulah yang dia pikirkan.
Setelah mendapatkan semua yang ingin dia beli. Sherly melanjutkan perjalanannya. Dia tidak ingin membuat Rey sampai mati kebosanan karena tidak ada yang menemaninya sama sekali. Karena hanya Sherly yang mengetahui perihal kecelakaan yang dialami oleh pria itu.
15 menit kemudian Sherly tiba di rumah sakit tempat Rey di rawat. Dokter masih belum mengijinkannya pulang karena kondisinya yang memang masih belum stabil. Luka-lukanya perlu perawatan intensif, terutama luka diperutnya akibat tertusuk kaca mobilnya.
"Rey, apa kau tidur?" ucap Sherly sambil mengibaskan tangannya di depan wajah pria itu. Pasalnya kelopak mata Rey tertutup rapat.
"Hn. Aku hanya sekedar menutup mata saja. Aku pikir kau tidak akan datang hari ini," Rey membuka matanya lalu menarik Sherly untuk duduk disampingnya.
"Dan membiarkanmu mati kebosanan disini?! Aku tidak setega itu, Tuan Muda Zian!!" Tegas Sherly. "Oya, aku membelikan buah-buahan segar dan cake untukmu. Aku juga membeli beberapa tangkai mawar untuk mempercantik ruangan ini." Ucap Sherly sambil tersenyum manis.
Janda cantik itu meninggalkan Rey kemudian mengambil vas bunga yang ada di sudut ruangan. Vas yang semula kosong itu kini terisi oleh sedikitnya 10 tangkai mawar merah dan putih.
Sherly mundur beberapa langkah ke belakang, dia tersenyum puas melihat bunga itu yang tampak begitu cantik. Lalu pandangannya bergulir pada Rey. "Bagaimana, Rey? Bagus tidak?" tanya Sherly memastikan.
"Bagus dan cantik."
Sherly tersenyum semakin lebar mendengar jawaban sang kekasih. Soal desain mendesain ruangan memang Sherly jagonya. Itulah kenapa dia tidak pernah memanggil jasa orang lain jika hanya untuk mempercantik rumahnya.
Ting...
Perhatian Rey teralihkan oleh sebuah pesan yang masuk ke ponselnya. Ada sebuah kiriman video dari salah satu temannya. Dan itu adalah video pertemuan antara Sherly dan ibunya. Ekspresi wajahnya berubah suram, sorot matanya dingin dan tajam.
Sherly yang kebingungan lalu menghampiri Rey dan bertanya. "Ada apa? Kenapa tiba-tiba kau terlihat marah?" Tanya gadis itu penasaran.
"Untuk apa Mama mengajakmu bertemu, dan apa yang dia lakukan padamu?" Tanya Rey meminta penjelasan.
"Dari mana kau tau jika aku habis bertemu dengan ibumu?" Alih-alih menjawab, Sherly malah balik bertanya. Kemudian Rey menunjukkan video yang baru saja ia terima pada Sherly.
"Apa dia berusaha untuk menyakitimu?!" Tanya Rey sekali lagi. Dia memastikan.
Sherly menggeleng. "Dia hanya ingin supaya aku meninggalkanmu. Ibumu juga memberiku cek senilai 5 milyar won. Dan aku mengatakan padanya, jika dia ingin aku meninggalkanmu maka dia harus memberikan uang sebesar 1 juta triliun won lengkap dengan nyawanya." Jawab Sherly dan membuat Rey tercengang.
Detik berikutnya sudut bibirnya tertarik ke atas. Rey merasa bangga pada kekasihnya ini. Selain tegas dan cantik, dia juga sangat berani. Sherly memang sudah banyak berubah sekarang, dia tidak lagi lemah apalagi mudah untuk ditindas seperti dulu.
Rey menarik tengkuk Sherly lalu membawa gadis itu ke dalam pelukannya. "Kau memang hebat, Sayang. Dan sebagai calon suamimu aku sangat bangga, kau memang yang terbaik."
Sherly tersenyum. Dia mengangkat kedua tangannya dan membalas pelukan calon suaminya itu. "Dan kau adalah pria terbaik yang pernah ada di dalam hidupku. Rey, aku mencintaimu."
"Aku juga."
-
-
"Apa?! Mengadaikan rumah ini!!"
Mirah dan Sasa sama-sama memekik kencang setelah mendengar apa yang baru saja Bima katakan. Dengan santainya Bima mengatakan jika dia telah mengadaikan rumah yang selama ini mereka tempati untuk biaya operasi plastik Delima.
Sasa bangkit dari duduknya dan langsung menampar Bima dengan keras. "Bodoh kau, Bima?! Bagaimana bisa kau melakukan tindakan gila seperti itu hanya demi biaya operasi plastik istrimu yang jelas-jelas sudah mengkhianatimu!!" Bentak Sasa penuh emosi.
"Cukup ya, Mbak. Kau tidak berhak melayangkan protes apapun padaku. Seharusnya kau juga sadar apa yang membuat wajah Delima rusak, jika buka karena dirimu. Pasti dia tidak akan mengalami luka parah di wajahnya!!"
Sasa dan Mirah menggeleng. Mereka benar-benar tidak habis pikir dengan Bima. Bagaimana bisa dia mempertaruhkan semuanya hanya demi wanita yang selama ini hanya mempermainkan dan memanfaatkannya saja.
Mirah meninggalkan Bima begitu saja. Dia harus mencari cara untuk mengatasi masalah ini. Jika saja Bima tidak bisa membayar hutang-hutangnya, maka hidup mereka akan menjadi sangat menyedihkan. Tak ingin kehilangan tempat tinggalnya begitu saja. Mirah pun segera mengambil tindakan.
"Sasa, ayo ikut Ibu. Kita harus melakukan sesuatu agar kita tidak sampai kehilangan rumah ini!!" Sasa mengangguk. Keduanya meninggalkan Bima begitu saja.
"Dasar Bima bodoh!!"
-
-
Bersambung.