Key, gadis kota yang terpaksa pindah ke kampung halaman yang sudah lama ditinggalkan ayahnya. Hal itu disebabkan karena kebangkrutan, yang sedang menimpa bisnis keluarga.
Misteri demi misteri mulai bermunculan di sana. Termasuk kemampuannya yang mulai terasah ketika bertemu makhluk tak kasat mata. Bahkan rasa penasaran selalu membuatnya ingin membantu mereka. Terutama misteri tentang wanita berkebaya putih, yang ternyata berhubungan dengan masa lalu ayahnya.
Akankah dia bisa bertahan di desa tertinggal, yang jauh dari kehidupan dia sebelumnya? Dan apakah dia sanggup memecahkan misterinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kiya cahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Petunjuk di Perpustakaan
"Ayo Key, dah lumayan keganjel niy perut. Makasih ya. Cuss, beresin kasus," ucap Nisa penuh semangat.
"Hayuukk, bismillah semoga bisa nemu petunjuk baru."
Setelah pintu terbuka, Nisa mencari saklar lampu untuk menerangkannya. Dan mencari tempat Mbak Yuni biasa duduk di perpus.
"Key, sini. Aku sering liat dia baca sambil duduk di meja itu," kata Nisa sambil menggandengku.
"Yuk, kita cari mulai dari laci mejanya aja," ucapku dengan berjongkok memeriksa bawah meja.
Aku dan Nisa belum menemukan apa-apa. Jadi kami putuskan untuk duduk di meja itu sebentar sambil mencari petunjuk lain.
"Kamu gak inget sesuatu lagi tentang Mbak Yuni? Misalnya buku yang sering dibaca gitu?"
"Enggak, aku cuma taunya dia suka duduk di situ aja. Tapi, eh bentar deh. Seingetku, dia suka banget baca novel tentang keluarga. Klo gak salah judulnya 'Ibu, aku merindukanmu'. Tapi aku gak tau di mana letaknya," ucap Nisa.
"Ehhmm... Susah juga ya klo gitu. Padahal waktu kita gak banyak buat nyari petunjuknya. Heeiii, tadi kayak ada sekelebat bayangan dari lemari rak 5A. Apa itu Mbak Yuni ya?"
"Ayo, kita ikutin. Mungkin itu petunjuk dari dia!"
Kami berdua menuju ke lemari rak 5A, kemudian bayangan itu muncul lagi lurus ke depan. Kamipun terus menikutinya sampai berhenti di deretan lemari rak 10A.
"Lha kok gak ada lagi ya? Apa kita harus cari satu per satu dari sini?" ucapku sambil melihat-lihat barisan buku yang berjejer rapi di rak khusus novel ini.
"Eh, tu ada buku yang jatuh dari rak," kata Nisa dengan berlari mengambil buku yang jatuh.
"Iya, bener ini buku yang biasa dibaca Mbak Yuni," tambah Nisa.
"Yuk, kita bawa ke depan saja biar lebih jelas bacanya."
Kamipun menuju ke tempat duduk yang biasa digunakan Mbak Yuni. Dan membuka halaman demi halaman, tapi tak ada kertas atau surat semacam wasiat apapun di sini.
"Eh, bentar Nis. Coba buka halaman sebelumnya, kayaknya ada kata yang dilingkari tipis dengan pensil," ucapku saat melihat ada tulisan yang janggal di sebuah halaman buku.
"Iya niy, maksudnya apa ya?" tanya Nisa bingung.
"Coba, cari halaman berikutnya apa ada kata lain yang dilingkari?"
"Ada, Key. Trus gimana?"
"Klo aku baca komik 'detektif conan' atau novel 'sherlock holmes' , biasanya kita harus cari dari hal terkecil. Mungkin aja bisa jadi petunjuk baru," jawabku meyakinkan, mengikuti intuisi yang ada di kepalaku.
"Lha trus niy diapakan maksudnya?" tanya Nisa masih belum mengerti
"Coba kamu baca dari halaman pertama, kata apa saja yang dilingkari. Trus aku yang nyatet di buku," kataku langsung mengambil buku dan alat tulis dari dalam tas.
"Ooo, gitu. Ya dah. Ku baca ya," jawab Nisa yang mulai membaca kata demi kata yang segera ku catat semuanya, sampai terakhir halaman dari buku.
'ibu maafkan anakmu yang tidak pantas hidup untukmu dan tolong tinggalkan dia demi kebaikanmu.'
"Nah, ini bisa jadi petunjuk baru kayaknya. Brarti kita harus menemui ibunya. Tapi alamatnya di mana, kamu tau nggak Nis?"
"Yang aku tahu, Bu Marni itu mantan tetangga Mbak Yuni. Apa kita tanya ke dia aja?" usul Nisa.
"Yadah, ayo kita cari Bu Marni lagi sambil kembalikan kunci ini."
Kami berdua mengunci kembali ruang perpustakaan, dan mencoba mencari Bu Marni. Semoga saja rapat guru belum dimulai, jadi masih ada waktu buat mencari petunjuk lagi.