"Kau berasal dari masa depan kan?" Ucapan Nares membuat Yarana diam. Bagaimana bisa Nares mengetahui hal itu?-Yarana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Staywithme00, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Nares melangkah ke sebuah tempat, yang membuat berbagai persenjataan. Nares ingin menyelidiki tentang pisau yang berukuran sekitar 20-25 cm. Nares mengetuk menyelonong masuk ketempat pandai besi sebab mereka tak membuat pintu untuk diketuk. Hawa disekitar pembuat besi begitu panas sebab mereka menggunakan api agar bisa melunakkan logam dan baja.
“Permisi.” Ujar Nares masuk dengan langkah yang hati-hati, takut mengganggu para pekerja yang sedang bekerja.
“Apa yang kau cari?” Seorang pandai besi sedang fokus mengasah beberapa pedang.
“Aku ingin bertanya sesuatu.” Nares lalu memberikan sebuah kantong kecil berisikan beberapa emas.
“Apa yang ingin kau tanyakan?” Pengrajin besi yang tadinya cuek dan hanya fokus mengasah pedang, langsung tersenyum sumringah melihat kantong kecil yang berisikan emas.
“Apa ada bangsawan yang pernah membuat pisau berukuran panjang 20 sampai 25 cm disini?” Nares dengan tatapan menyelidik, menunggu jawaban dari sang pandai besi. Wajah pembuat besi tersebut terlihat mengingat-ingat bangsawan-bangsawan yang pernah mengunjunginya.
“Aku rasa tidak ada.” Ujarnya setelah berusaha dengan keras mengingat.
“Kau yakin? Coba kau ingat-ingat lagi!”
“Aku akan menambahkan beberapa koin emas untukmu.” Nares mengeluarkan jurus terakhirnya.
“Oh ya aku ingat.” Benar sudah dugaan Nares, pasti pembuat besi ini sengaja berbicara begitu, agar mendapat lebih banyak keuntungan.
“Jadi bangsawan mana yang pernah memesan pisau seperti itu?” Nares dengan tatapan mata yang tajam bertanya lagi. Pembuat besi sedikit takut karena melihat perubahan ekspresi dan intonasi Nares. Yang tadinya Nares berbicara dengan nada biasa saja, mendadak menjadi dingin mencekam.
“E..eee waktu bangsawan tersebut datang, ia memakai sebuah jubah berwarna kemerahan. Wajahnya tak terlihat. Tapi, kalau dari pakaiannya yang mewah pastilah dirinya berasal dari kalangan bangsawan. Ia juga membayar dengan mahal pisau itu, agar prosesnya pembuatan lebih cepat.” Pria dihadapan Nares menjelaskan mengenai apa yang ia ingat.
“Jadi kau tidak tahu namanya?” Nares mengajukan pertanyaan lagi pada pembuat besi.
“I..iya aku lupa namanya tuan.”
“Kalau begitu, aku tidak jadi memberikanmu koin tambahan.” Nares menggenggam sekantong kecil koin emas lagi ditangannya.
“Tu..tunggu tuan, aku ingat sesuatu.” Pembuat besi mulai memaksakan ingatannya tentang bangsawan yang membeli pisau padanya. Nares berhenti, untuk mendengarkan yang ingin dikatakan pria itu.
“Dijubahnya, ada tulisan K.L. tuan.”
“Mungkin saja itu adalah inisial namanya.” Lanjut pembuat besi memberi tahu Nares.
Setelah mendengar informasi tambahan, Nares melemparkan kantong kecil berisi emas lagi pada pria matrealistis yang ada dihadapannya.
“Sungguh baik dirimu tuan.” Pemilik besi mengucapkan sebuah kalimat yang menyanjung Nares. Yang disanjung sama sekali tidak peduli. Nares hanya ingin sebuah informasi untuk mengakhiri semua masalah ini.
“K.L.? Bukankah itu nama sebuah kota yang jarang diketahui banyak bangsawan? “ Nares melangkah sambil memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada. Salah satu bangsawan yang besar dan lahir di sana adalah perdana menteri Qwera. Beliaulah yang selalu membanggakan kota kelahirannya.
Jadi, tersangka utama dalam kasus pembunuhan ini adalah perdana menteri Qwera. Kini perdana menteri, akan diselidiki ketat oleh Nares.
********
“Putri, kita akan pergi kemana?” Vello mengikuti langkah Yarana yang terburu-buru pergi meninggalkan toko sapu tangan. Sejak tadi ia berjalan dengan cepat.
“Kita akan mencari Nares. Aku ingin membahas sesuatu dengannya.” Yarana masih saja berjalan dengan gaunnya yang sedikit mempersulit ruang geraknya.
“E..eh tapi pangeran Nares sedang keluar putri.” Vello membuat langkah Yarana terhenti.
“Benarkah?” Yarana menatap Vello dengan wajah kecewa. Percuma saja Yarana terburu-buru, toh Nares juga sedang pergi entah kemana.
“Iya benar, dan jaraknya sekitar 1 jam dari sini.” Vello tadi pagi diberitahu oleh Nares saat akan keluar. Sengaja ia tak memberi tahu Yarana, karena Nares masih sedikit merasa bersalah dan tak enak hati mendengar ucapan Yarana tadi malam. Entah kenapa ucapan Yarana, membuat Nares merasa bersalah. Sebab inilah, Nares menginfo pada Vello kalau dirinya akan pergi ke sebuah desa yang berjarak 1 jam dari tempat mereka menginap.
“Begitu ya. Yasudahlah aku akan menunggu saja.” Yarana memutuskan untuk berkeliaran disekitar kastil. Tak lupa, Vello juga menemaninya sebab memang menjadi tugas Vello. Sekitar 45 menit Yarana mengelilingi bangunan dan pemukiman-pemukiman yang ada disekitar kastil.
Saat sedang mengamati kondisi sekitar, Yarana melihat beberapa orang mengejar dua anak laki-laki. Mereka sepertinya kembar.
“Heh, pencuri!” Salah seorang warga perempuan berbadan gempal, mengejar dua anak kecil itu dengan kayu rotan panjang. Anak-anak kecil ini seketika berlari ke arah Yarana.
“Hei, kalian pencuri. Jangan bersembunyi.” Ujar wanita berbadan gempal dengan muka masam.
“Ma… maaf. Tapi ada apa ini.” Yarana merasa kasihan melihat dua anak laki-laki yang kurus dan lusuh ini. Mereka memakai baju robek dengan banyak tambalan.
“Jangan membela pencuri nona. Mereka ini telah mencuri makanan dari rumahku.” Wanita gempal terus saja berceloteh tanpa henti.
“Kemari kau!” Wanita gempal mengarahkan rotannya untuk memukul dua anak laki-laki ini.
“Tu.. tunggu. Apa mereka sering mencuri?” Yarana bertanya lagi pada wanita gempal.
“Tidak, dulu mereka tidak berani mencuri. Tapi hari ini mereka telah berani mencuri.” Wanita gempal menjelaskan dengan sejujurnya apa yang dilakukan dua bocah laki-laki ini.
“Begitu ya, baik ini saya ganti.” Yarana mengeluarkan beberapa koin untuk mengganti kerugian yang didapatkan wanita gempal.
“Awas, kalian mencuri lagi di kedaiku.” Wanita gempal tanpa berterima kasih langsung meninggalkan dua bocah kecil itu.
Yarana melirik dua bocah laki-laki yang sedang memegang dua buah roti.
“Kenapa kalian mencuri?” Ujar Yarana sambil berjongkok bertanya pada dua anak kecil yang sejak tadi tak berani menatapnya.
“Ka… kami…” Ujar salah satunya berusaha menjawab namun terputus, sepertinya mereka sangat takut berbicara.
“Jika kalian tidak berbicara, bagaimana aku akan tahu apa alasan kalian melakukannya?” Yarana berusaha membuat dua anak kecil ini bicara.
“Aku tidak akan menghukummu, kalau kalian mau berbicara dengan jujur.” Ia mengeluarkan jurus detektif untuk menghadapi dua bocah kecil.
“Kami lapar, hari ini tidak ada makanan dirumah. Orang tua kami gagal bertani.” Salah satu anak yang memiliki tanda lahir dipipinya menjawab
“Jadi kami pergi untuk mencuri.” Anak satunya, yang tak memiliki tanda lahir menimpali jawaban saudara kembarnya.
“Oh jadi karena itu?” Yarana bertanya lagi pada dua anak kecil tersebut. Mereka kompak mengangguki pertanyaan Yarana.
“Kalau begitu tunggu disini sebentar.” Yarana pergi masuk kedalam kastil, kemudian keluar sambil membawa beberapa kantong koin emas.
“Ayo, kita pergi mencari tepung gandum, dan bahan pokok lainnya.” Yarana mengajak dua bocah kecil ini pergi. Vello seperti biasa, akan mengikuti kemanapun putri kerajaan Bellvana melangkah. Mereka pergi menuju ke pasar. Di sana, Yarana memilihkan kualitas gandum terbaik yang ada. Bahan makan utama kerajaan eropa adalah roti-rotian, sebab itulah mereka membuat roti dari gandum. Yarana juga membelikan mereka beberapa buah-buahan dan bibit-bibit sayuran agar orang tua kedua bocah laki-laki itu bisa bekerja kembali di ladang mereka. Yarana pikir, kalau memberikan bahan makanan saja, hanya akan habis dalam beberapa hari saja. Tapi, kalau ia memberikan bibit tanaman dan sayuran, hal tersebut bisa berguna bagi kedua orang tua anak kecil ini untuk jangka panjang. Yarana harap, dua anak kecil ini tak akan lagi kekurangan makanan.
\#bersambung\#