Hidup Syakila hancur ketika orangtua angkatnya memaksa dia untuk mengakui anak haram yang dilahirkan oleh kakak angkatnya sebagai anaknya. Syakila juga dipaksa mengakui bahwa dia hamil di luar nikah dengan seorang pria liar karena mabuk. Detik itu juga, Syakila menjadi sasaran bully-an semua penduduk kota. Pendidikan dan pekerjaan bahkan harus hilang karena dianggap mencoreng nama baik instansi pendidikan maupun restoran tempatnya bekerja. Saat semua orang memandang jijik pada Syakila, tiba-tiba, Dewa datang sebagai penyelamat. Dia bersikeras menikahi Syakila hanya demi membalas dendam pada Nania, kakak angkat Syakila yang merupakan mantan pacarnya. Sejak menikah, Syakila tak pernah diperlakukan dengan baik. Hingga suatu hari, Syakila akhirnya menyadari jika pernikahan mereka hanya pernikahan palsu. Syakila hanya alat bagi Dewa untuk membuat Nania kembali. Ketika cinta Dewa dan Nania bersatu lagi, Syakila memutuskan untuk pergi dengan cara yang tak pernah Dewa sangka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan tahanan
"Nania, sekarang kamu sudah kembali. Maukah kamu menikah denganku?" tanya Dewa dengan nada lirih penuh kelembutan.
Syakila masih ada di sana. Matanya merekam setiap momen, tanpa terlewat sedikit pun.
"Kalau kita menikah, lalu Syakila bagaimana? Walau pernikahan kalian palsu, tapi tetap saja Syakila itu adikku," ucap Nania dengan ekspresi memelas.
"Aku bisa membuangnya," jawab Dewa bersemangat. "Bukankah, dari dulu Syakila selalu merebut apapun yang kamu miliki? Dia selalu jahat padamu. Jadi, sudah waktunya aku membalaskan semua luka yang pernah kamu alami karena dia."
"Tidak, Dewa," geleng Nania. "Mau sejahat apapun Syakila, dia tetap adikku. Lagipula, kalau kamu membuangnya, nanti... dia dan anaknya harus kemana?"
"Kamu tidak perlu berbaik hati pada Syakila, Nania," ucap Dewa sambil mengelus rambut panjang Nania.
"Dia adikku, Dewa!" tegas Nania. "Dan... Andrew adalah keponakan ku. Meski, lahir dengan cara yang memalukan, tapi Andrew tetap tidak bersalah."
Dewa sangat percaya jika Nania adalah gadis yang benar-benar baik. Matanya sudah buta. Sepertinya, pria itu sudah menjadi budak cinta untuk Nania.
"Baiklah!" angguk Dewa mengalah. "Aku akan memberikan uang untuk Syakila sebagai bentuk kompensasi. Bagaimana, menurutmu?"
Nania mengangguk. Dia pun tersenyum kepada Dewa.
"Dewa, maafkan aku! Dulu... Aku terpaksa putus hubungan denganmu karena dipaksa oleh Syakila. Dia sangat menyukaimu. Itu sebabnya aku..."
Nania menangis lagi. Berpura-pura tak bisa melanjutkan kata-katanya.
"Jadi, semua ini gara-gara Syakila?" geram Dewa marah. Dia memeluk Nania dengan erat.
Dulu, dia tidak pernah tahu apa salahnya, sehingga Nania tega meninggalkannya begitu saja. Dan, hari ini, akhirnya dia tahu alasannya.
"Awas saja, perempuan itu!" lanjut Dewa penuh dendam.
Dalam pelukan Dewa, Nania tersenyum penuh kemenangan. Ya, dia berhasil menghasut Dewa. Dia berhasil membuat sang mantan kekasih kembali ke dalam pelukannya.
****
Setelah mengetahui tentang pernikahan palsu antara dirinya Dewa, Syakila kini tak lagi menangis. Mau sesakit apapun hatinya saat memikirkan semua kebohongan Dewa, air matanya sudah tidak tumpah lagi.
"Sudah benar-benar kering, ternyata," gumam Syakila ketika menyentuh pipinya.
Dia ingin sekali mengeluarkan air mata. Namun, air matanya menolak untuk bekerjasama.
Hari-hari berikutnya, Dewa tak pernah pulang ke rumah. Hampir seminggu lebih, pria itu tak kelihatan batang hidungnya.
Namun, Syakila enggan bertanya kemana pria itu pergi. Satu pesan teks pun, tak pernah ia kirimkan ke ponsel Dewa.
"Kenapa Syakila tidak pernah mengirim pesan? Biasanya, kalau aku tidak pulang, dia pasti akan mengirim banyak pesan untuk menanyakan kabarku."
Dewa yang saat ini sedang berlibur bersama Nania dan kedua orangtua Nania di pulau pribadi, terus memandangi ponselnya sejak tadi. Ocehan Nania tentang tas mahal yang ingin dia beli, seolah tak terdengar sama sekali di telinganya.
"Dewa!" tegur Nania.
"Ah, ya?" jawab Dewa tersentak kaget.
"Kenapa kamu terus memandangi ponselmu?" tanya Nania.
"Ada sedikit pekerjaan kantor yang harus aku pantau," jawab Dewa berbohong.
Tampang Nania langsung merengut. "Dewa, kita kan sedang liburan. Tidak bisakah kamu fokus padaku saja?" rengeknya manja.
"Baiklah! Maaf!" ucap Dewa sembari meletakkan ponselnya kembali diatas meja.
Nania tersenyum penuh kemenangan. Dia bukan orang bodoh. Dia tahu, jika Dewa saat ini sedang memikirkan Syakila.
Meski, Dewa mengatakan tidak memiliki perasaan apapun terhadap Syakila, namun Nania tahu bahwa lelaki itu sedang berbohong.
Ayolah! Syakila itu gadis yang sangat cantik. Bentuk tubuhnya juga proporsional. Kulitnya sangat putih dan mulus meski tak pernah tersentuh oleh perawatan mahal. Andai bukan karena keberadaan Andrew sebagai titik noda dalam kesempurnaan Syakila, pasti Dewa sudah lama jatuh ke pelukan adik angkat Nania itu.
"Nak Dewa, sebaiknya Syakila tidak perlu diusir," ucap Nessa saat makan malam tiba.
Mereka berempat duduk bersama untuk menikmati makanan yang sudah dihidangkan oleh pelayan. Saat Nessa dan Dito diberitahu tentang hubungan Dewa dan Nania, kedua orangtua itu langsung setuju tanpa berpikir.
Mereka tak peduli dengan nasib Syakila. Apalagi, mereka juga sudah tahu jika ternyata pernikahan antara Syakila dan Dewa hanya sandiwara semata.
"Maksud, Tante?" tanya Dewa tak mengerti.
"Biarkan saja Syakila tetap tinggal di rumah Nak Dewa. Nanti, dia bisa Nak Dewa jadikan pembantu. Bukankah, Nak Dewa bilang sendiri, kalau Nak Dewa tidak suka ada orang asing di rumah Nak Dewa?"
"Tapi, jika Syakila tetap tinggal di rumah ku, bagaimana kalau dia nekat mencelakai Nania lagi?" tanya Dewa.
Nessa, Dito dan Nania tampak saling pandang.
"Itu tidak akan terjadi. Selama Nak Dewa tetap berpura-pura baik terhadapnya, dia pasti akan menuruti semua permintaan Nak Dewa."
"Tapi, aku ingin tinggal berdua saja dengan Nania. Aku ingin dia memasak untukku. Aku ingin dia melayaniku. Aku ingin dia..."
"Nak Dewa..." potong Dito cepat. "Nak Dewa tahu sendiri kalau Nania pernah mendonorkan ginjalnya untuk Syakila, kan? Jadi, dia tidak mungkin sanggup untuk melaksanakan pekerjaan rumah seperti itu."
Dengan cepat, Nania dan Nessa membenarkan ucapan Dito. Terutama, Nania. Sejak kecil, dirinya sudah dimanja. Enak saja, Dewa malah ingin menjadikannya pembantu.
"Lebih baik Syakila saja," imbuh Nessa. "Anggap, sebagai bentuk kompensasi karena Syakila sudah mengambil ginjal milik Nania."
Dewa mengangguk-anggukkan kepalanya. Kata-kata orangtua Nania cukup masuk akal. Saat masih dekat dulu, Nania memang pernah cerita jika dirinya hanya hidup dengan satu ginjal. Semua itu karena dia rela mendonorkan satu ginjalnya demi menyelamatkan hidup adik angkatnya.
Karena alasan itulah, Dewa jadi sangat menyukai Nania. Dia merasa jika Nania adalah jelmaan Dewi khayangan. Gadis itu sangat suci dan mulia.
"Baiklah! Aku akan segera mengurus Syakila. Aku akan pastikan kalau dia akan menjadi pelayan untuk Nania."
****
Pulang dari liburan, Dewa akhirnya langsung menyelenggarakan pernikahan untuk Nania. Acaranya tak bisa dilangsungkan secara besar-besaran mengingat Dewa sudah pernah mengumumkan pernikahan dengan Syakila terlebih dulu.
Dia sengaja memberitakan pernikahan dengan Syakila secara besar-besaran karena ingin memancing Nania kembali. Dan, semua itu memang berhasil meski akhirnya dia tak dapat memberi pernikahan yang megah untuk sang kekasih.
"Sayang, walaupun pernikahan kita dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi, tapi percayalah! Aku hanya mencintai kamu. Bahkan, istri sahku juga hanya kamu."
"Tidak apa-apa, Sayang. Aku bisa mengerti. Toh, semua memang salahku. Aku yang sudah lebih dulu meninggalkan kamu."
"Bukan salahmu. Ini semua salah Syakila."
Dewa memeluk Nania dengan erat. Dia merasa sangat puas karena akhirnya bisa bersatu dengan perempuan yang sangat dia cintai.
"Sekarang, ayo ikut aku pulang!" ajak Dewa.
"Iya," angguk Nania patuh.
Sampai di rumah, keduanya dikejutkan dengan ulah Syakila yang justru sedang bersiap-siap untuk pergi.
Perempuan itu sudah mengemasi barang-barangnya. Sambil menggendong Andrew, dia pun keluar dari kamar.
"Kamu mau kemana?" bentak Dewa yang tiba-tiba merasa gelisah.
Syakila menoleh ke arahnya. Tatapannya terlihat sangat datar. "Pergi," jawabnya singkat.
"Pergi kemana?" tanya Dewa.
"Bukan urusanmu," jawab Syakila. "Sekarang, karena kamu sudah pulang, bisakah kamu meminta para bodyguard-mu untuk membiarkan aku pergi? Aku bukan tahanan. Aku bebas kemana pun yang aku inginkan."
Ya, selama Dewa berlibur bersama Nania, Dewa memang meminta beberapa orang bodyguardnya untuk menjaga Syakila dengan ketat. Entah sudah memiliki firasat atau apa, Dewa merasa jika Syakila mungkin saja akan tiba-tiba menghilang dari hidupnya.
Dan, entah kenapa... Ketika memikirkan kemungkinan itu, Dewa merasa sangat tidak tenang.
"Jangan harap kamu bisa pergi dari sini, Syakila! Selamanya... Kamu akan membusuk di rumah ini," desis Dewa dengan tatapan tajam.
lah
semoga syakila bahagia dan bisa membalas dendam terhadap keluarga dito yang sangat jahat
menanti kehidupan baru syakila yg bahagia...