Karena desakan Ekonomi, Rosa terpaksa harus menikah dengan pria yang sama sekali tak di cintainya. Bekas luka di tubuh serta hatinya kian membara, namun apalah daya ia tak bisa lepas begitu saja dari ikatan pernikahan yang isinya lautan luka.
seiring berjalannya waktu, Rosa membulatkan tekadnya untuk membalas segala perbuatan suaminya. bersembunyi di balik wajah yang lemah lembut nan penurut, nyatanya menyiapkan bom waktu yang bisa meledak kapan saja.
Hem, gimana ya ceritanya. yuk simak kelanjutannya, jangan lupa tinggalkan jejak likenya, komen, subscribe dan vote 🥰🫶
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mata bengkak
Lucy dan Rosa sudah kembali ke rumah, Rosa terlihat banyak diam dan melamun sampai jalan saja ia beberapa kali hampir terjatuh. Ada banyak pertanyaan di kepala Rosa mengenai hal yang ingin Lutfi tunjukkan, ia sangat penasaran sekaligus ingin cepat-cepat berziarah ke makam Rizal dan menyampaikan permohonan maafnya.
"Istirahat dulu, biar Naresh gue kasih ke Bik Kokom." Ucap Lucy sambil berjalan mencari Bik Kokom.
Rosa menganggukkan kepalanya, ia pun pergi ke kamarnya mengistirahatkan kepalanya yang terasa berat. Mata Rosa juga sembab, lama menangis membuat energi Rosa terkuras banyak.
****
Di tempat lain.
Lutfi mengendarai motornya menuju sebuah tempat, ia singgah ke sebuah minimarket untuk membeli segala kebutuhan yang sekiranya wajib ia bawa. Saat semuanya dirasa cukup Lutfi kembali melajukan motornya, ia masih teringat akan Rosa yang menangis setelah ia memberitahukan kepergian Rizal.
"Kasihan juga ya dia, gak kebayang gimana jadinya kalau dia tahu versi lengkapnya? Duh, gue jadi gak tega." Gumam Lutfi.
Ada 3 hal yang akan Lutfi tunjukkan pada Rosa, di sisi lain ia harus menyampaikannya, namun di satu sisi pula ia tak tega karena sudah pasti hati Rosa terluka.
****
Meeting berjalan dengan lancar meskipun Alan terlihat sangat gelisah, ia masih kepikiran dengan foto yang di kirimkan oleh Lucy. Apakah Alan sudah merasa Cemburu, sepertinya kata itu pas untuk menggambarkan bagaimana reaksinya saat ini.
Selesai meeting.
Alan memasukkan laptopnya dan berjalan menuju lift, Lendra mengejarnya dari belakang namun pria itu lebih cepat menutup liftnya dan memencet tombol lantai dasar. Alan memang mengizinkan Rosa dan Lucy jalan keluar, akan tetapi hatinya justru memaksa untuk istrinya cepat pulang dan duduk mengobrol berdua di teras rumah.
Ting.
Langkah kaki Alan berjalan dengan cepat, ia tak sabar ingin sampai di rumah, hatinya kini gelisah kala berjauhan dengan istrinya.
Banyak orang yang menyapa, namun Alan abaikan karena merasa buru-buru.
Sampai di parkiran, ia langsung menekan kuncinya kemudian membuka pintu mobil lalu duduk di kursi kemudi. Saat memasang seatbelt, suara pesan masuk mengalihkan atensi Alan. Tangan kekar Alan meraih ponsel yang ia simpan di kursi samping, tertulis nama yang sudah lama menempati hatinya. Tak berniat membalasnya, Alan lebih memilih mengabaikannya karena kini ada perasaan rasa bersalah jika ia lebih mengutamakan wanita yang bukan istrinya.
Pesan masuk bertubi- tubi, bahkan berubah menjadi panggilan masuk beberapa kali sampai Alan memukul stir mobilnya karena terganggu. Mau tak mau ia menjawab panggilan tersebut, sambungan telpon pun kini terhubung dan Alan pun memulai komunikasinya. Alan memejamkan matanya sejenak kala panggilan suara beralih menjadi panggilan video, jari jempolnya menggeser tombol berwarna biru sampai muncullah seorang wanita cantik yang tengah berbaring di kasurnya menggunakan pakaian terseksinya.
"Sayang, kapan kamu kesini? Sudah lama sekali tidak menemuiku, apa istrimu itu melarangmu menemuiku?"
"Aku sibuk."
"Kenapa jawabanmu singkat seperti itu?"
"Ayolah, aku lelah. Aku pun baru sembuh setelah beberapa hari sakit, sekarang pun belum pulih sepenuhnya."
"Aku gak mau tahu, kalau kamu tidak datang sekarang juga aku akan bilang sama istri diatas kertasmu itu kalau Naresh anak kita!"
"15 menit aku datang"
Tuttt...
Alan mematikan panggilan video tersebut karena kesal mendengar sebuah ancaman, dengan terpaksa ia harus menemui wanitanya sebelum semuanya terbongkar. Bisa gagal usahanya mengambil hati Rosa kalau tak langsung mengiyakan permintaan kekasihnya itu.
****
Sore hari.
Rosa di bangunkan oleh Lucy karena hari menjelang maghrib, dengan mata yang masih terasa perih sekaligus bengkak Rosa berusaha membuka matanya. Lucy menahan tawanya kala melihat mata Rosa yang membengkak, Rosa yang menyadari kalau Lucy tengah menertawakannya pun langsung mencubit pinggang bestienya itu.
"Kayak di sengat tawon, hahaha." Tawa Lucy pun pecah
"Ih, Lucy!" Kesal Rosa.
"Mending kompres deh, daripada nanti si Alan curiga. Tapi sebelum itu, gue mau foto dulu."
Cekrek.
Dengan jahilnya, Lucy memotret wajah Rosa dan langsung kabur begitu selesai mendapatkan gambarnya.
"Lucy, nyebelin banget si, awas ya!" Rosa langsung berdiri lalu mengejar Lucy.
Keduanya terus berlarian di rumah yang sangat luas itu, Lucy juga terus meledek Rosa sampai keduanya pun sesekali tertawa. Bik Kokom dan pembantu lainnya ikut tertawa, mereka seakan memiliki kebebasan karena sang pemilik rumah tengah tidak ada.
Lelah berlarian, akhirnya Lucy menyerah kemudian menjatuhkan tubuhnya diatas sofa di susul oleh Rosa.
"Capek banget," Keluh Lucy.
"Sama, hah, hah..." Sahut Rosa sambil mengatur nafasnya.
Rosa berusaha melebarkan matanya menggunakan jarinya, ia melihat ke sekeliling rumah mencari sosok suaminya yang biasanya sudah duduk di meja makan saat menjelang maghrib.
"Alan belum pulang?" Tanya Rosa beralih menatap Lucy.
"Belum, cieee... Nyariin," Ledek Lucy.
"Buat jaga-jaga, gila! Mana mungkin dengan muka begini aku ngadep dia, yang ada dia curiga." Kesal Rosa.
"Kagak tahu, Lendra bilang sih tuh orang dah balik dari siang, kita tadi kontekan soalnya." Ucap Lucy.
"Palingan lagi makan lontong, udah lama kan belalainya kagak di kasih makan. Udah biasa juga jarang pulang, pas ke kamarnya tahu-tahu udah ada balon pelindung belalai di sakunya. Ya, alhamdulillah si, jadi aku gak perlu takut ketemu dia." Ucap Rosa dengan santainya.
"Omongan lo gak ke cerna sama otak gue, bahas apa sih? Sumpah, gue gak ngerti." Tanya Lucy bingung.
"Intinya, si Alan lagi ngamar sama emaknya Naresh. Ngerti sekarang? Masa gak ngerti sih," Jelas Rosa.
Sudah sejauh ini pasti Rosa sudah tahu seperti apa kebiasaan Alan, terlebih saat ia mengetahui siapa wanita yang sudah menjalin hubungan dengan suaminya itu sampai lahir lah seorang putra yang kini di asuhnya.
anak sich nando sm zoya kah kk