Alfa adalah anak miskin yang sering di bully oleh teman SMA-nya. Bukan inginnya menjadi anak miskin, tapi takdir yang menentukannya. Sang ayah duluan di jemput oleh sang Maha Kuasa, dan saat ini Ibunya sakit parah. Ia bingung mencari uang di mana untuk pengobatan ibunya. Sebelum ia mendapatkan uang, ibunya meninggal dunia. Saat pemakaman ibunya, ia mendapat Sebuah sistem Keberkahan di makam ibunya. Dan tentu saja Sistem mengubah hidupnya menjadi lebih baik.
Yang penasaran dengan kisahnya yuk simak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
...⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️...
...happy Reading...
...⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️🏋♀️...
"Jangan sembarangan kalau ngomong, emang aku nggak boleh ya punya ponsel, apa hanya orang kaya yang boleh punya ponsel? Dasar aneh," jawab Alfa tidak ingin mempedulikan siswi yang curiga, ia membalas pesan dari Luna sambil tetap menatap layar ponselnya.
Rani memandang Alfa dengan mata yang tidak percaya, "Aku yakin, ponsel kamu itu hasil dari mencuri, kami laporkan kamu pada bu guru," kata Rani bercekak pinggang, sambil menantang Alfa. Siswi lain di sekitar mereka mulai memperhatikan percakapan tersebut, dan beberapa dari mereka mulai mengangguk-angguk setuju dengan Rani.
Alfa tidak peduli dengan ancaman Rani, "Laporkan saja, aku tidak takut," kata Alfa, sambil terus membalas pesan dari Luna.
Rani memandang Alfa dengan mata yang penuh kebencian, "Kamu tidak akan bisa mengelak, kami akan membuktikan bahwa kamu mencuri," kata Rani, sambil berbalik dan berjalan meninggalkan Alfa.
"Bilang saja kalian iri, iri tanda tak mampu," jawab Alfa sambil mencibir, matanya tetap fokus pada layar ponselnya.
Rani memandang Alfa dengan mata yang penuh kebencian, "Ughhh! benar-benar menyebalkan, kenapa kamu tidak keluar saja dari sekolah sih? Melihat kamu setiap hari membuat mood ku jadi jelek," ucap Rani kesal, sambil menggelengkan kepala.
Alfa tersenyum sinis, "Kamu tidak bisa menerima kenyataan bahwa aku bisa bersekolah di sini, padahal aku tidak memiliki uang seperti kalian," kata Alfa, sambil memandang Rani dengan mata yang tajam.
Rani memandang Alfa dengan mata yang tidak percaya, "Kamu pikir kamu bisa bersekolah di sini karena kamu pintar? Tidak, kamu hanya keberuntungan," kata Rani, sambil mencibir.
Alfa tidak peduli dengan kata-kata Rani, "Aku tidak perlu membuktikan apa-apa kepada kamu," kata Alfa kembali mengetik sesutu di ponselnya.
Rani memandang Alfa dengan mata yang penuh kebencian, "Kamu tidak akan bisa bertahan lama di sekolah ini," kata Rani, sambil berbalik dan duduk di kursinya dengan kesal.
Alfa tidak peduli dengan ancaman Rani, sambil mengangkat bahunya. "Orang yang punya ponsel dia yang sibuk," omel Alfa.
Tak lama kemudian, bu Jeni pun masuk ke dalam kelas, membawa tumpukan buku dan kertas yang siap dibagikan kepada siswa-siswanya. Buk Jeni memasuki kelas dengan senyum yang hangat, namun ekspresinya berubah menjadi serius ketika Rani langsung menghadapinya dengan tuduhan yang tidak main-main.
"Buk, Alfa dia mencuri ponsel!" ucap Rani tak mau kalah dengan Alfa, suaranya cukup keras sehingga membuat beberapa siswa lain menoleh ke arah mereka. Buk Jeni mengangkat alisnya, "Ponsel siapa dia curi?" tanya buk Jeni, suaranya tetap tenang namun dengan nada yang ingin tahu.
Rani terdiam sejenak, karena ia sendiri tidak tahu ponsel siapa yang dicuri Alfa. Ia hanya berasumsi bahwa Alfa pasti mencuri ponsel karena status sosial Alfa yang rendah. "Ponsel orang pokoknya buk, soalnya di orang miskin, mana mungkin bisa beli ponsel, bayar sekolah aja nunggak, tunggu di keluarkan kan saja dari sekolah," kata Rani tak puas hati, suaranya penuh dengan kebencian.
"Tapi tadi saya dengar Alfa sudah melunasi uang spp sekolahnya, jadi dia masih boleh bersekolah," kata Buk Jeni, membuat Rani tak percaya.
Rani memandang Buk Jeni dengan mata yang lebar, "Apa? Tidak mungkin! Bagaimana bisa dia melunasi uang spp-nya?" tanya Rani, suaranya penuh dengan kebingungan.
Buk Jeni memandang Rani dengan mata yang bijak, "Rani, kita tidak bisa menuduh seseorang tanpa bukti yang jelas. Apa kamu memiliki bukti bahwa Alfa mencuri ponsel?" tanya buk Jeni, suaranya tetap tenang namun dengan nada yang tegas. Rani terdiam, karena ia tidak memiliki bukti apa-apa.
Alfa yang selama ini diam, akhirnya berbicara, "Buk, saya tidak mencuri ponsel siapa pun. Saya memiliki ponsel saya sendiri, dan saya tidak perlu mencuri untuk memiliki sesuatu," kata Alfa dengan percaya diri.
Buk Jeni memandang Alfa dengan mata yang puas, "Baiklah, kita akan mencari tahu siapa yang benar dan siapa yang salah. Untuk sekarang, mari kita fokus pada pelajaran hari ini," kata buk Jeni, sambil membagikan buku dan kertas kepada siswa-siswanya.
"Baiklah, anak-anak. Hari ini kita akan membahas tentang materi baru. Silakan buka buku halaman 50," kata guru, sambil membagikan buku kepada murid-murid.
Alfa membuka buku dan mulai membaca, ia tampaknya sangat fokus pada pelajarannya.
Sementara itu, Morgan masih yang tadi di pukul Alfa menatap Alfa tajam, memikirkan tentang cara untuk membalas dendam kepada Alfa. Ia tidak akan membiarkan Alfa memukul dirinya tanpa balasan.
...⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️⛹🏻♀️...
baru jumpa untuk 2x
tidak apa la athor punya cerita
semangat