Bangun dari tidur Yola begitu terkejut saat melihat pria yang terlelap di sebelahnya.
Yola tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah pesta kampus yang ia datangi semalam.
Dan kini ia harus berakhir dengan pria yang sangat berpengaruh di kampus.
Yola memilih pergi sebelum pria yang masih terlelap itu bangun, ia tidak ingin menimbulkan masalah apalagi pendidikannya terkendala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HAPD_BAB 12
Ini hari kelima masa mentruasi Fayola, gadis itu keluar dari kamar mandi dengan wajah yang tampak lebih segar. Fayola juga memakain kaos oblong berwarna abu-abu milik Calvin yang ia ambil dari dalam lemari.
Keluar dari kamar mata Fayola bergerak ke kiri dan kanan, sejak dibawa ke kamar asing, Fayola sama sekali belum keluar kamar dan sekarang ia bingung ingin berjalan kemana.
"Sepertinya ini mansion, bangunannya besar sekali." Gumam Fayola yang berdiri dipagar tangga sambil menatap kebawah, dimana Fayola bisa melihat luas ruangan di bawah sana.
"Sedang apa!"
Suara bariton tiba-tiba terdengar dibelakangnya, Fayola membalikkan tubuhnya dan disana dirinya melihat Calvin yang berdiri dengan kedua tangannya dimasukkan kedalam saku celana, tak lupa tatapan lurus Calvin membuat Fayola tiba-tiba gugup.
"Em, tidak ada. Aku tiba-tiba terbangun dan tidak bisa tidur." Katanya sambil menatap tubuh Calvin yang bergerak menuju kearahnya.
"Masih terlalu pagi untuk, bangun masuklan." Katanya dengan tatapan yang tak lepas dari wajah cantik Fayola yang natural.
Kedua tangan Fayola saling meremas, matanya bergerak gelisah seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Apa yang kau inginkan?" Calvin sudah berdiri didepan Fayola dalam jarak yang tidak dekat tapi juga tidak jauh, Calvin bisa melihat dari tatapan Fayola yang sepetinya ingin mengatakan sesuatu.
"Umm, itu pak saya-" Fayaola mendongak sambil mengigit bibir bawahannya, di mana yang membuat Calvin justru menggeram tertahan.
"Saya lapar," Cicit Fayola sambil menundukkan wajahnya kembali.
Kadang-kadang dirinya merasa gugup, tapi kadang juga Fayola merasa percaya diri, apalagi saat gairahnya naik, Fayola tidak malu untuk menunjukan sisi menggodanya untuk Calvin, pria satu-satunya yang menikmati tubuhnya.
Calvin berjalan melewati Fayola, pria itu berjalan menuruni tangga membuat Fayola ikut berjalan mengikutinya.
Fayola hanya melihat punggung tegap Calvin yang berdiri di depan meja kompor, seketika kepingan yang lalu terlintas dikepalanya.
"Dua telur, apa dia akan memasakkan ku itu lagi." batin Fayola dalam hati. Fayola tidak akan melupakan kenangan manis saat Calvin memasakkan dua telur untuknya waktu dulu.
Fayola memilih mendekati Calvin, berdiri di belakang pria tinggi tegap itu untuk melihat apa yang di masak.
"Masak apa, kenapa baunya wangi sekali." Ucap Fayola yang bergeser berdiri di samping Calvin.
"Pasta, kau suka?"
Fayola mengangguk antusias, apapun ia suka asalkan bukan racun, Fayola menyukai semua makanan.
"Apapun aku suka, asalkan bukan racun." Celetuknya yang membuat gerakan tangan Calvin berhenti.
Calvin mencekram erat spatula yang ia pegang, rahangnya tiba-tiba mengeras dengan tatapan tajam.
"Umm, pasti itu enak." gumam Fayola sambil menghirup aroma saus pasta yang Calvin buat.
Fayola tidak menyadari perubahan wajah Calvin, gadis yang tak lagi perawan itu hanya tersenyum dengan tatapan berbinar melihat makanan yang sangat lezat.
Sesaat kemudian keduanya sudah duduk di meja makan, Fayola menatap antusias makanan di atas piringnya, bahkan air liurnya hampir tumpah hanya melihatnya saja.
"Makan, sebelum air liur mu menetes."
Fayola menelan ludah, dan sedetik kemudian bibirnya menyeringai menunjukan deretan giginya yang rapi.
"Ini terlalu sayang jika langsung di makan, jadi aku memandangnya lebih dulu, apalagi ini masakan kedua yang dibuatkan dosen ku." Fayola tersenyum manis, senyum yang biasa ia perlihatkan jika dirinya benar sedang dalam suasana hati yang baik.
Calvin yang melihat senyum itu tertegun, senyuman Fayola yang tak sekali ia lihat, senyum itu sama seperti saat dirinya membuatkan makanan dua telur, jelas Calvin mengingat itu.
"Hm, sekarang makanlah, tidak perlu di pandang terus." Calvin pun memilih menyesap kopinya, ia hanya membuatkan Fayola makanan saja, matanya memilih menatap gadis miliknya saja yang lebih membuatnya selalu tertarik.
Ya, gadisnya. Karena sejak malam panjang dan megambil kesucian Fayola Calvin sudah mengklaim Fayola miliknya, oleh karena itu Calvin bertanggung jawab untuk melindungi Fayola.
Setelah menghabiskan makanya, Fayola hendak mencuci peralatan makan dan masak yang Calvin gunakan tadi, tapi juga belum menyentuhnya suara Calvin mengintrupsi.
"Biarkan saja pelayan yang membereskan," Katanya sambil menarik tangan Fayola menaiki tangga.
"Em, hanya sedikit tidak masalah, lagi pula aku juga bisa melakukanya." Ucap Fayola yang berjalan dibelakang Calvin karena tanganya di genggam pria itu.
"Untuk apa aku membayar pelayan jika kamu juga masih melakukan pekerjaan mereka." Jawab Calvin datar.
"Ish, bukan begitu, kamu tidak mengerti." Keluh Fayola dengan bibir mengerucut.
Calvin diam, namun matanya melirik wajah Fayaola yang cemberut membuatnya menarik sudut bibirnya tipis.
Sampainya di kamar, Fayola masih duduk di atas ranjang dengan pandangan lurus menatap program televisi. Setelah makan ia tidak bisa tidur dan memilih untuk menghidupkan benda elektronik itu.
Ceklek
Ekor matanya melirik pintu kamar mandi yang terbuka, dan tak lama muncul Calvin yang bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana pendek saja.
Fayola menelan ludah, ia kembali menatap lurus kedepan. Malu kalau-kalau kepergok melirik tubuh indah Calvin.
"Kenapa belum tidur." Calvin naik ke atas ranjang samping Fayola duduk bersandar di bahu ranjang.
Tatapan Calvin lurus ikut menatap layar televisi yang menampilkan tayangan film.
"Belum bisa tidur." Ucap Fayola, lebih tepatnya hanya gumaman. Hidungnya mencium aroma segar dari tubuh Calvin membuat jantung Fayola berdebar. Wangi tubuh Calvin yang ia sukai, wangi ini yang selalu membuatnya nyaman jika berdekatan.
"Hu'um, terserah saja." Tubuh Calvin sedikit membungkuk, tangannya mendekati dada Fayaola refleks gadis itu menyentuh dadanya sendiri.
"Mau apa!"
Calvin mendongak, dan tatapan keduanya bertemu. Fayola menelan ludah kenapa tatapan itu selalu membuat tubuhnya membeku.
"Menyusu, aku ingin menyusu."
Glek
Calvin pun kembali menunduk, dan menyingkirkan tangan Fayola yang menghalanginya untuk menaikkan kaos yang Fayola pakai.
Calvin melempar kaos yang berhasil di lepasnya, dan tanpa menunggu lama, mulutnya segera menyambar pucuk dada Fayola dan menyesapnya seperti bayi.
"Enghh..shhh." Fayola mendesis saat rasa perih bercampur nikmat terasa. Bibirnya ia gigit dan tatapannya turun melihat bagaimana Calvin menyusu padanya.
"Aku belum memiliki bayi, tapi pria ini melebihi anak bayi." Batin Fayola.
Tanganya perlahan terangkat untuk mengusap rambut hitam Calvin, Fayola mengusapnya lembut hingga tanpa sadar sentuhannya membuat mata Calvin terpejam dengan cepat.
Mendengar dengkuran halus dan mata Calvin sudah terpejam, Fayola tidak tega untuk membangunkan pria yang terlelap itu, padahal tubuhnya terasa pegal akibat menompang separuh tubuh Calvin yang memeluknya. Fayola pun memilih membiarkan saja hingga matanya ikut terlelap saat fajar akan naik.
Pukul delapan pagi, Fayola membuka matanya saat terdengar suara alarm dari ponselnya, hari ini ada jadwal kuliah Fayola meraih ponselnya dan mematikan alarm.
"Enghh," tangannya ia regangkan, hingga Fayola baru menyadari jika dirinya terbaring diatas ranjang dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Fayola menatap kesekeliling, tidak ada Calvin jadi pria itu sudah bangun sejak pagi.
"Aku akan ke kampus." Fayola bangun dan langsung membersihkan diri, jam sembilan kuliahnya dimulai, jadi dia harus bersiap-siap.
Sampai di bawah, Fayola tidak melihat Calvin hanya pelayan yang menyiapkan makanan di meja.
"Pagi nona, makanan anda sudah siap." Ucap palayan wanita yang memiliki nametag Megi.
"Umm, aku masih kenyang boleh aku minum susu saja." Ucap Fayola disertai sedikit senyum.
"Tentu saja, tapi saya akan buatkan bekal." Megi pun ikut tersenyum lalu menyuruh pelayan lain untuk menyiapkannya.
Fayola tampak takjub melihat beberapa maid yang berjejer.
"Ngomong-ngomong apa pak Calvin sudah pergi." Tanya Fayola yang sejak tadi merasa penasaran.
"Em, Tuan masih dirumah beliau ada di belakang melakukan olahraga." Jawab Megi.
Fayola hanya membulatkan bibirnya membentuk huruf O.
Fayola hanya menunggu sebentar sampai bekal yang dibuatkan selesai, namun saat hendak pergi tiba-tiba Calvin masuk lewat pintu samping.
Fayola menatap pria itu tak berkedip, keringat yang membasahi tubuh Calvin mampu membuat Fayola terpukau, apalagi kaos tanpa lengan yang Calvin pakai basah hingga membuat cetakan jelas tubuh kekar pria itu.
"Terpesona huh."
Mata Fayola berkedip cepat, hingga tubuhnya tiba-tiba kaku.
Calvin terseyum tipis, dimana senyum itu dilihat Fayaola.
Tiba-tiba wajahnya terasa hangat, Calvin melihat rona merah di pipi gadis itu.
Pelayan pun memilih pergi, mereka tidak tahu situasi saat ini, jika tidak ingin malu sendiri mereka lebih baik pergi.
"A-aku mau berangkat." Ucap Fayola gagap.
Calvin hanya menaikkan sebelah alisnya.
Fayola samakin gugup, hingga tangannya mencekram kotak bekalnya kuat.
Grep
Calvin menarik pinggang Fayola hingga bibir keduanya tertaut untuk berbagi ciuman.
"Tunggu sebentar, kita berangkat bersama." Ucap Calvin sambil mengusap sudut bibir Fayola yang basah.
Fayola hanya bisa mematung sambil menyentuh dadanya, tubuhnya lemas dan jatuh di atas kursi.
"Kenapa dengan perasaan ini." Ucapanya lirih, saat melihat punggung Calvin semakin menjauh.