Luna Aurora Abraham rela meninggalkan nama belakang dan keluarganya demi menikah dengan lelaki yang dicintainya yaitu Bima Pratama. Seorang pria dari kalangan biasa yang dianggap Luna sebagai dewa penyelamat saat dirinya hampir saja diperkosa preman.
Dianggap gila oleh suami dan Ibu mertuanya setelah mengalami keguguran. Dengan tega, Bima memasukkannya ke Rumah Sakit jiwa setelah menguasai seluruh harta kekayaan yang dimilikinya.
Tidak cukup sampai di situ, Bima juga membayar orang-orang di RSJ untuk memberikan obat pelumpuh syaraf. Luna harus hidup dengan para orang gila yang tidak jarang sengaja ingin membunuhnya.
Hingga suatu hari, Bima datang berkunjung dengan menggandeng wanita hamil yang ternyata adalah kekasih barunya.
"Aku akan menikah dengan Maya karena dia sedang mengandung anakku."
Bagaimana kelanjutan kisah Luna setelah Tuhan memberinya kesempatan kedua kembali pada waktu satu hari sebelum acara pernikahan.
Update setiap hari hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Atlas VS Bima
"Jadi apa yang ingin kamu bicarakan?" Tanya Luna bersuara dingin.
"Waktu itu aku dijebak Luna, Melani sengaja melakukannya karena sebenarnya dia hanya mengincar harta warisan. Tapi setelah aku diusir Papa karena kecewa menganggap aku bersalah, Melani yang tidak mau hidup miskin pun meninggalkan aku. Dan tidak peduli dengan kehamilannya."
"Bisa jadi, itu hanya perangkap untuk menjeratku. Yang sebenarnya dia sudah hamil duluan sebelum malam itu." Ucap Atlas mencoba memberi penjelasan.
"Lalu apa penjelasanmu yang tiba-tiba pergi di malam pernikahan kita tanpa meminta ijin dariku? Apa sebegitu berartinya Melani dibanding aku, sehingga kamu selalu saja memprioritaskan dia sejak dulu Atlas?"
"Aku bisa menerima sikapmu yang dulu, karena kita belum mempunyai ikatan apa pun. Tapi aku tidak bisa mentolerir kamu yang pergi begitu saja, seolah aku ini patung yang tidak berperasaan." Ucap Luna mengungkapkan isi hatinya.
"Maaf, maafkan aku, waktu itu Melani meneleponku katanya dia jatuh terpeleset di kamar mandi rumahnya."
"Wow... Hebat sekali Melani, hanya karena terpeleset seorang pria yang sudah beristri dan mengaku hanya menganggap sahabat bergegas pergi seolah dia akan mati." Ucap sarkas Luna dengan derai air mata.
Sebelum waktu terulang, dia juga diperlakukan tidak adil oleh Bima. Sekarang waktu telah terulang, suami berbeda tapi perlakuan tetap sama.
Luna tertawa lirik, tapi air matanya terus mengalir tanpa henti.
"Sekarang apa maumu Atlas? Tidakkah kamu malu datang mengiba padaku."
"Aku datang karena aku ingin menebus kesalahanku, tolong maafkan aku. Beri aku kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki semuanya." Ucap Atlas.
"Maaf, tapi aku bukan Tuhan yang bisa memberimu kesempatan kedua."
"Aku akan melakukan apa saja, untuk menebus kesalahanku itu Luna."
"Apa saja? Bahkan jika aku meminta nyawamu?" Tanya Luna menantang.
"Iya, bahkan jika aku harus memberikan nyawaku sekali lagi untukmu. Aku rela Luna, aku pasrah jika itu yang kamu mau, Luna." Ucap Atlas, rasa sesal yang dalam mampu meruntuhkan harapannya.
"Baiklah, aku ingin kamu mengiris urat nadimu. Aku rasa semua yang kamu katakan hanya omong kosong. Dasar pembual, sudah sana keluar dari rumahku. Sebentar lagi aku akan pergi bersama sahabatku."
Luna beranjak dari tempatnya duduk, dia kembali keluar dari rumah menunggu seseorang menjemputnya. Sedangkan Atlas terpaku dengan sikap acuh istrinya.
"Jika memang kematianku bisa memutuskan karma, akan aku lakukan. Luna, maafkan aku." Atlas menuju dapur, kemudian mencari sesuatu yang tajam yang bisa dia pergunakan untuk mengiris urat nadi seperti kemauan Luna. Deme menebus kesalahan besarnya.
Pisau buah runcing dan tajam itu perlahan menggores kulit, tidak ada raut wajah kesakitan Atlas.
Senyum samar, sebelum dua kelopak mata itu tertutup rapat. Tetes demi tetes darah membasahi lantai. Hingga satu tendangan mengenai pisau yang semakin dalam melukai kulit dan hampir memutus urat nadi.
"Dasar bodoh, apa yang kamu lakukan hah? Berhenti bersikap bodoh." Teriak Luna dengan wajah pias melihat banyaknya darah yang menetes.
Beruntung, Luna teringat akan ponselnya yang tertinggal di kamar. Dia yang sudah jauh berjalan terpaksa kembali pulang. Dan yang dilihat hanya ada pemandangan super bodoh.
Luna mendorong kasar tubuh Atlas, lalu mengambil kain dan merobeknya. Lalu dengan wajah datar, Luna membungkus luka itu berharap bisa sedikit menghentikan pendarahan yang terjadi.
Luna teringat saat waktu belum terulang, dirinya yang mendengar jika Atlas mati karena bunuh diri. Dan sekarang semua kembali terulang andai saja dia tidak kembali.
"Apa yang sebenarnya kamu pikirkan Atlas, aku bingung dengan sikap kamu yang plin plan ini. Kamu bilang ingin memperjuangkanku, tapi justru kamu berniat bunuh diri."
"Sama seperti dulu, kamu bilang mencintaiku tapi kamu mencumbu Melani di belakangku. Sebenarnya apa yang kamu mau, jangan terus membuat aku tak berdaya karena cinta."
"Apa kamu mencintaiku Luna?" Tanya Atlas dengan nafas yang terengah.
"Dulu, aku pernah hampir membalas cintamu. Tapi kamu menyakitiku dengan mencium dan memeluk perempuan lain."
"Apa kamu sadar dengan apa yang pernah kamu lakukan padaku?"
Atlas mencoba mengingat-ingat kembali masa lalu. Waktu itu, Melani tiba-tiba mengajaknya bertemu di belakang gedung. Katanya hatinya sedih, pria yang dicintainya justru mencintai wanita lain. Entah sadar atau tidak, melani memeluk erat tubuh Atlas kemudian menempelkan bibir mereka.
Mata Atlas membola, sekarang dia tahu kenapa sikap Luna berubah setelah hari itu. Karena Melani sudah meminta maaf dan berkata dia khilaf yang terbawa perasaan. Dengan bodohnya Atlas percaya, dan masih menganggap Melani sebagai sahabat perempuan yang rapuh yang butuh perhatian. Berbeda dengan Luna yang sudah dikelilingi orang yang menyayanginya.
"Bagaimana sudah ingat?" Jadi aku ini hanya mendapatkan semua sisa Melani. Ciuman pertamamu, pelukan hangatmu, dan keperjakaanmu. Bahkan semua waktu yang kamu berikan padaku hanya sisa waktumu dengan Melani. Malah terkadang tidak ada waktu untukku meski hanya semenit." Ucap Luna.
Atlas tertegun, ternyata sudah terlalu dalam dia menyakiti hati Luna.
"Sekarang setelah tahu kebusukan Melani, kamu baru memohon padaku? Kamu pikir aku ini apa? Kamu yang meminta perjodohan dengan papaku. Kamu yang menginginkan menikah denganku. Tapi kamu meninggalkanku tepat di malam pernikahan hanya karena mendengar Melani jatuh terpeleset di rumahnya. Sungguh konyol, kamu terlalu menyepelekan perasaanku Atlas. Kamu sangat keterlaluan."
"Sekarang aku harus pergi dulu, terserah kamu mau pergi atau tinggal. Asal bukan mati di rumah ini." Ucap Luna tegas.
Luna benar-benar pergi, karena dia ada janji bersama Kakaknya. Ada hal yang ingin Luna bicarakan pada pria selisih 5 tahun dengannya itu. Luna curiga, jika kakaknya yang menyuruh Atlas.
Sementara Atlas yang ditinggal pergi hanya bisa menghela nafas panjang.
"Kali ini perjuanganku jauh lebih berat, meskipun Luna sudah menjadi istriku. Tapi hatinya yang terlanjur sakit, sangat sulit untuk ku miliki." Gumam Atlas bangkit dari tempatnya duduk. Kemudian dia memutuskan untuk membersihkan diri kemudian menunggu sang istri pulang ke rumah.
Atlas sudah selesai membersihkan diri, kini dirinya akan bersikap seperti seorang suami sungguhan. Atlas mulai membantu membersihkan rumah Luna, mencuci pakaian dan piring kotor yang belum sempat dibersihkan oleh istrinya. Saat dia keluar rumah ingin membuang sampah, tiba-tiba langkahnya di hadang oleh Bima yang sedari tadi sudah mengintai Atlas.
"Siapa kamu? Kenapa ada di rumah calon istriku?" Ucap Bima.
"Calon istri kamu siapa? Ini rumah istriku Luna." Jawab Atlas.
"Kamu jangan membual, mana mau Luna menikah dengan pria miskin sepertimu. Dengar ya, Luna sedang marah denganku. Dan karena itu dia menerima lamaran dari pria kaya anak dari investor perusahaannya."
"Aku saja yang sudah menjalin hubungan dengannya lama ditinggal karena ada pria kaya raya yang ingin menikahinya. Kok kamu yang hanya seorang lelaki miskin mengaku sebagai suaminya. Kalau berkhayal jangan terlalu tinggi, jika jatuh akan terasa sangat sakit." Ucap Bima.
"Jadi sekarang pergi dari rumah Luna sebelum aku teriak maling."
"Teriak saja aku tidak peduli, apakah kamu yang bernama Bima. Seorang pria yang memilih pergi ketika mendengar kabar kebangkrutan Luna? Dan sekarang saat Luna sudah akan bangkit kamu mengaku dia sebagai calon istri lagi? Seharusnya kamu yang berhenti bermimpi. Karena Luna sudah aku nikahi 2 minggu yang lalu." Ucap Atlas.
"Tidak... Aku tidak percaya denganmu. Luna seleranya bukan seorang gembel sepertimu." Teriak Bima sambil menarik kerah baju Atlas dengan kuat.
"Terserah percaya tidak percaya, yang jelas aku memang suami Luna. Sekarang pergi dari rumah Luna." Ucap tegas Atlas yang menatap jengah ke arah rivalnya, Bima.
"Tidak, kamu yang seharusnya pergi."
Bima mendorong kuat tubuh Atlas hingga tersungkur. Karena tangan kirinya yang terluka akibat sayatan pisau membuat Atlas menjadi sedikit lemah.
Bug
"Berani-beraninya kamu mengaku sebagai suami Luna." Teriak Bima.
Di saat bersamaan, Luna tiba bersama Ervan yang Bima taunya sebagai calon suami baru Luna.
"Luna, siapa sebenarnya calon suamimu?"
yg jadi atlas matanya biru/Kiss//Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
Suka awal yg menarik
jangan jangan cuma Rekasi sebentar dah mau masuk sarang letoy lagi wkwkwkkw
itu adik ma KK kandung kan Thor
keren bisa dalam itu curhat nya