NovelToon NovelToon
Kehidupan Baru Sebagai Istri

Kehidupan Baru Sebagai Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO / Selingkuh / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Saudara palsu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: AgviRa

Seorang wanita muda bernama Misha, meninggal karena tertembak. Namun, jiwanya tidak ingin meninggalkan dunia ini dan meminta kesempatan kedua.

Misha kemudian terbangun dalam tubuh seorang wanita lain, bernama Vienna, yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Rian. Vienna meninggal karena Rian dan Misha harus mengambil alih kehidupannya.

Bagaimana kisahnya? Simak yuk!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Vienna!

"Vie, Vienna!"

Wanita yang dipanggil Vienna terlihat berlari dengan sedikit tergesa-gesa.

"Iya, Ma." Dia nampak ngos-ngosan.

Wanita paruh baya yang memanggilnya terlihat emosi. Matanya melotot dengan mimik yang tak bersahabat, panggil saja Dewi.

"Kamu itu dari mana aja? Dari tadi Mama panggil tidak nyahut-nyahut. Tuh lihat, cucian piring di dapur numpuk. Sana cepat kamu cuci piringnya." Seru Dewi.

"I-iya, Ma." Jawab Vienna menurut tanpa protes.

Vienna gegas masuk ke dapur dan mengerjakan tugasnya.

Tak lama terdengar namanya dipanggil kembali.

"Vienna! Cepat kemari. Vienna!" Teriak Dewi dari halaman depan rumah dengan nada yang begitu melengking, mungkin tetangga sebelah pun bisa sampai mendengar teriakannya.

Vienna baru saja selesai merapikan piring yang baru saja dicucinya ke dalam rak.

"Astaghfirullahalazim, ada apalagi?"

Gegas Vienna melangkahkan kakinya menuju halaman depan.

"Iya, Ma. Vievi baru selesai nyuci piringnya."

"Hallah, nyuci piring aja lama banget. Tuh liat halaman rumah masih kotor, kamu itu gimana sih? Kerjaan kamu ngapain aja, hah?" Seru Dewi menunjuk arah halaman yang masih sangat kotor dengan dedaunan kering yang jatuh dari pohon.

Vienna melihat arah telunjuk Dewi.

"Astaghfirullahalazim, kok bisa sekotor ini, barusan udah aku sapu dan aku buang ke tong sampah kok, Ma. Tapi, kok-" Belum sempat selesai berbicara, kalimat Vienna sudah dipotong oleh Dewi.

"Hallah, kebanyakan alasan terus kamu itu. Cepat kerjakan sana." Bentak Dewi memberi perintah.

"Iya, Ma."

Gegas Vienna mengambil sapu dan menyapu halaman depan kembali.

Dewi menarik sudut bibirnya tipis. "Dasar menantu bod0h."

*****

Dor! Dor! Dor!

"Vienna! Keluar kamu. Vienna" Teriak Dewi dari luar kamar. Dia menggedor pintu kamar Vienna dengan kencang. Dan gedoran tersebut berhasil membangunkannya.

"Eughh." Vienna menggeliat.

"Astaghfirullah, aku ketiduran." Celetuknya yang langsung tersadar.

"Iya, Ma. Sebentar." Sahut Vienna dari dalam.

Vienna bangun dan beranjak dari tempat tidurnya. Dengan cepat dia berlari dan membuka pintu. Bertepatan pintu terbuka, tangan Dewi yang berniat akan menggedor pintu malah mengenai dahi Vienna.

Tuk! Tuk!

"Aduh, Ma. Hentikan." Vienna meringis karena terkena ketukan tangan Dewi yang begitu kuat.

Terlihat Dewi mendengus. Melipat kedua tangannya didepan dada.

"Kamu itu ngapain aja? Buka pintu aja lama banget. Lihat ini jam berapa? Cepat masak."

"Hhah,," Vienna menghela nafas.

"Maaf, Ma. Setelah salat ashar, Vievi ketiduran tadi."

Dewi memutar bola matanya malas.

"Hallah alesan. Lagian kamu itu mau salat sama sujud-sujud sampai kakimu buyutan juga gak bakal merubah apapun. Sampai sekarang kamu juga belum hamil juga kan? Jangan-jangan kamu ini mandul lagi. Ah udahlah, kamu kan bod0h, jadi mau bahas beginian juga kamu gak akan paham. Cepat kerjakan perkerjaanmu. Lama-lama mama adukan kamu sama Rian. Biar tahu rasa."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Dewi langsung melengos pergi meninggalkan Vienna tanpa mempedulikan menantunya.

"Astaghfirullahalazim, sabar-sabar." Vienna mengelus dadanya yang terasa sesak. Bagaimana tidak? Hatinya terasa sakit ketika dirinya dibilang mandul. Air matanya tiba-tiba menetes mengalir membasahi kedua pipinya.

Mau bagaimana pun, Vienna tak bisa berkomentar ataupun melawan. Saking cintanya dengan Rian, dirinya rela melakukan apapun demi bisa hidup bersama Rian, meski dirinya diinjak-injak sekalipun.

Singkat cerita malam pun tiba. Kini semua sudah berada di meja makan. Yang tidak ada hanya Refan suami Tika.

"Rian, bukankah hari ini kamu gajian? Kok mama belum dikasih?" Tiba-tiba Dewi membuka obrolan dengan menanyakan gaji anaknya.

Vienna yang baru mengambilkan nasi untuk suaminya melirik Dewi sebentar. Setelah isi piring suaminya terisi, Misha memberikannya pada Rian.

"Ini, Mas."

Tak ada anggukan ataupun kata terimakasih dari Rian. Vienna memaksa menarik sudut bibirnya, hal seperti itu sudah biasa.

"Nanti ya, Ma. Setelah selesai makan, Rian kasih." Jawab Rian.

"Mbak juga ya, Rian." Ucap Tika sambil mengerlingkan mata dan memberikan senyum manisnya.

Rian nampak tersenyum. "Iya, Mbak. Nanti Mbak Tika juga Rian kasih. Sekarang lebih baik kita makan dulu."

"Apa kali ini aku juga gak akan diberi nafkah lagi?" Batin Vienna sambil melirik mereka bertiga secara bergantian.

Mereka pun menikmati makan malam dalam hening.

Setelah makan malam selesai. Vienna membereskan piring kotor bekas makan lalu dibawanya ke dapur untuk langsung dia cuci.

Setelah selesai Vienna mencari suaminya, ternyata suaminya berada di dalam kamar.

"Em, Mas Rian. Vievi mau bicara."

Rian yang sedang tersenyum melihat layar ponselnya merasa terganggu dengan kehadiran istrinya. Rian langsung melirik dengan perasaan yang sangat kesal.

"Mau bicara apa? Jangan lama-lama aku sedang sibuk."

"Em, itu Mas." Vienna merasa gugup untuk bertanya.

"Itu apa? Yang jelas kalau ngomong. Aku gak ada waktu buat ngladenin kamu."

Vienna yang mendengarnya mencengkeram rok dasternya. Memberanikan bertanya kepada suaminya tersebut.

"Mas, Vievi mau tanya, kalau mama sama Mbak Tika dapat jatah dari Mas Rian. Apa Vievi juga dapat?"

Setelah mengucapkan apa yang sedari tadi mengganjal di hatinya, Vienna langsung menggigit bibir bawahnya.

"Gak ada. Lagian kamu punya uang sendiri, uangmu mau buat apa?"

"Tapi kan, Mas." Vienna mendongak menatap Rian ingin membantah. Namun belum juga memberi protes Rian sudah angkat bicara duluan.

"Hais sudah lah. Gak ada tapi tapian. Kamu kalau aku kasih nanti tambah boros. Ingat ya Vie, jangan pernah sekali-kali menuntut nafkah sama aku. Udah aku mau keluar. Ganggu aja." Jawab Rian lalu beranjak pergi melewati Vienna dengan begitu saja.

Vienna pun lemas, tubuhnya ambruk ditepian ranjang, air matanya tak dapat dia bendung lagi dan akhirnya dia terisak. Sudah sembilan bulan ini dia menikah dengan Rian, tak pernah mendapat nafkah lahir maupun batin. Bukannya Vienna orang tak mampu tapi, namanya seorang istri pasti akan mengharapkan nafkah dari seorang suami.

Bukan karna dirinya tak menarik tapi, suaminya selalu bilang kalau dirinya lebih suka istri yang polos dan tidak neko-neko. Bahkan sebenarnya rumah yang mereka tinggali adalah rumah Vienna, rumah peninggalan dari mendiang kedua orang tuanya.

Vienna bertahan selama ini karena sangat mencintai Rian. Meski dijadikan babu di rumahnya sendiri oleh keluarga suaminya dia tetap bertahan.

Huah, cinta memang mampu membutakan mata dan hati.

Karena lelah menangis, tak terasa Vienna sampai tertidur.

"Eugh,," Vienna terbangun dari tidurnya. Dia menatap jam pada dinding kamarnya yang sudah menunjukkan pukul 23.20 WIB, namun dia tidak menemukan suaminya.

Vienna melirik botol yang berada di atas meja kecil samping tempat tidurnya. dia mengambilnya karena dia merasa haus.

"Yah, kosong." Vienna menghela nafas karena botolnya ternyata kosong.

1
Nyai Suketi
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!