NovelToon NovelToon
Blow Me

Blow Me

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:369
Nilai: 5
Nama Author: nadhi-faa

Cinta yang di nanti selama delapan tahun ternyata berakhir begitu saja. Harsa percaya akan ucapan yang dijanjikan Gus abid kepadanya, namun tak kala gadis itu mendengar pernikahan pria yang dia cintai dengan putri pemilik pesantren besar.

Disitulah dia merasa hancur, kecewa, sekaligus tak berdaya.

Menyaksikan pernikahan yang diimpikan itu ternyata, mempelai wanitanya bukan dirinya.

menanggung rasa cemburu yang tak semestinya, membuat harsya ingin segera keluar dari pesantren.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nadhi-faa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12

Di tengah malam, tepat pukul tiga dini hari, harsa sedang duduk diatas sajadahnya. Dia mencurahkan segala apa yang dirasakan pada sang penciptaan-nya.

Selama dia memutuskan untuk menerima pinangan pria yang tidak dia kenal sama sekali itu. Harsa belum pernah sholat istikharah.

Dan menjelang pernikahannya yang tinggal beberapa jam dia baru teringat.

Talita yang terjaga ditempat tidurnya itu diam-diam mengamati sahabatnya.

***

Sebastian sudah membobol apartemen cucunya. pria tua itu sedang membawa pasukan, salah satunya max, asisten pribadi axel.

"bangunkan bos mu itu."

Perintahnya. Max, sebenarnya juga kesal, mengingat ini masih jam setengah lima, tadi malam dia baru selesai lembur bersama Axel dan baru bisa tidur jam dua.

"max!!!."

"baik tuan."

mau tak mau pria itu berjalan ke dekat pintu kamar tauannya.

Tok tok.

"tuan muda ini saya."

"maxx!!! buka saja pintunya jika tidak dikunci. jangan memprlambat pekerjaan mu."

"tapi tuan besar, tuan muda tidak suka...."

"untuk hari ini terjang saja privasinya, dia akan menikah hari ini jadi jangan sampek terlambat."

Max membungkuk, mengiyakan perintah tuan besar yang tengah duduk di singel sofa sambil mengawasi pintu kamar cucunya itu.

Akhirnya max menarik gagang pintu. dan benar kamar axel tidak terkunci.

"mati aku,.."

Max memejamkan matanya, bukan karena ngantuk tapi dia merasa diambang jurang antara membangunkan Axel atas perintah Sebastian, atau patuh pada peraturan kerja dengan Axel.

semoga saja tidak di pecat.

Max melangkah ke dekat ranjang bosnya itu, dimana Axel sedang tertidur lelap karena lelah.

Kebiasaan Axel saat tidur adalah tidak menggunakan baju, dan itu menjadi pemandangan pagi pertama kali untuk asisten pribadinya.

bos tubuhnya bagus, tapi mengapa nikah pun harus dipaksa, andaikan itu gue, langsung gas cari banyak wanita sana sini, nikmat surga mana yang kau abaikan...

pergerakan max didalam kamarnya membuat Axel bangun.

Antara masih ngantuk dan sadar, axel mengerutkan keningnya. bayangan asisten pribadinya didalam kamarnya itu membuat dia heran.

"max, apa yang kamu lakukan dikamar ku?." tanya Axel berat, khas pria bangun dari tidur. namun tatapan tajam itu mampu membekukan max.

"ma maaf tuan. Tuan besar memaksa saya untuk membangunkan anda."

"keluar!!!."

Tanpa membantah max keluar dari kamar tuannya.

"apa dia sudah bangun."

"iya tuan."

"bagus."

Jantung max bagaikan roll Coster. dia membayangkan surat pemecatan yang akan disodorkan dihadapannya setelah ini.

"tenang saja max. wajahmu seperti orang yang sedang di jatuhi hukum gantung saja."

Sebastian terkekeh melihat wajah pucat asisten pribadi cucunya itu.

"aku akan memberikan uang tambahan untuk kepatuhan mu itu."

ucap sebastian lagi. tak lama Axel keluar dari kamarnya hanya menggunakan jubah tidur.

"sedang apa kakek mengacaukan apartemen ku subuh-subuh begini."

Axel melangkah sambil menghidupkan rokok di tangannya, dengan gerakan elegan dia duduk di salah satu sofa yang berseberangan dengan sebastian.

"bersiaplah lebih awal, aku akan mengawal keberangkatan mu."

"kita tidak sedang bepergian jauh. "

jawab axel dengan tenang sambil menghisap rokoknya.

"tapi aku ingin tiba disana jam delapan, jadi cepat siapkan dirimu."

"ini masih pagi buta kek."

"persiapan mu membutuhkan waktu lama Axel."

Axel tertawa singkat, matanya melirik tajam pria diseberang-nya itu. dia jengkel sekali.

" aku tidak akan kabur, jadi pulanglah."

"aku sedang menyiapkan payung sebum hujan saja."

Axel tak ingin melanjutkan perbincangan yang berujung perdebatan.

Dia melirik sekilas para pelayan pria yang sudah menyiapkan pakaiannya.

"ck."

Axel berdecit sebal, menghancurkan patung rokoknya lalu bergegas kembali ke kamar.

Setelah sholat subuh, harsa sudah dirias oleh mua utusan sebastian.

Namun entah mengapa tangan harsa sejak tadi tak henti bergetar, diingin. Jantung berdetak lebih kencang, dia ketakutan tapi mencoba untuk menutupinya dengan sedikit tersenyum.

"mbak kamu sarapan dulu aja ya. tubuh kamu dari tadi bergetar mulu. takutnya nanti pingsan."

ucap mbak mua yang begitu pengertian.

Umma halimah muncul dari balik pintu, menatap harsa dengan senyum.

Dia mendekat dan mengambil duduk disamping putri sambungnya.

"kamu tenang ya sayang. berumah tangga itu tak menakutkan itu kok."

harsa hanya mengangguk. dia tidak ada kekuatan untuk meladeni setiap ucapan orang yang ingin bicara.

umma halimah menyentuh lembut punggung tangan harsa yang dingin.

"semoga axel bisa membahagiakan kamu."

sebuah harapan seorang ibu, namun ucapakan itu begitu sendu ditelinga harsa.

"aamiin."

dengan pelan harsa mengamini sesuatu yang begitu tidak diinginkannya.

Asisten mua kembali dengan sepiring soto.

"biar saya aja mbak."

umma mengambil piring itu.

"umma yang suapi ya."

Harsa mengangguk. dia tak ingin bersuara lagi. dadanya sesak dan dia ingin dengan menangis kencang.

ayah, ibu putrimu yang tidak kau inginkan hari ini menikah, kalian tak mungkin hadir, tapi harsa masih berharap, doa kalian bisa menyertai perjalan kehidupan baru putri mu ini...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!