NovelToon NovelToon
Penguasa Sekte Chaos: Dari Abu Menuju Takhta

Penguasa Sekte Chaos: Dari Abu Menuju Takhta

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Balas Dendam / Sistem / Iblis / Kelahiran kembali menjadi kuat / Fantasi Isekai
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: febri_yeee

nre: Fantasi, Aksi, Sekte-Building, Antihero, Overpowered

Sinopsis:

Di benua Elvaria, kehormatan dan kesetiaan adalah dua mata uang paling berharga. Namun, bagi Kael Arvane, seorang jenderal muda yang pernah menyelamatkan kerajaannya dari kehancuran, keduanya hanyalah ilusi yang bisa dibakar oleh kekuasaan.

Dikhianati oleh rajanya sendiri dan difitnah sebagai pengkhianat, Kael diburu, disiksa, lalu dilempar ke lembah kematian yang dikenal sebagai "Jurang Sunyi"—tempat para monster, penjahat, dan kutukan abadi bermuara. Tapi justru di tempat itulah "Sistem Chaos Sovereign" bangkit dari sisa jiwanya yang penuh dendam.

Dengan sistem itu, Kael mampu menciptakan sekte dari nol: Sekte Chaos, sekte tanpa aturan moral, tanpa dogma suci—hanya kekuatan, kebebasan, dan ambisi pribadi. Ia mulai merekrut orang-orang yang dibuang oleh dunia: budak, pembunuh, monster setengah manusia, penyihir terkutuk, bahkan mantan bangsawan pengkhianat.

Dari mereka, ia membentuk Dua Belas Pilar Chaos

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon febri_yeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12: Gerbang Tanpa Nama

Tiga hari telah berlalu sejak perintah itu dikeluarkan.

Di bawah Dataran Resapan, tanah digali, bukan oleh tangan manusia, melainkan oleh sihir kuno dan mesin besi hasil karya Pilar Ketujuh, Argon. Bunyi deru mekanis bercampur mantra ilusi menjadikan seluruh proses tak terlihat oleh murid-murid biasa.

Di tengah ruang bawah tanah yang kini telah membentuk lingkaran batu besar, Kael berdiri bersama Zareth, Reina, dan empat Pilar lainnya. Tanah di bawah mereka membentuk simbol Chaos berbentuk spiral tak simetris—jauh berbeda dari rune duniawi biasa.

“Kita sebut ini… Gerbang Tanpa Nama,” ujar Zareth sambil menyentuhkan tangannya ke pusat simbol. “Karena begitu kita memberinya nama, kita memberinya identitas. Dan identitas… adalah belenggu.”

Reina menatap dengan dingin. “Kalau kita tak tahu ke mana ini menuju, bukankah itu sama dengan bunuh diri?”

“Tidak,” jawab Kael, suaranya tenang tapi berisi. “Ini evolusi. Dunia lama menolak mereka yang berbeda. Dunia lama membuang kita. Sudah saatnya kita yang membuka jalannya sendiri.”

Seketika, seluruh Pilar menyentuhkan darah mereka ke titik ritual.

Simbol itu menyala merah.

Gerbang pun hidup.

---

Di atas tanah, langit mendung. Murid-murid mulai merasakan tekanan aneh dalam jiwa mereka. Ryza, yang duduk dalam posisi meditasi di tepi danau latihan, membuka mata dengan cepat.

“Ada sesuatu yang... terbuka,” gumamnya.

Dari kejauhan, Elen datang menghampiri dengan langkah ringan tapi waspada.

“Kau juga merasakannya?” tanyanya.

Ryza mengangguk. “Mereka sedang membangun sesuatu di bawah tanah ini.”

Elen mencibir. “Sekte Chaos dan rahasia. Tak pernah berpisah.”

Namun mereka berdua diam saat getaran kecil merambat di tanah. Seperti detak jantung dari makhluk yang baru lahir, tetapi sangat… tua.

Ryza berdiri. “Kita harus turun.”

“Kau gila.”

“Kalau kita ingin tumbuh… kita harus tahu kebenarannya.”

---

Sementara itu, di luar wilayah Sekte Chaos, dunia mulai bergerak.

Dari balik reruntuhan Kekaisaran Sinar Suci, seorang lelaki tua berkepala botak dan mengenakan jubah suci berwarna putih berdiri di puncak altar kuno. Ia memegang tongkat dari tulang iblis dan memanggil angin.

“Gerbang itu terbuka...” katanya pelan. “Dan Kael hidup.”

Dua pendeta di belakangnya gemetar.

“Tuan Agung. Apa yang harus kita lakukan?”

“Sebarkan pesan. Dunia lama akan terbakar. Tapi sebelum itu, kita harus mencabut akarnya. Sekte Chaos harus dihancurkan sebelum gerbang itu sepenuhnya stabil.”

Sementara itu, dari Timur Jauh, di atas Laut Api, kapal-kapal terbang milik Fraksi Besi mulai bergerak. Mereka tak percaya pada sihir—mereka percaya pada teknologi dan logika. Tapi gerbang itu… mengacaukan semua teori mereka.

“Jika benar yang dikatakan satelit kita…” kata salah satu ilmuwan, “…maka Kael membangun jalan ke dimensi yang bahkan tak bisa kita ukur.”

Pemimpin mereka, seorang wanita dengan mata logam, menjawab dingin, “Kalau kita tak bisa mengukurnya… maka kita hancurkan saja.”

---

Kembali ke ruang ritual.

Gerbang Tanpa Nama berdiri, setinggi lima meter, membentuk pusaran gelap yang dikelilingi oleh 12 pilar batu hitam. Masing-masing Pilar Sekte berdiri di depan satu tiang—kecuali Pilar Ketigabelas, yang kini hanya diwakili oleh simbol tanpa bentuk.

Zareth memanggil Kael.

“Waktunya memutuskan. Siapa yang pertama masuk.”

Kael menjawab tanpa ragu, “Aku.”

Semua Pilar serentak menatapnya.

Reina hampir memprotes, tapi ia tahu Kael tak pernah mundur.

“Aku telah membuat sekte ini dari darah dan kehancuran,” lanjut Kael. “Kalau aku sendiri tak berani melangkah lebih jauh… maka semua ini sia-sia.”

Ia melangkah ke depan. Cahaya pusaran gelap menarik jubahnya, mencoba menelannya bahkan sebelum ia masuk sepenuhnya.

“Buka semua kanal sistemku,” perintahnya dalam hati.

[Sistem: Mode Penjelajahan Dimensi Diaktifkan.]

[Peringatan: Zona Tidak Terpetakan. Risiko kehilangan eksistensi: 78%.]

“Aku sudah kehilangan semua yang bisa hilang,” balas Kael.

Dan ia masuk.

Gelap.

Lalu cahaya.

Kemudian... kekacauan.

---

Kael jatuh di sebuah tanah berwarna kelabu. Langitnya bukan langit. Tidak ada atas dan bawah. Tanah seperti cermin cair. Udara seperti suara—setiap napas adalah gema.

Ia berdiri. Sistemnya menyesuaikan frekuensi tubuhnya dengan dimensi ini.

“Ini… bukan dunia. Ini mimpi para dewa yang dibunuh.”

Sesuatu bergerak di kejauhan. Sebuah bayangan setinggi gunung, tanpa bentuk tetap, mendekat pelan-pelan. Tapi bukan itu yang mengejutkan Kael.

Yang membuatnya terpaku adalah… sesosok tubuh di tanah.

Berbalut jubah Chaos. Mirip dirinya.

Ia mendekat dan berlutut.

Sosok itu membuka mata.

Kael mengenal wajah itu.

Wajahnya sendiri.

Tapi lebih tua. Lebih kelam. Lebih… rusak.

“Jadi kau… akhirnya datang,” kata sosok itu.

Kael mengangkat alis. “Siapa kau?”

“Aku adalah kau… dari masa depan yang gagal. Aku adalah hasil dari Gerbang ini. Dan aku… adalah peringatan.”

Kael mencengkeram pedangnya. “Apa maksudmu?”

“Kau akan membangun kekuatan, Kael. Tapi semakin besar kekacauan, semakin besar pula lubang yang kau gali. Aku datang untuk memperingatkan… bukan mencegah. Karena di ujung jalan ini… hanya satu yang bisa berdiri. Aku atau kau.”

Bayangan raksasa di langit meraung.

Kael berdiri perlahan. Ia tak gentar.

“Aku akan memecahkan rantai takdir ini.”

Sosok masa depan tertawa.

“Maka kita akan bertemu lagi… dan bertarung. Sampai hanya satu yang hidup.”

Kael menarik napas panjang. “Kalau itu harus terjadi… maka aku akan menjadi satu-satunya versi diriku yang tetap berdiri.”

Dan ia kembali—melompat ke dalam pusaran dengan kekuatan baru, pengetahuan baru, dan kehendak yang lebih gelap.

---

Ruang ritual gemetar saat tubuh Kael kembali muncul dari gerbang. Semua Pilar mundur satu langkah.

Matanya kini… berbeda.

Dalam irisnya, kilau kehampaan menyala.

Kael tak berkata apa pun. Ia hanya menatap Pilar satu per satu.

“Mulai dari sekarang,” katanya pelan, “Gerbang ini… adalah ujian. Siapa pun yang ingin menjadi murid inti… harus berani masuk.”

Reina menunduk. “Apa yang kau lihat di dalam sana?”

Kael menjawab, “Bukan soal apa yang kulihat. Tapi siapa.”

Dan dengan itu, malam kembali sunyi.

Tapi dunia… telah retak.

Dan Sekte Chaos, dengan Gerbang Tanpa Nama di bawah tanahnya, bersiap mengoyak semua batas.

---

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!