JENNAIRA & KAFINDRA NARAIN DEWANDARU
Gadis bernama Jennaira harus merasakan kecewa terbesar dalam hidupnya karena membiarkan orang asing merampas sesuatu yang amat sangat berharga baginya.
Ia sempat merutuki kebodohannya karena membiarkan kejadian itu terjadi berulang kali dalam waktu semalam . Tak ada penolakan yang benar-benar ia lakukan.
Dalam keadaan mab*k membuatnya hilang setengah kewarasannya saat itu, hingga ia sadar saat hinaan dan tuduhan tak berdasar dilayangkan padanya .
Wanita ****** dari mana kamu berasal?
Berapa kamu dibayar untuk menghancurkan hidup saya?
Bahkan disaat ia menjadi korban di sini, laki-laki itu sibuk memikirkan kekasihnya. Dunia seolah hanya berisi wanita itu . Tidak memikirkan Jenna yang saat ini tengah terpuruk dengan kenyataan yang ada.
Ikuti kisah Jenna yuk ! Baca dan beri komentar mu tentang karya author 😁🤗 ini hanya untuk orang dewasa ya, anak kecil bukan bacaan seperti ini yang dibaca 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Butterfly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 2 JENNAIRA
Sudah satu minggu, Jenna, bekerja di perusahaan besar tersebut. sejauh ini dirinya belum menemukan ketidaknyamanannya dalam bekerja, tak ada orang yang semena-mena dengan dirinya yang notabene nya orang baru. Hanya gelar OB, jadi pikirnya tak ada yang iri dan bersaing dalam pekerjaannya itu.
" Mbak Jenna ya? " tanya seorang wanita paruh baya yang tengah memegang nampan berisi kopi datang menghampirinya.
Jenna yang tengah istirahat itupun segera berdiri, " Benar bu, saya Jenna. "
Wanita itu tersenyum, " Boleh tidak saya minta tolong antarkan kopi ini ke lantai 23 , nanti akan ada yang menerima kopinya disana, jadi tidak bertemu pak CEO langsung . "
Jenna menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia ragu jika harus datang ke lantai tersebut. pasalnya ia tahu lantai tersebut adalah tempat Pak Kafindra berada untuk bekerja.
" Tapi saya takut Bu, " jawabnya dengan ragu.
" Tak apa, kamu tidak langsung bertemu dengan Tuan Kafindra. Sekertaris nya yang akan menerimanya "
Setelah menghela napas sejenak, Jenna menerima nampan tersebut dengan berat hati. Dirinya takut membuat kesalahan nantinya .
Dengan langkah kakinya yang jenjang dibalut celana kain panjang khusus seragam OB tersebut menaiki lift yang akan mengantarnya ke lantai tujuan.
Berulang kali ia menarik napas dalam serta merapalkan doa dalam hati agar tugasnya berjalan dengan baik, orang kecil seperti dirinya tidak pernah bermimpi berurusan dengan orang besar seperti mereka.
" Permisi " ucapnya pada seorang wanita yang duduk dikursi kerja depan ruangan CEO.
" Aaaa...Kopi untuk Pak Kafindra ya ? " tanya sekertatis Desi sembari menerima nampan tersebut dari tangan OB.
Jenna mengangguk, " Kalau begitu saya permisi Bu, " Jenna menunduk pamit kembali dengan pekerjaannya. Tugasnya mengantar kopi sudah selesai.
" Tunggu! Kamu pegawai baru? " tanya Sekertaris Desi yang merasa asing dengan wajah Jenna.
" Benar, saya OB baru nama saya Jennaira . " jelas nya . sedangakan wanita yang bertanya tadi hanya mengangguk samar setelah itu menyuruhnya untuk pergi.
Saat jam sudah menunjukkan lima sore dan para pegawai kantor lainnya sudah pulang satu jam yang lalu, Jenna masih berada dikantor membersihkan kantor tersebut agar besok pagi pekerjaannya tak terlalu banyak.
" Ehh belum pulang ya .... ? " Desi menggantungkan kalimatnya dengan penuh tanya menatap ke arah Jenna.
" Jennaira Bu, " jawab Jenna membuat sekertaris Desi tertawa canggung sebab melupakan nama OB tersebut.
" Kenapa masih berkerja? bukankah jam pulangmu sudah dari tiga puluh menit lalu? " tanya nya karena hanya melihat gadis itu seorang diri di loby kantor.
Jenna mengangguk pelan, " hanya menyicil pekerjaan besok, Bu. "
" Ada yang bisa saya bantu? " tanya nya pada wanita cantik yang nampak anggun dengan pakaian modis yang membalut tubuhnya.
" Bener nih kamu sedang menawarkan diri ingin membantu saya? " tanya Desi memastikan karena merasa sungkan merepotkan gadis dihadapannya disaat jam kerja sudah usai.
Jenna mengangguk yakin, " Tidak apa-apa Bu, pekerjaan saya juga sudah selesai kok. "
Desi tersenyum melihat kebaikan gadis tersebut, jarang sekali menemukan pegawai seperti Jenna.
" Tolong belikan ketoprak yang ada diseberang jalan , gerobak mang iman namanya. Sama coffe americano di caffe Yummy Coffe masing-masing satu saja. "
" Oke! Mau Ibu tunggu atau saya antar di ruangan Bu Desi? " tanya Jenna, setelah menerima uang dua lembar ratusan ribu.
" Antar juga boleh kalau tidak merepotkan? "
" Baiklah saya antarkan saja, takutnya antri dan menunggu lama, " jelas Jenna.
Jenna sudah berdiri di samping gerobak bertuliskan Ketoprak Mang Iman sesuai pesan Bu Desi tadi.
" Ini pesanannya neng cantik, " sekantong kresek berisi pesanan Jenna pun sudah selesai, diserahkannya uang seratus ribu untuk membayar ketoprak tersebut.
" Eh pak , boleh buatkan satu porsi lagi? " Jenna merasa tidak enak karena mendadak menambah pesanan disaat antrian lumayan banyak dibelakangnya.
" ouhhh takut kurang ya Neng? " laki-laki yang tak lagi muda itu tertawa kecil, " Pedas atau sedang? " tanya nya sebelum memasukkan cabai ke dalam bumbu yang akan ia ulek.
" Pedas , " jawab Jenna tersenyum canggung.
" Terimakasih Mang Iman, " ucapnya setelah pesanan kedua sudah selesai.
Ia berjalan menuju Caffe yang tak jauh jaraknya dari gerobak Mang Iman mangkal.
Pesanan sudah ada ditangannya , ketoprak dengan ice americano pesanan Bu Desi dengan satu bungkus ketoprak miliknya.
Jenna menggeleng heran melihat uang seratus ribu yang masih utuh ditangannya dan beberapa uang receh yang tersisa.
" Lagian cuma beli Coffe sama ketoprak aja dibawain uang dua ratus ribu? Dipikirnya ketoprak seharga makanan restoran mahal kali yak? " Jenna terkikik geli membayangkan tingkah orang kaya.
Saat kakinya menginjakkan lantai perusahaan, ia tak menemukan keberadaan Bu Desi dimana tadi ia berbincang. Jenna memejamkan matanya begitu mengingat jika ia yang akan mengantarkan pesanannya keatas.
Lift bergerak lambat menurutnya , ia hanya tak sabar menyantap ketoprak yang ada dikantong plastik miliknya yang ia genggam di tangan sebelah kiri sedangkan milik Bu Desi berada di sebelah kanan.
Tingg.... pintu lift terbuka mengharuskannya mendekat di meja sekertaris dimana Bu Desi berada.
" Cepat sekali Jen? " tanya Desi begitu Jenna sudha muncul dengan pesanannya.
Jenna mengangguk, " Iya tadi untungnya saya datang sebelum antrian semakin panjang Bu, " jawab Jenna menyerahkan satu kantong kresek berisi ketoprak dan satu cup ice americano.
" Terima kasih , " ucap Desi.
Jenna menyerahkan kembali uang sisa yang diberikan padanya tadi, " Ini kembaliannya Bu, yang satu masih utuh sedangakan satunya masih ada sisa sedikit " jelasnya menyerahkan uang tersebut.
Desi jelas menolak nya, ia memberikan uang tersebut untuk Jenna sebagai ongkos jalan. walaupun awalnya Jenna menolak keras , hingga ancaman pun membuatnya menerima uang tersebut.
" Lain kali saya nggak mau dimintai tolong jika seperti ini Bu, " protes Jenna.
" Rezeki gak boleh ditolak, " jawab Desi sebelum masuk kedalam ruangan bosnya.
Jenna mengerutkan kedua alisnya bingung, " Kok makanannya dibawa kedalam? memangnya siapa yang mau makan ketoprak? Gak mungkin Pak Kafindra kan ? " gumam Jenna.
Ia masih berdiri disana karena menunggu Bu Desi , wanita itu mengajaknya makan bersama . Mau menolak pun juga tak enak.
Sedangkan didalam ruangan, Kafindra menatap disela pintu ruangannya yang terbuka berdiri seorang wanita asing.
" Siapa diluar , Des ? " tanya nya pada sekertaris nya yang tengah menyiapkan makanan nya diatas piring.
" Ohh itu wanita yang ku suruh membeli ketoprak, dia pegawai baru bekerja sebagai OB . "
Kafindra hanya mengangguk acuh, ia duduk disofa setelah sekertaris nya sudah selesai dengan tugasnya.
" Saya permisi Pak, " pamit Desi sebelum keluar meninggalkan bosnya menikmati ketopraknya.
" Hem " sahut Kafindra.
Desi keluar dengan wajah berseri karena mendapat teman baru. Ya! gadis itu sudah ia nobatkan sebagai temannya sekarang.
" Ayo ikut aku, " Desi menarik lengan Jenna agar mengikuti langkahnya menuju ruangan yang masih satu lantai tersebut.
Begitu masuk, Jenna dibuat kagum dengan ruangan tersebut. Sebuah pantry yang terlihat mewah dan nyaman. Berbeda dengan pantry yang ia tempati bersama karyawan yang lain.