Bosku Tidak Pernah Puas

Seminggu berlalu...

Lena bukan tidak ingin mengatakan apa yang dia ketahui, tapi di sisi lain dia merasa itu bukan kapasitasnya untuk bicara.

Hubungan pertemanan nya dengan Dyandra juga semakin hari semakin menjauh.

Brigita juga sudah tidak bertegur sapa dengan Dyandra.

"Lena, aku mau minta tolong padamu. Bisa?"

"Apa?" jawab singkat Lena tanpa melihat ke arah Dyandra yang berdiri di sampingnya.

"Aku ingin menemui Pak Rocky, coba tanyakan padanya apa dia mau bertemu denganku? Dari kemarin pesan ku tidak mendapat balasan." katanya. "Dan sepertinya dia coba menghindariku."

"Aku tidak ingin ikut campur!" ketus Lena berpaling tempat menjauh dari Dyandra.

Lena memilih untuk datang ke ruangan Rocky, meski rasa hormatnya sedikit berkurang pada atasan yang selama ini dia kagumi. Tapi tetap saja dia harus profesional.

Baru saja dia duduk dan menata beberapa pekerjaan nya di meja, tiba-tiba saja Dyandra ikut masuk ke dalam ruangan dan berdiri tepat di samping Rocky.

"Kamu sengaja menghindariku?" tatapan Dyandra benar-benar tajam ke Rocky.

Suasana semakin dingin dan terasa menegang.

Lena yang berada di samping kiri Rocky merasa canggung dengan berada di antara mereka. Ini juga merupakan pertama kalinya Lena melihat Dyandra dan Rocky bicara di luar pekerjaan.

Akhirnya, Lena memutuskan berdiri dari kursinya dan hendak turun meninggalkan ruangan tersebut.

"LENAA! Mau kemana kamu? Bukankah kamu harus menyelesaikan pekerjaanmu ini!" seru Rocky hingga membuat Lena terperanjat. "Saya tidak menyuruhmu turun!" imbuhnya lagi.

Dengan segala kekuatan yang Lena miliki dia berusaha tetap tenang untuk menjawab. "Jika Kak Dyandra sudah selesai bicara dengan Bapak baru lah saya akan melanjutkan pekerjaan ini."

"Tetap di sini!"

"Bagaimana mungkin saya bisa bekerja dengan situasi seperti ini. Saya tidak bisa fokus," jawab Lena masih mencari alasan untuk meninggalkan ruangan Rocky.

"Bicara lah, biarkan Lena mendengar semuanya. Kau juga sudah ceritakan itu pada Lena kan?"

Dyandra menelan saliva nya, menarik napasnya dalam-dalam. "Aku sudah katakan padamu. Aku hamil!"

Mendengar itu Lena lebih kaget lagi, sampai dia tidak bisa berkata apa-apa. Tubuhnya ikut kaku tidak menyangka dengan masalah sahabatnya yang ia dengar sendiri. Pikirannya langsung tertuju pada Brigita, membayangkan bagaimana jika dia itu tahu semua ini.

"Lalu?" jawab Rocky santai.

"Kamu harus tanggung jawab!"

"Lucu kamu Dyandra, bagaimana mungkin aku yang harus tanggung jawab. Kamu punya suami kan? Berhubungan juga dengan suami mu, betul? Ya jelas itu anak suamimu!!" suara Rocky terdengar seperti hinaan bagi Dyandra.

"Lima belas tahun aku tidak menggunakan kontrasepsi dengan suamiku. Tapi aku tidak hamil, mengapa sekarang aku hamil setelah aku berhubungan denganmu?"

Rocky tertawa berat, pandangannya yang sedari tadi menatap laptop kini beralih menatap Dyandra sengit.

Belum ada kata-kata yang keluar lagi dari mulutnya. Hanya tatapan tajam yang tak berpindah sama sekali. Sedangkan Dyandra, air matanya sudah luruh di pipi.

"Begini saja, kita buktikan dengan tes DNA nanti. Jika memang itu anakku maka aku akan mengurusnya. Tapi jika tidak aku bisa menuntutmu!"

"Hah? Apa?"

"Iya kau tidak dengar? Aku akan mengurusnya, aku akan ambil anak itu!" bentak Rocky.

"Tidak, kamu harus nikahi aku. Supaya aku bisa bercerai dengan suamiku. Jika kau ambil tanpa menikahiku, lalu bagaimana nasibku? Suamiku akan menceraikanku jika begini."

Lena mendengar jelas semua percakapan itu. Dalam hati Lena tidak menyangka Rocky menanggapi ini dengan santai. Seolah semua sudah di rencanakan.

"Jangan mimpi untuk menikah denganku. Wanita sepertimu memang menyenangkan di ajak bersenang-senang,"

Tak tahan dengan perdebatan mereka, Lena memilih keluar dari ruangan Rocky. Ia bergegas turun ke lantai bawah menuju kamar mandi. Tangan dan kaki nya gemetar.

.

Prangggg!

Suara pecahan terdengar jelas di lantai satu.

Brigita dan Dyandra sedang berhadapan, wajah Brigita terlihat santai beda dengan Dyandra yang sudah tidak karuan. Rambutnya berantakan, makeupnya luntur akibat air mata.

"Ini anak suamimu! Suruh dia tanggung jawab!" teriak Dyandra di depan karyawan lainnya.

"Itu urusanmu dengannya, selama ini kau berhubungan dengannya di belakangku. Mengapa sekarang mengemis tanggung jawabnya padaku? Dasar wanita jalang!!" tegas Brigita, kata-katanya penuh penekanan.

Dyandra semakin meracau, melempar gelas yang ada di sampingnya. Pecahan itu mengenai tangan Brigita, wanita anggun itu tetap berdiri tanpa gusar sama sekali.

"Cukup Dyandra! Jangan lukai istriku!" teriak Rocky dari arah belakang.

Suaranya menggelegar memenuhi seluruh ruangan. Untungnya tidak ada tamu yang datang kala itu.

Tidak ada satu karyawan pun yang berani mendekat atau ikut bicara. Suasana memanas, seperti emosi yang tidak bisa mereka kendalikan.

Rocky merangkul Brigita, menatapnya dan mencoba minta maaf.

"Sayang, usir dia dari sini. Aku pusing melihatnya," ucap Brigita.

Dyandra sangat tidak menyangka, bukan nya marah tapi justru Brigita menempel pada Rocky yang kini mencampakkan nya.

"Security, bawa dia keluar!" titah Rocky.

Dua orang berbadan besar dan berkulit hitam, memegang tangan Dyandra dan menyuruhnya menyingkir.

Saking tidak menyangkanya, Dyandra hanya mengikuti arahan mereka. Beberapa orang lain nya juga terlihat membereskan tas Dyandra yang segera di berikan padanya.

.

Rocky dan Brigita juga terlihat keluar dari gedung itu untuk pulang ke rumah.

Selama di perjalanan tidak ada yang bicara sama sekali. Brigita juga hanya diam tanpa berkata apa-apa. Sampai akhirnya Rocky lebih dulu membuka percakapan.

"Sayang..."

"Aku sudah curiga hal ini sejak lama. Tapi ternyata melihatnya secara langsung lebih mengerikan. Apa salahku padamu?"

"Dengarkan, aku ini pria. Ibaratkan aku seekor kucing, ketika ada ikan di depan mata mana mungkin aku lewatkan?"

Brigita melirik sinis ke arah suaminya. "Tidak semua kucing suka ikan busuk!"

"Tenang semuanya sudah berakhir, aku juga tidak mau menikahinya. Cukup bersenang-senang saja,"

"Jahat kamu!"

Rocky menepikan mobilnya, dia menatap Brigita seolah ini tidak sepenuhnya salah dia. Tatapan nya beralih pada tangan Brigita yang terluka.

"Ayo obati dulu tangan kamu, kalau ini infeksi kamu juga akan kesulitan mengurus Ken nanti." Rocky mengambil kotak obat yang ada di dashboard.

Brigita berdecak. "Sejak kapan kau memikirkan Ken? Jangan khawatir, Ken adalah anakku bukan anakmu!"

"Jangan terlalu keras dan egois, kamu pun tidak akan kembali dengan Leo. Dia miskin tidak bisa memberikan pendidikan terbaik untuk Ken. Mau bagaimanapun aku , hidupmu sekarang sudah ada di tanganku!"

.

Sedangkan di luar sana, semua karyawan membicarakan hubungan Rocky dan Dyandra yang selama ini juga sudah mereka curigai.

Titi juga menjadi sasaran banyak pertanyaan dari teman lainnya.

"Kenapa kamu tega membohongi sahabatmu sendiri, Ti?"

"Aku hanya di mintai tolong oleh Dyandra dan Rocky. Aku tidak bisa menolak, ancaman nya adalah aku bisa saja di pecat dari perusahaan ini!"