NovelToon NovelToon
Gadis SMA Kesayangan CEO Tampan

Gadis SMA Kesayangan CEO Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Romansa
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Briany Feby

"Mulai sekarang, kamu adalah istri saya Feby Ayodhya Larasati. Apapun yang ada di dalam diri kamu, hanyalah milik saya!" Kalimat yang keluar dari mulut pria tampan di hadapannya ini membuat seluruh bulu kuduknya berdiri. Jantungnya berdebar kencang saat pria itu semakin menatapnya dengan tatapan intens.
.....

Feby Ayodhya Larasati gadis cantik dan periang yang duduk di bangku SMA.
Tak hanya parasnya yang cantik, dia juga memiliki prestasi yang sangat bagus di sekolah. Impian dalam hidupnya hanya satu, yaitu mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri.
Kehidupannya selama ini selalu berjalan lancar namun, tidak saat ia bertemu dengan pria bernama Arka William Megantara.

Pertemuan yang berawal dari mimpi, kini berubah menjadi nyata. Pertemuan yang berawal dari kesalahpahaman, kini berubah menjadi hubungan pernikahan.
.....

Arka William Megantara, seorang CEO muda yang memiliki paras tampan, tubuh tegap, tinggi, dan atletis. Dia adalah satu-satunya pewaris tunggal di perusahaan Mega

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Briany Feby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12. Kissing?!

Kedua mata Feby perlahan-lahan terbuka. Ruangan bercat putih dengan bau obat-obatan langsung membuat kening Feby berkerut.

Gadis itu berusaha untuk bangun akan tetapi kepalanya terasa begitu sakit.

Ia ingin meminta tolong kepada siapapun agar membantunya bangun. Namun tidak ada siapa-siapa. Hingga tak lama kemudian, pintu ruangan akhirnya terbuka. Seorang pria tampan berjas hitam masuk ke dalam ruangan. Senyuman di wajah Feby langsung mengembang begitu melihat kedatangan pria tampan itu yang tak lain adalah Arka.

Namun detik berikutnya, senyuman di wajah gadis itu langsung memudar, saat ia melihat ekspresi di wajah Arka. Arka menatap Feby dengan tatapan dingin seperti biasanya. Namun entah mengapa, ia merasa Arka saat ini sedang dalam suasana hati yang buruk.

Feby tidak berani meminta tolong Arka untuk membantunya bangun. Feby perlahan-lahan berusaha untuk bangun sendiri dengan susah payah.

Hal itu tak luput dari perhatian Arka. Hingga pada akhirnya, pria tampan itu pun membantu Feby untuk bangun. Arka mendekap tubuh mungil Feby lalu membantunya untuk bangun.

"Te-terima kasih Tuan..." Ucap Feby dengan terbata-bata.

Arka menarik kursi plastik di samping ranjang Feby lalu mendudukinya. Ia menatap gadis itu dengan tatapan tajam. Perkataan dari Evandra yang mengaku sebagai pacar Feby terus saja berputar di telinganya. Hal itu membuat darahnya terasa mendidih.

Apalagi saat Feby kembali memanggilnya dengan sebutan 'Tuan'.

Arka merasa Feby benar-benar tidak pernah sekalipun menganggapnya sebagai suami.

"Tuan Arka... Apakah terjadi sesuatu yang membuat Tuan marah?" Tanya Feby dengan hati-hati.

Hening. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Arka. Hal itu membuat suasana kembali terasa begitu canggung seperti saat mereka baru pertama kali bertemu.

"Tuan... Aku bertanya pada Tuan Arka. Apakah aku membuat kesalahan hingga membuat Tuan marah?" Tanya Feby seraya menyentuh tangan Arka.

"Berhenti memanggil saya Tuan Feb!" Bentak Arka pada Feby.

Tubuh Feby langsung mematung mendengar itu. Arka menatap Feby dengan tatapan tajam dan dingin. Feby bisa merasakan amarah Arka lewat matanya.

"Sudah saya katakan berkali-kali! Berhenti memanggil saya Tuan! Saya ini suami kamu, bukan atasan kamu! Apakah kamu tidak pernah menganggap saya sebagai suami kamu?!" Amarah Arka semakin meluap.

Tubuh Feby langsung bergetar hebat. Gadis menundukkan kepalanya ketakutan.

"Maaf..." Lirih Feby dengan mata berkaca-kaca. Gadis itu langsung menangis tersedu-sedu dengan kepala tertunduk.

Melihat Feby yang menangis Arka sontak memegang pundak Feby. Ia benar-benar tidak menyangka akan kehilangan kendali seperti ini hingga membuat Feby ketakutan.

Amarahnya langsung lenyap seketika saat melihat Feby yang mulai menangis. Bahkan ia merasa sangat bersalah karena telah membentak gadis itu.

"Sudahlah lupakan. Maaf, saya tidak bermaksud membuat kamu takut Feb" Kata Arka berusaha untuk menenangkan Feby.

Ia merasa benar-benar begitu kacau.

Namun bukannya menjadi tenang, gadis itu justru semakin menangis tersedu-sedu. Seraya terus mengatakan kata maaf kepada Arka tanpa berani menatap wajah Arka.

Hal itu membuat perasaan bersalah di hati Arka semakin besar.

"Tolong berhenti menangis Feb... Jangan membuat saya merasa semakin bersalah"

Arka membawa Feby ke dalam dekapannya. Ia memeluk erat tubuh gadis itu.

"Maafin aku Mas Arka..." Ucap Feby di dalam pelukan Arka.

"Tidak, bukan kamu yang salah tapi saya"

"Nggak... Itu semua salahku... Aku seharusnya tidak memanggil suamiku dengan sebutan 'Tuan'. Tapi Mas Arka harus tau kalau sampai detik ini aku selalu menganggap Mas sebagai suamiku..." Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut mungil Feby.

Hati Arka langsung bergetar mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh Feby. Kalimat itu mampu meruntuhkan segala amarahnya.

"Tolong katakan sekali lagi, Feb" Pinta Arka seraya semakin mengeratkan pelukannya pada Feby.

"Aku minta maaf Mas..."

"Bukan, bukan kalimat itu"

Kening Feby berkerut.

"Lalu? Kalimat yang mana?"

Tanya Feby tidak mengerti.

"Apakah kamu menganggap saya sebagai suami kamu?" Tanya Arka setengah berbisik tepat di telinga Feby.

Deg!

Jantung Feby langsung berdegup kencang mendengar itu. Bulu kuduk Feby juga ikut berdiri. Entah mengapa Arka menanyakan hal itu lagi kepada Feby. Ia terus berpikir apakah ia salah bicara?

"Kenapa diam saja? Jawab pertanyaan saya" Titah Arka.

"Sampai detik ini aku selalu menganggap Mas Arka sebagai suamiku" Jawab Feby di dalam pelukan Arka.

Arka melepaskan pelukannya. Ia menatap wajah Feby dalam-dalam. Kedua tangan Arka menangkup wajah cantik Feby seraya menghapus jejak air mata di pipi gadis itu.

Dengan jarak yang begitu dekat, Feby tidak berani sedikitpun menatap mata elang milik Arka.

"Tatap mata saya dan katakan sekali lagi" Arka mengangkat dagu Feby agar gadis itu menatap matanya.

"A-aku...A-aku..."

Cup!

Kedua mata Feby membulat sempurna karena Arka yang tiba-tiba saja membungkam mulut Feby dengan sebuah ciuman. Jantung Feby berdegup sangat kencang. Tubuhnya langsung mematung. Ia bahkan merasa begitu linglung saat Arka semakin menuntutnya untuk membalas ciuman itu.

Awalnya ia bingung harus bereaksi bagaimana. Namun Arka seakan menuntun Feby perlahan-lahan sehingga gadis itu pun pada akhirnya membalas ciuman Arka.

Mereka berdua larut dalam ciuman itu. Sampai Feby kehilangan napasnya dan ia memukul pelan dada bidang Arka agar pria itu memberikannya kesempatan untuk bernapas.

Arka pun melepaskan Feby dan membiarkan Feby bernapas. Deru napas mereka berdua saling beradu satu sama lain. Wajah Feby langsung memerah saat Arka terus menatapnya. Pria tampan itu bahkan juga membantu menyingkirkan rambut Feby yang menutupi wajahnya. Tiba-tiba saja suasana diantara mereka menjadi sangat canggung.

"Maafkan saya, Feb" Kalimat itulah yang pertama kali meluncur dari mulut Arka setelah ciuman mereka berakhir.

"I-iya" Jawab Feby seraya memalingkan wajahnya karena ia merasa begitu malu.

Apalagi jika Arka sampai melihat wajahnya yang saat ini bersemu.

"Kamu mau makan apa?"

Tanya Arka dengan sikap tenang seperti biasanya.

Feby sampai terheran-heran bagaimana Arka bisa bersikap setenang itu setelah apa yang ia lakukan kepadanya barusan. Seakan-akan tidak terjadi apa-apa diantara mereka berdua.

"Terserah" Jawab Feby dengan nada kesal.

Feby merasa begitu kesal dengan sikap Arka. Pria itu dengan seenaknya mengambil ciuman pertama di dalam hidupnya. Lalu setelah itu ia hanya mengatakan maaf saja! Apakah bagi Arka ciuman mereka hanyalah sebuah kesalahan saja?!

"Permisi Pak... Saya harus mengecek kondisi pasien" Tiba-tiba saja seorang suster masuk ke dalam ruangan Feby. Memecah kecanggungan diantara mereka berdua.

"Ya, silahkan sus" Jawab Arka lalu menggeser tubuhnya untuk memberikan ruang kepada suster tersebut agar bisa mengecek kondisi Feby.

Feby diam-diam terus saja menatap Arka dengan wajah kesal. Entahlah, ia sungguh bingung. Haruskah ia marah kepada Arka yang telah mengambil ciuman pertama di hidupnya?

Suster tersebut pun mulai mengecek kondisi Feby. "Apakah masih terasa pusing?" Pertanyaan dari suster tersebut membuat Feby membuyarkan lamunannya. Gadis itu menggeleng pelan sebagai jawabannya.

"Bagaimana keadaan istri saya Sus?"

Tanya Arka setelah suster tersebut selesai mengecek kondisi Feby.

"Kondisi istri Pak Arka baik-baik saja dan kata dokter dia tidak perlu dirawat inap. Istirahat saja di rumah yang cukup" Jawab suster tersebut pada Arka.

"Sebenarnya aku kenapa Sus? Kenapa kepalaku rasanya sakit sekali pagi ini? Sebelumnya aku tidak pernah mengalami seperti ini Sus" Tanya Feby.

Arka melirik suster tersebut seraya memberi kode agar ia tidak mengatakan yang sebenarnya kepada Feby. Bukan apa-apa, hanya saja Arka tidak ingin gadis itu berpikiran negatif apalagi usia Feby masih belum cukup umur. Jika saja gadis itu mengetahui apa yang terjadi semalam, Feby pasti akan sangat malu.

"Sus? Kenapa diam saja?" Feby bertanya sekali lagi.

"Kamu baik-baik saja Feb hanya saja kamu kecapean dan terlalu banyak pikiran" Bukannya Suster, tetapi justru Arka lah yang menjawab.

"Aku tanya sama Suster bukan sama Mas Arka" Ucap Feby dengan wajah kesal.

"Apa yang dikatakan Pak Arka benar Nona. Nona Feby kecapean dan terlalu banyak pikiran sehingga imun tubuh Nona menurun" Sela suster tersebut membenarkan jawaban dari Arka.

"Iya Sus aku terlalu banyak pikiran akhir-akhir ini... Aku mikirin suamiku yang nyebelin banget" Sindir Feby.

Hal itu sontak membuat Arka langsung menatap Feby dengan tatapan tajam. Sedangkan Suster tersebut hanya tersenyum kecil melihat tingkah Feby. Karena satu rumah sakit telah mengenal Arka. Ia adalah salah satu investor di rumah sakit ini sejak dulu. Semua orang segan dengan Arka. Namun kali ini, suster tersebut melihat sisi lain dari CEO muda dan Tampan seperti Arka yang hanya diledek oleh istrinya.

"Ya sudah saya permisi dulu ya Pak Arka. Setelah menyelesaikan biaya administrasi bapak bisa langsung menebus obat"

Kata suster tersebut lalu segera melenggang keluar dari ruangan Feby.

"Ya terima kasih sus" Jawab Arka.

Begitu suster tersebut pergi, Arka langsung mendekat ke arah Feby. Ia menatap Feby seraya menaikan satu alis tebalnya.

"A-apa? K-kenapa Mas liatin aku gitu?" Tanya Feby terbata-bata.

"Apa yang kamu katakan tadi? Saya nyebelin?"

Arka semakin mendekati Feby. Gadis itu pun sontak langsung membuang pandangannya ke sembarang arah agar ia tidak bertatapan langsung dengan wajah Arka yang begitu tampan.

"E-eng-enggak! Aku tadi cuma bercanda" Elak Feby dengan wajah gugup.

Arka tiba-tiba saja mencubit kedua pipi cabi Feby hingga membuat gadis itu mendelik.

"Wajah kamu keliatan lucu Feb kalo kamu bohong" Goda Arka.

"Ihhhh Mas Arka! Apaan sih! Lepasin! Sakit tau!" Dumel Feby seraya mengelus pipinya yang memerah akibat ulah Arka.

Arka langsung terkekeh melihat Feby yang mengerucutkan bibir mungilnya. Di mata Arka gadis itu kini terlihat begitu lucu seperti seorang anak kecil.

Apalagi saat bibir mungil milik Feby mengerucut. Rasanya Arka ingin sekali mencium bibir mungil itu.

Arka sungguh tidak menyangka kalau bibir Feby sungguh memabukkan. Saat ia menyentuh bibir mungil gadis itu, rasanya jantung Arka berdegup dua kali lebih cepat, seluruh tubuhnya terasa seperti tersengat aliran listrik. Bibir mungil milik Feby rasanya lebih memabukkan dari pada alkohol.

"Mas Arka?! Kalo ada orang yang ngajak ngomong tuh dijawab! Jangan diem aja! Mas lagi mikirin apa sih? Apa jangan-jangan... Mas Arka lagi mikirin aku? Iyakan? Ngaku hayo..." Cerocos Feby.

Arka langsung membuang jauh-jauh pikiran negatif di otaknya. Mengapa ia memikirkan hal bodoh seperti itu? Apakah ia sudah kehilangan akal sehatnya? Saat dekat dengan Feby entah mengapa Arka sangat sulit mengendalikan dirinya sendiri.

Gadis itu benar-benar membuatnya menjadi gila!

"Saya harus mengurus administrasi lalu menebus obat kamu dulu"

Kata mengalihkan pembicaraan Arka lalu segera melenggang keluar meninggalkan Feby begitu saja.

Feby terus menatap Arka sampai pria itu benar-benar hilang dari pandangannya. Ia benar-benar merasa sangat bingung dengan sikap Arka yang selalu berubah-ubah setiap saat.

"Dasar kanebo kering! Nggak bisa diajak bercanda!" Umpat Feby.

🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️

Setelah mengurus biaya administrasi dan menebus obat, Arka langsung membawa Feby pulang ke rumah. Setelah insiden ciuman di rumah sakit, Arka semakin berusaha menjaga jarak dari Feby karena ia takut tidak bisa mengendalikan diri.

Pria tampan itu kembali membangun tembok pembatas diantar ia dan Feby.

Selama di perjalanan pulang, Arka tidak sedikitpun mengajak Feby bicara. Pria itu hanya memfokuskan pandangannya ke depan

tanpa sedikitpun melirik Feby. Tak lama kemudian, mereka berdua pun sampai.

Arka langsung memarkirkan mobilnya dan keluar dari mobil meninggalkan Feby begitu saja. Feby sudah berharap Arka akan membukakan pintu mobil untuknya.

Namun harapan itu ternyata hanyalah sebuah mimpi. Pria tampan itu justru meninggalkannya begitu saja tanpa belas kasihan.

'Kamu harus sadar diri Feb! Harus sadar posisi!' Batin Feby lalu segera keluar dari mobil.

Ting.......! Ting.......! Ting.........!

Saat hendak keluar dari mobil, tiba-tiba saja terdengar notifikasi pesan masuk dari hp Feby yang diletakkan di dasbor mobil. Feby mengambil benda pipih tersebut. Ada banyak sekali pesan dan panggilan masuk dari teman-temannya.

Namun pesan dan panggilan masuk dari Evandra lah yang paling banyak.

Evandra : Feb Lo kenapa nggak berangkat? Lo lagi sakit?

Evandra : Jawab chat gue Feb jangan bikin gue khawatir.

Evandra : Kalau Lo nggak ngasih kabar ke gue, gue bakalan dateng ke rumah Lo Feb.

Evandra : Gue ke rumah Lo sekarang juga Feb. Lo nggak perlu ngasih tau alamat Lo ke gue. Gue pasti tau dimana Lo berada karena gue udah nyambungin GPS di hp Lo.

Feby menghembuskan napasnya setelah membaca pesan terakhir dari Evandra. Tiba-tiba saja kepalanya kembali berdenyut. Ia mengabaikan begitu saja pesan dari Evandra yang masuk setengah jam yang lalu.

Ia benar-benar tidak menyangka Evandra akan bertindak sejauh itu. Bagaimana ia menangani hal ini?

Feby keluar dari mobil dengan wajah muram.

Saat hendak masuk ke dalam rumah, Feby langkahnya terhenti saat ia berpapasan dengan Arka yang tengah menenteng tas. Arka melewati Feby begitu saja seakan Feby hanyalah sebuah patung.

"Mas Arka mau kemana?"

Tanya Feby spontan.

"Kantor" Jawab Arka singkat dan padat.

"Oh iya Mas, tadi temenku chat katanya mau ke sini nengok aku soalnya aku nggak berangkat sekolah. Boleh?"

"Siapa?"

"Temen sekolah aku"

"Laki-laki atau perempuan?"

Tanya Arka membuat Feby mengerutkan keningnya.

"Laki-laki" Jawab Feby.

"Evandra?"

"I-iya... kok Mas Arka bisa tau?" Gadis itu langsung terheran-heran mendengar Arka yang menyebut nama Evandra.

Arka menatap Feby dengan tatapan tajam yang berbeda. Hal itu membuat Feby merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Raut wajah Arka yang biasanya datar, kini menunjukan sebuah ekspresi. Entah ekspresi apa itu Feby pun tidak tau.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Arka melenggang meninggalkan Feby. Namun bukan keluar dari rumah, pria itu justru kembali masuk ke dalam kamarnya. Feby berlari kecil mengejar Arka.

"Mas Arka nggak jadi ke kantor?" Tanya Feby seraya mengejar Arka.

"Nggak" Jawab Arka.

"Kenapa? Tadi katanya mau pergi ke kantor kok sekarang nggak jadi?"

"Bukan urusan kamu"

Jawab Arka kembali mengeluarkan tiga kata andalannya yang membuat Feby naik pitam.

Ting tong! Ting tong!

Suara bel rumah tiba-tiba saja terdengar hingga ke dalam kamar Arka dan Feby. Mendengar itu Feby langsung mendapatkan tatapan lebih menusuk dari Arka. Entah mengapa perasaan Feby menjadi tidak enak.

Tok tok tok...

Tak selang beberapa menit kemudian pintu kamar tiba-tiba saja diketuk dari luar. Seorang wanita tua dengan badan gemuk berdiri di luar kamar Arka dan Feby.

"Permisi Tuan Arka..."

Ucap Mbok Ida salah pembantu di rumah Arka.

"Ya, masuk Bi" Titah Arka membuat Mbok Ida langsung masuk.

"Maaf Tuan, di luar ada seorang pria yang  mencari Nona Feby" Kata Mbok Ida.

'Waduh itu jangan-jangan Evandra?!'

Batin Feby.

"Jangan biarkan dia masuk" Titah Arka.

"Ya, saya sudah melarangnya untuk masuk tapi dia tetap ngotot minta masuk dan bertemu dengan Nona Feby. Bahkan dia mengatakan dia tidak akan pergi kemana pun sebelum melihat Nona" Jelas Mbok Ida.

"Dia itu teman aku Bi. Suruh dia masuk biar aku temuin dulu" Kata Feby.

"Baik Non" Jawab Mbok Ida lalu segera keluar dari kamar.

Begitu pula Feby, gadis itu menyusul keluar dari kamar. Hal itu tak luput dari perhatian Arka. Arka terus saja menatap Feby dengan wajah dingin.

"Jadi dia benar-benar pacar kamu Feb?" Tanya Arka dengan tatapan menusuk pada Feby.

______________________________________________

Bab ini sedikit roller coaster hehe.

Spoiler, di Bab selanjutnya kita bakalan liat Mr. Arka kalo cemburu!

.

Oh iya, kalo aku spoiler tokoh

Mr. Arka, Feby, Clarisa, sama Evandra pada mau nggak?

Kira-kira kalian pada penasaran nggak?

.

Kalo banyak yang komen mau, nanti author spill! ❤️

1
Mar Diati
saya suka ceritanya cukup menarik
Mar Diati
upnya dong
Mar Diati
lima.episode sekaligus
Mar Diati
hari ap upnya, dan kkw up jangan satu episode saja, 5lima episode kalau bisa .
Mar Diati
kapan up nya
Briany Feby: Bab 3 sudah up yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!