Squel "Menikahi Wanita Ternoda"
Dicap sebagai wanita liar karena kabur di hari pernikahan, Ayanna Nerodia Tanzeela memiliki alasan tersendiri untuk itu. Namun, ditengah pelariannya dia justru menemukan seorang bayi mungil yang terbungkus kain, membuatnya terpaksa menjadi Mommy dadakan, bersama seorang pemuda yang tidak dia kenal.
Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Ayanna kabur, padahal pesta pernikahan sudah dia rancang dengan sempurna? Dan siapakah sebenarnya bayi itu? Mengapa dia memiliki keterikatan dengan pemuda yang baru Ayanna temui?
Jangan lupa follow akun dan sosmed ngothor buat tahu info lainnya😍
FB @Nita Amelia
Ig @nitamelia05
TT @Ratu Anu👑
Salam Anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Tan Florist
Dallie tampak mondar-mandir di dalam kamar hotel menunggu Ayanna pulang. Dia tidak tahu jelas gadis itu kemana, sebab Ayanna hanya pamit bahwa dia akan pergi ke rumah temannya untuk meminta bantuan. Namun, sampai waktu makan siang tiba, Ayanna tak kunjung menampakan batang hidungnya. Sementara itu ponsel milik Dallie terus berdering, karena beberapa nomor baru menghubunginya.
Karena selalu waspada, Dallie sama sekali tak mengangkat panggilan itu. Takut jika ternyata yang menghubungi adalah seorang penipu.
"Ck, kemana dia? Bilangnya cuma sebentar, tapi ini sudah lewat berjam-jam!" gumam Dallie sambil memperhatikan jam yang ada di dinding dengan lekat.
Namun, meski gusar memikirkan Ayanna, Dallie bersyukur karena suhu tubuh Nael sudah normal kembali. Artinya metode yang dia lakukan berhasil.
Sementara itu Ayanna yang baru saja tiba di hotel melihat dua orang berpakaian hitam mondar-mandir di lobby. Dia curiga kalau mereka adalah suruhan ayahnya untuk menangkap Dallie—tapi aneh juga sih, darimana sang ayah tahu mereka menginap disana.
Meski merasa was-was, Ayanna bergegas naik ke kamar sambil menutup wajahnya. Begitu dia membuka pintu, Dallie langsung menghampirinya dengan wajah penuh tanda tanya. "Kamu kenapa?" tanyanya melihat raut panik Ayanna.
Gadis itu langsung menggelengkan kepala, mencoba untuk terlihat baik-baik saja. Selagi ada dirinya, dia yakin orang-orang itu tidak akan macam-macam pada Dallie ataupun Nael.
"Gimana keadaan Nael, demamnya udah turun kan?" tanya Ayanna mengalihkan perhatian Dallie.
"Karena dia anak yang kuat, suhu tubuhnya turun dengan cepat, tadi aku juga sempat mengelap tubuhnya dan buat susu. Habis itu dia tidur lagi. Oh iya bagaimana denganmu? Katanya kamu cari bantuan, berhasil?" papar Dallie sambil menanyakan rencana Ayanna. Karena sumpah demi apapun, sampai detik ini dia tak mendapat jalan keluar sama sekali.
Ayanna langsung melebarkan senyum, tanda bahwa dia telah membawa kabar baik untuk Dallie dan Nael, apalagi sekarang mereka tak perlu sembunyi-sembunyi lagi.
"Sudah, temanku bersedia menyewakan tempat. Jadi hari ini kita bisa langsung kesana, dan aku akan memulai bisnisku. Dan kamu nggak perlu khawatir, di sana nggak akan ada yang julidin kita," jelas Ayanna dibubuhi kebohongan. Karena pada kenyataannya tempat itu adalah miliknya, namun ditutup setelah akhirnya dia memilih untuk kabur.
Mendengar itu tentu Dallie merasa senang sekaligus lega, sampai-sampai nalurinya bergerak untuk mengusak puncak kepala Ayanna. "Syukurlah ... ini pasti rejeki Nael juga." Kata Dallie dengan cengiran yang menampilkan giginya.
Sementara Ayanna malah tercenung, yang diusap kepala tapi yang berantakan malah hatinya.
Tak berselang lama mereka pun segera mengemas barang-barang, karena pukul 12 siang, mereka harus sudah meninggalkan kamar hotel.
*
*
*
Tan Florist.
Nama toko bunga milik Ayanna yang sama sekali belum dimusnahkan. Sesampainya di sana, Ayanna langsung membuka gerbang kecil yang mengelilingi toko tersebut, sementara Dallie mengedarkan pandangan. Tiap sudut yang dia lihat seperti mendapat penilaian tersendiri, sampai dia tertinggal jauh di belakang padahal Ayanna sudah di depan pintu.
"Dallie, ayo sini!" seru Ayanna melihat Dallie yang terbengong-bengong sambil menggendong Nael dan menenteng barang-barang. Pemuda itu benar-benar paling diandalkan.
Dallie melangkah cepat, kemudian mengutarakan apa yang ada di kepalanya. "Ini bekas toko bunga?"
Ayanna langsung mengangguk, karena tebakan Dallie memang benar. Namun, Ayanna menangkap ketidaknyamanan pada raut wajah pemuda itu.
"Kenapa emangnya? Kamu nggak suka?" tanya Ayanna dengan kernyitan di dahi.
"Jangan bilang kamu juga mau bisnis bunga?"
"Kok kamu tahu sih?" Ayanna terperangah, karena tebakan Dallie lagi-lagi benar.
"Aku alergi serbuk bunga. Terus gimana aku bisa tinggal di sini?" ujar Dallie menautkan kedua alisnya, yang makin membuat Ayanna tercengang. Gadis itu langsung teringat dengan seseorang, tapi bukan itu poinnya sekarang.
Setelah masalah mereka satu persatu selesai, kini muncul masalah baru. Ayanna pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung untuk menjawab.
"Nanti lagi deh mikirannya, sekarang kita masuk dulu. Lagian bunga-bunganya juga belum ada kan?" ujar Ayanna supaya mereka lekas beristirahat, sementara solusi bisa dibicarakan setelahnya.
Dallie menghela nafas, tapi dia tetap mengikuti apa kata Ayanna dan melewati gadis itu untuk masuk ke dalam. Dan pemandangan yang pertama kali dia lihat adalah pot-pot bunga, keranjang dan lain sebagainya yang menyokong penjualan.
*
*
*
Kondisi Deana sudah mulai membaik setelah bangun dari koma, tapi dia belum bisa mengingat apapun, bahkan namanya sendiri dia lupa. Namun, Adam—sang dokter yang merawat wanita itu, tak pernah memaksa agar Deana segera mengingat siapa dirinya, karena dia tahu proses pemulihan itu cukup lama.
Malam itu Adam masih ada di perjalanan untuk pulang, dia tidak tahu jika di rumahnya kedatangan tamu, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Daniel yang mendapat informasi jika Deana ada di rumah seorang dokter.
Daniel menekan bel dengan tidak sabaran, karena dia benar-benar mencemaskan istri dan anaknya, meski dunia tidak tahu tentang mereka.
"Apakah kami perlu membobolnya, Tuan?" tanya anak buah Daniel, karena dia tidak datang sendiri. Namun, Daniel mencegahnya dengan mengangkat tangan, dia datang baik-baik untuk menjemput wanita tercintanya, bukan untuk marah-marah.
"Kita tunggu saja, aku yakin ada seseorang di dalam," ujar Daniel.
Benar saja, perawat yang senantiasa menemani Deana mengintip dari dalam dan melihat segerombolan orang berdiri di depan gerbang. Wanita itu pun meneguk ludahnya dengan kasar, tak tahu harus berbuat apa karena takut orang-orang akan berbuat jahat.
"Aku telepon dokter Adam saja," gumamnya bergegas mengambil ponsel dan menghubungi Adam yang sedang menyetir.
Pria yang sedang asyik bersenandung dan fokus pada jalanan itu akhirnya mengalihkan perhatian pada benda pipihnya. Adam tak bisa mengabaikan, jadi dia langsung menepikan kendaraannya agar tidak terjadi kecelakaan.
"Halo, kenapa, Nat? Saya lagi di jalan nih," ujar Adam dengan nada santai. Berbeda dengan seseorang yang di ujung sana, dari nafasnya saja sudah ketahuan bahwa dia sedang panik.
"Dok, di luar ada laki-laki sekitar lima orang. Dari tadi mereka mencetin bel, tapi nggak saya gubris, saya takut buat nemuin mereka," jawab sang perawat menjelaskan kondisi di rumah.
Deg!
Perasaan Adam pun ikut tak enak, dia tak merasa memiliki masalah dengan siapapun. Tapi kenapa orang-orang itu menyambangi rumahnya? Jika ingin berobat, sudah jelas ada jadwal yang tertera kapan dia buka klinik di rumah.
"Ya sudah kamu tunggu saya aja, saya sebentar lagi sampai," pungkas Adam dan perawat itu langsung mengiyakan.
Adam pun semakin menerka-nerka, apa yang sebenarnya mereka inginkan?
tuh anthea panik,dallie sdh gedor2 pintu.
sapa tau Kamu kenal...
klo trnyata gak kenal...
ya kenalan lah..
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Main" kok sama keluarga Tan....
Salah nyari lawan kamu...😏😏😏😏
Dallie pulang noh...bukain pintu...
Masa Athea yg bukain pintu,,runyam urusannya nanti....🙄🙄🙄🙄🙄
Refal Refall...kepercayaan itu seperti kertas, sekali di Rematt dia tak akan kembali sempurna lagi. Kamu di butakan sama Uang 100 jeti , sampai kamu menghianati sebuah kepercayaan yang selama ini keluarga Tan berikan padamu...kebaikan kamu balas dengan penghianatan...Sadissss