KLAUSUL CINTA SANG CEO
PROLOG
Alexander bersandar di ambang pintu, kemeja putihnya tidak lagi rapi, lengan bajunya tergulung, memperlihatkan otot lengannya yang tegas. Tatapannya menelusuri setiap inci tubuh Valeria, membuat napasnya tertahan.
"Kau menggoda, Valeria." Suaranya rendah, hampir seperti geraman yang menghantam langsung ke inti dirinya.
Valeria menelan ludah, lalu berbalik menatap pria itu. "Aku hanya... mencoba membiasakan diri."
Alexander melangkah mendekat, menelusuri rambutnya dengan jemari yang panas. "Masih takut?"
Valeria menggigit bibirnya, matanya menatap penuh waspada. "Aku tidak takut... hanya tidak ingin kau kasar."
Alexander menyeringai, tangan besar itu turun, menggenggam pinggangnya dengan kepemilikan. "Kau ingin aku lembut?"
Valeria mengangguk pelan, tetapi matanya menantang. "Aku tidak terbiasa dengan ini."
Senyuman pria itu memudar sedikit, digantikan dengan sesuatu yang lebih dalam. "Jadi, kau belum pernah...?"
Wajah Valeria menghangat. Dia tidak ingin menjawab, tetapi Alexander sudah membaca segalanya dari ekspresinya.
Dia mengangkat dagunya dengan dua jarinya, menelusuri kulitnya dengan sentuhan yang hampir menyiksa. "Kalau begitu, aku akan pastikan malam pertamamu tidak terlupakan."
Valeria hampir mundur, tetapi Alexander menahan pinggangnya, mendekatkannya ke tubuhnya yang keras. "Atau… kau bisa menghentikanku sekarang."
Tantangan dalam suara pria itu membuat Valeria kehilangan akal sehat. Dengan suara yang sedikit bergetar, dia berbisik, "Aku tidak ingin menghentikanmu, Alexander."
Alexander tersenyum miring, lalu menundukkan kepalanya, bibirnya menyapu leher Valeria dengan sentuhan yang lebih panas dari api. "Kau baru saja membuat keputusan yang sangat berbahaya, Mrs. Remington."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Valeria's POV
Tik tok tik tok..
Jam dinding berdetak bertalu talu seperti tahu isi kepalaku yang bimbang antara menyerahkan surat resign kepada si tua Thomas Lancaster pemilik Firma Hukum Lancaster & Associates, atau membuangnya ke tong sampah seperti yang sudah sudah.
Kubaca kembali setiap kata dan kalimat dalam surat resign itu. Tidak ada yang salah sedikitpun, semuanya pas dan sempurna. Tentu saja, karena yang salah adalah isi kepalaku yang bising menarikku ke dua arah berlawanan. Antara iya dan tidak.
Terbayang lagi diskusi dengan Jennifer di The Princess Cafe dua hari lalu. Masih terngiang di telingaku apa yang dikatakannya saat itu, ” Kau ini tolol Val. Firma Hukum Lancaster adalah yang terbesar saat ini di London. Kau bisa terkenal seperti sekarang itu semua karena jasa Si gila Thomas itu.”
Aku menghela nafas panjang untuk yang kesekian kalinya. Aku tahu mencari pekerjaan saat ini tidaklah mudah. Walaupun aku merasa diriku saat ini cukup punya nama dikalangan Firma Hukum London, karena keberhasilanku menangani Kasus Skandal Pengusaha Real Estate beberapa waktu lalu. Pengusaha itu berselingkuh dan menceraikan istrinya tanpa gono gini maupun uang tunjangan sepeserpun. Berkat keberuntungan dan juga kerja Tim, aku bisa membuktikan perselingkuhan dan tuduhan palsu si Pengusaha pada istrinya sehingga si istri akhirnya memenangkan gugatan dan memperoleh haknya berupa harta gono gini dan tunjangan hidup yang tidak sedikit. Paling tidak cukup baginya untuk hanya ongkang ongkang kaki seumur hidup, jika dia pandai mengelolanya.
Sejak saat itulah nama ku meroket dan bahkan aku mendapat julukan ‘Malaikat tanpa sayap’ yang membantu Wanita yang tertindas dalam perkawinan. Ahhhh, aku tidak butuh semua itu. Aku hanya ingin mandiri dan lepas dari bayang bayang si tua Thomas Lancaster yang kasar, intimidatif dan manipulatif.
Banyak sudah keuntungan yang aku berikan pada Firma ini berkat kesuksesan menangani kasus kasus besar yang menjadi buah bibir kuli tinta koran kuning London maupun tabloid ternama. Sial, tapi tetap saja tua bangka itu menganggap ku dengan sebelah mata, memperlakukanku seenaknya dan tidak sedikitpun menaikkan salary ku. Kerja keras bagai Kuli, belum lagi lingkungan yang toksik penuh iri dengki membuatku sampai pada keputusan ingin mengakhiri karir ku di sini.
Namun sekali lagi, perkataan Jennifer juga ada benarnya. Jika aku pergi dari perusahaan ini, kemana aku akan melabuhkan diriku? Mendirikan Firma sendiri tentu bukan pilihan yang bisa kutempuh. Selain aku belum cukup punya pengalaman mengelola Firma Hukum, juga karena aku tidak punya uang yang cukup untuk itu. Si Gila Thomas itu sengaja membayarku dengan murah, sehingga uang yang kumiliki hanya cukup untuk hidup sederhana sebagai warga negara kelas dua di London ini.
Tentu saja jika aku sudah bertanya pada beberapa kolega dan sahabat dekatku, dan rata rata mereka pasti menyarankan untuk berpikir seribu kali jika ingin keluar dan lepas dari Cengkeraman Lancaster. Pria tua tambun itu selain punya koneksi yang sangat luar biasa, dia juga seorang pendendam. JIka aku bekerja ikut Firma lain, bukan tidak mungkin dia akan menjelekkan namaku dan mengatakan bahwa dialah yang memecatku karena skandal tertentu sehingga aku bisa saja sulit mendapatkan job maupun kepercayaan dari perusahaan lain.
Adalah sebuah hal yang Mustahil bagi Pengacara Muda berbakat sepertiku keluar dari Firma hukum besar seperti ini hanya karena merasa tidak cocok dengan gaya kepemimpinan Lancaster. Diluar sana banyak sekali pengacara muda berbakat lainnya yang siap menjadi budak Lancaster bahkan menjadi gundiknya hanya untuk bisa mendapatkan Akses pada klien klien potensial dari kalangan pengusaha dan Aristokrat yang menjadi Link Lancaster selama ini.
Hampir saja aku mengurungkan niatku, ketika sesaat kemudian aku kembali teringat dengan sikap kasarnya yang melemparkan berkas perkara milik Suami Istri Deveroux yang bersengketa atas harta gono gini yang gagal ditangani salah seorang kolega kami di kantor ini dan dialihkan padaku.
Kata katanya sungguh menusuk hati karena diucapkan di depan klien. Masih kuingat dia berkata dengan arogan,” Urus perkara ini betina jalang, dan jangan sampai gagal seperti yang lainnya. Aku tidak menerima kata kata gagal, apa lagi dari jalang sepertimu yang mendapat julukan malaikat bagi Istri tertindas. Tunjukkan pada dunia bahwa kau bukan pecundang jalang tetapi malaikat tanpa sayap seperti yang sering disebut oleh The Times,”
Aku hanya bisa memunguti kertas yang jatuh di bawah kakinya dengan perasaan marah dan dongkol. Yup, cukup. Aku lebih baik kelaparan di luar sana karena menjadi pengacara gelandangan daripada harus menjadi budak tua bangka ini. Bergegas aku keluar dari ruang kerjaku membawa surat resign yang ingin segera kulempar ke muka tembem Kisut milik Lancaster.
Tepat saat aku berada di pintu Keluar, Mary Ann masuk dan berkata,” Oh dari mana saja kau Val? Mengapa sembunyi di ruangan gelap ini terus? Lancaster mencarimu. Tidakkah kau dengar suaranya yang menggelegar sejak tadi?”
“Tidak, aku tidak dengar. Mengapa dia mencariku? Ada apa?” jawabku singkat sambil setengah berlari mengikuti langkah kaki Mary Ann menuju ruang kerja Thomas Lancaster. Begitu sampai di sana Mary Ann segera mendorongku masuk dan menutup pintu ruang kerja Thomas dari luar.
“Ah ini dia. Kemana saja kau Sinclair? Aku sudah berteriak mencarimu sejak tadi.” ujarnya tanpa memandang ke arahku sedetik pun
Lalu dia melempar setumpuk berkas ke arahku sambil berkata,” Tangani kasus ini dengan baik. Dia seorang pengusaha baja Skala Internasional, tampan, muda dan kaya raya tentunya.”
“Aku tidak bisa mengurus perkara ini,” ujarku dengan nada sedikit bergetar menahan emosi.
Seketika tercipta keheningan panjang diantara kami. Aku sudah bersiap siap dengan ledakan amarah dari si gendut tua ini. Namun rupanya rasa herannya lebih besar dari amarahnya. Dia memutar kursinya dan menatapku dengan mata nya yang kecil dibalik kaca mata baca yang melorot.
“Apa kau bilang? Apa maksudmu tidak bisa? Kau ini bodoh atau bagaimana?”
“Tunjuk saja pengacara lain yang masih mau bekerja untukmu. Aku sudah tidak sudi lagi menjadi bawahanmu dan kau perlakukan seenaknya seperti babu,” ujarku sambil menyerahkan surat resign yang langsung dibacanya sepintas.
Tanpa kuduga dia malah merobek surat itu dan dengan santainya berkata,” Kau jangan bermimpi bisa begitu saja pergi dari kantor Firma hukum ku ini. Kau harus ingat bahwa kau akan dikenakan Penalti sebesar 10 kali salary terakhir yang kau terima dari berkas perkara suami istri Deveroux, yang kau tahu sendiri berapa nilainya itu, Valeria Sinclair ”
“Ap..apa maksudmu? Pinalti apa?” jawabku terbata
“Nona Sinclair, kau harus tahu bahwa setiap pengacara yang bekerja di Firma Hukum ini menandatangani perjanjian kontrak kerja selama 5 tahun. Dan kau termasuk yang baru saja menandatanganinya. Sebagai pengacara dengan reputasi gemilang, sangat ceroboh jika kau tidak membaca salah satu klausulnya yang mengharuskan membayar pinalti kerugian jika kau resign sebelum waktunya. Sudahlah jangan banyak bacot dan segera pergi menemui Tuan Alexander Remington yang saat ini sedang menunggu di Lobby Hotel The Savoy.”
Aku terpaku sesaat namun akhirnya menyerah dan dengan langkah gontai kutinggalkan ruang kerja Lancaster sambil membawa berkas perkara milik Remington.
*****
Dalam perjalanan menuju The Savoy, aku mengutuk diriku sendiri, mengapa aku tandatangani saja kontrak kerja itu dulu. Sial! Sekarang aku harus menjadi budak si tua bangka itu sampai kontrak itu selesai atau sampai dia mati mendadak. Huft. !
Pikiranku langsung kacau membayangkan hari hari panjang di kantor firma hukum sialan itu sembari mendengar teriakan parau Thomas saat memanggil kami.
“Nona, anda sudah tiba di pintu Lobby, silahkan turun,” ujar Johan supir perusahaan.
Tanpa banyak cakap, aku turun dan membanting pintu mobil itu dengan keras, seolah dia menjadi bagian dari kesialan yang harus aku hadapi. Bergegas aku masuk ke Lobby Hotel The Savoy dan bertanya pada receptionist tentang posisi Alexander Remington.
Seorang pegawai hotel segera mengajakku ke sebuah Hall yang sangat mewah. Batinku meronta, untuk makan dan menginap di Hotel ini, gajiku sebagai pengacara ternama di London ( budak Thomas Lancaster jangan lupa) tidak akan pernah cukup. Jika saja pikiranku lagi enak, aku tentu akan sangat senang menangani klien kaya raya seperti ini.
Aku masuk ke dalam Hall dan melihat dua orang pria menggunakan tuxedo yang sangat elegan tampak sibuk membicarakan sesuatu dan sepertinya mengabaikan kedatanganku.
“Hemm hem…Maaf, aku adalah pengacara Valeria Sinclair dari Firma Hukum Thomas Lancaster, eh..aku ingin bertemu dengan Tuan Alexander Remington.” ujarku canggung
“Oh kau rupanya Nona Sinclair yang terkenal itu. Silahkan duduk,” ujar seorang pria yang tinggi besar, dengan wajah yang sangat rupawan namun sedikit keras. Sementara pria satunya lagi segera pergi meninggalkan ruangan.
“Maaf jika saya membuat anda menunggu Tuan Remington.”
“Panggil saja aku Alex,” ujarnya sembari mencecap kopi hitam yang tampak sudah dingin. Pandangan pria ini sangat tajam seperti menelanjangiku. Mata birunya yang jernih seperti menganalisa diriku tanpa ampun seolah dia ragu aku mampu menangani kasusnya.
Aura pria ini sungguh mengintimidasi. Dia tidak membiarkanku merasa nyaman sedetik pun. Dia menatapku berulang kali seolah melakukan Scanning apakah aku layak untuk kasus yang sedang dihadapi perusahaannya atau tidak. Aku bisa merasakan betapa dia sangat dominan, dingin dan sepertinya tidak mudah untuk didekati.
Oh sialan mengapa tubuhku jadi bergetar hebat seperti halnya pengacara amatir yang baru pertama kali menangani kasus? Mengapa tatapan dingin pria ini membuat tubuhku menggelepar setiap kali dia memandangku? Aku tahu jelas ini bukan pertemuan yang mudah.
Dia pasti akan membuat segalanya menjadi sulit dan rumit. Aku bisa merasakan bahwa akan banyak keinginan atau perjanjian tak terduga yang dia ajukan untuk diurus dalam kasus tambang ini. Sesuatu yang tidak terduga dan rumit, sesuatu yang akan membuatku berpikir ribuan kali untuk menjawabnya. Oh Tuhan, semoga aku bisa melakukan yang terbaik kali ini, bisikku dalam hati.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
naura khalidya
mampir thor...
2025-03-09
1
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞IntanArmy💜°𝐒⃟: ✿࿐
mampir semangat
2025-02-25
2