Dua orang remaja yang bertemu di bangku SMA, pertemanan menyatukan keduanya kemudian naik level menjadi jatuh cinta.
Banyak rintangan yang harus di lewati untuk mencapai kata BERSAMA, hingga salah satu dari mereka dipaksa untuk pergi.
Apakah perjuangan cinta mereka akan berakhir indah layaknya senja dan langit biru? Mau menjadi saksi perjuangan cinta mereka?
Baca disini‼️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siwriterrajin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 12: Follback
Akia masih mematung melihat ponselnya. Cika segera menarik Akia yang tampak mematung.
"Duduk dulu Ki." Kata Cika menarik baju Akia.
"Iya ki, gue tau Lo seneng, udah syoknya cukup." Kata Cika.
"Nih follback dulu." Kata Cika menyerahkan ponsel Akia.
"Demi apa Cik?." Kata Akia sambil tersenyum lebar.
Cika yang melihat Akia tersenyum bahagia ikut bahagia, Karena Cika jarang melihat Cika sebegitu bahagianya. Akia adalah seorang gadis cantik yang selalu merasa tidak pantas bahagia Karena dia adalah anak yatim piatu.
Akia segera mengotak-atik ponselnya dan memfollow balik akun Denika.
Aditya yang sedang menscroll media sosialnya terkejut dengan notifikasi di ponselnya.
"Wihh gue di follback bro." Kata Denika sambil tersenyum.
Denial segera menghubungi Antony lewat telepon hendak pamer dengan pencapaiannya.
"Halo Ton." Kata Aditya.
"Kenapa si ka?, ganggu gue aja." Kata Antony sinis di telepon
"Lo cepet kesini ke rumah gue, gue butuh bantuan lo!." Kata Denika dengan nada paniknya.
"Kenapa si Ka? Ada apa?!." Kata Antony khawatir.
"Gue kirim alamatnya lo cepet kesini." Kata Denika mengakhiri panggilan.
"Hehe maaf ya ton." Kata Denika sambil terus tertawa dan menjatuhkan tubuhnya ke kasur sambil berguling ke kanan dan ke kiri.
...----------------...
Sedangkan Antony yang sedang santai di rumah tampak panik menerima panggil telepon dari Denika.
Antony segera bersiap dengan mengenakan Hoodie hitamnya dan segera turun ke lantai satu.
"Mah, Pah aku pergi dulu ya." Kata Antony pada orang tuanya yang sedang santai di depan televisi.
"Mau kemana ton?." Kata Ayah Antony.
"Pah ini ada temen minta tolong, eee pak supir masih ada kan?." Kata Antony panik sambil mengenakan sepatunya.
"Iya masih, kamu hati hati jangan kemaleman." Kata ayah Antony.
Antony segera berlari keluar dari rumah dan masuk ke mobil.
"Pak, bisa anterin sya ke ruang temen?." Kata Antony.
"Bisa den, ayo." Kata Pa sopir mulai menginjak gasnya.
"Ini pak alamatnya, cepat ya pak." Kata Antony menyerahkan ponsel yang bertulis alamat Denika, nafas Antony tampak naik turun.
Entah kenapa hari ini ayah Antony tampak melonggarkan Antony keluar malam, padahal biasanya dia tidak akan diperbolehkan keluar malam dengan alasan apapun.
...----------------...
Setelah beberapa menit Denika menunggu Antony akhirnya bunyi bel terdengar. Denial segera turun untuk membukakan pintu.
"Bi ada bel." Kata Sintia.
"Iya Bu sebentar." Jawab bibi dari dapur.
"Nggak usah Bi, Denika aja." Kata Denika turun dari kamarnya.
Arya dan Sintia menatap putranya turun, terbesit dalam hati Sintia bahwa dia merasa bersalah sudah membentak putranya satu-satunya.
Denika segera membuka pintu rumahnya yang tampak megah.
"Lo kenapa si Ka?." Kata Antony dengan nafas tersengal-sengal.
"Nggak kenapa-kenapa." Kata Denika dengan entengnya.
"Sialan lo." Kata Antony Dnegan wajah marahnya.
"Udah ayo masuk, udah disini juga." Kata Denika.
Begitu Antony masuk ke rumah Denial, Antony melihat rumah yang begitu mewah. Rumah Antony sendiri sudah sangat mewah tetapi rumah dari Denika ini lebih dari mewah.
"Wihh ni ruang bagus bett " Batin Antony sambil memutar kepalanya kesana kemari.
"Siapa ini?." Kata Sintia mendekat ke arah Antony.
"Perkenalkan saya Antony Tante." Kata Antony menjabat tangan Sintia.
"Dia putra dokter spesialis." Kata Denika pada Sintia.
Setelah mendengar perkataan Denika sikap Sintia yang tadi sudah ramah menjadi sangat ramah.
Antony tampak terkejut mendengar perkataan Denial, sejak kapan memperkenalkan teman dengan membawa pekerjaan orang tua?.
"Ayo naik Ton." Kata Denika.
"Kalau gitu, saya naik dulu ya Tan." Kata Antony.
"Iya, anggap saja rumah sendiri ya." Kata Sintia tersenyum ramah.
"Bibi."
"Iya nyah." Kata Bibi
"Tolong bawakan cemilan dan minuman ke kamar Denika ya, bawa yang banyak." Kata Sintia.
"Baik nyah." Kata Bibi.
...----------------...
Antony mengikuti Denika di depannya.
"Ayo ton masuk." Kata Denika membukakan pintu kamarnya.
Antony masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya di kasur.
"Kata gue lo gila anjir." Kata Antony dan di balas tawa oleh Denika.
"Kenapa? Kenapa lo manggil gue gila?!." Kata Antony emosi.
"Lo tau ton?!." Kata Denika dengan mata berbinar.
"Nggak gue nggak tau? Kenapa?." Kata Antony.
"Gue di follback sama Akia!." Kata Denial heboh.
"Hah? lo panggil gue malam-malam buat cuma pamer kalau lo di follback Akia?!." Kata Antony dengan wajah yang syok.
Denika tampak tak menjawab malah sibuk melihat ponselnya.
"Gila kata gue mah." Kata Antony.
tok,,tok,,tok
Terdengar ada yang mengetuk pintu dari luar.
"Ih siapa tuh Ka?." Kata Antony terkejut.
"Paling Bibi sebentar." Kata Denika.
"Makasih ya bi." Kata Denika sambil mengambil nampan berisi berbagai cemilan dan minuman.
"Wihh makanan nih." Kata Antony.
Antony yang melihat Denika hendak menaruh makanan di atas meja, kemudian merebut nampan itu dan malah duduk di lantai.
"Sini aja ka." Kata Antony sambil mulai memakan cemilan.
Denial heran melihat tingkah Antony yang tampak seperti orang tidak pernah makan.
Denial dan Antony duduk berdampingan, Antony tampak sedang sibuk memakan cemilan di depannya.
"Eh Ka, rumah lo besar banget, keluarga lo punya usaha apa?. Kata Antony menyelidik.
"Ada lah Ton." Kata Denika sambil menyeruput jus jeruk di depannya.
"Ada banyak maksud Lo?." kata Antony penasaran.
"Iyaa." Jawab Denika singkat.
"Wihh orang horang kaya." Kata Antony.
"Ehh kenapa tadi lo bilang gue anak dokter spesialis?." Kata Antony dengan wajah heran.
"Emang bener kan orang tua lo dokter spesialis?." Kata Denika dengan wajah datar.
"Iya si, tapi emang harus bilang gitu?." Tanya Antony dan dijawab anggukan oleh Denika.
Antony yang merasa situasi di sana mulai mencekam ketika Antony membahas orang tua Denika, Antony memutuskan untuk berhenti membahas orang tua Denika dan beralih membahas Akia.
"Wihh selamat, udah ada perkembangan ni sama Akia." Kata Antony dengan wajah mengejek.
Dan benar saja ketika Antony membahas Akia atmosfer ruangan yang tadinya mencekam berubah menjadi ceria bersamaan dengan senyum di wajah Denika.
"Iya." Kata Denial tersipu malu.
"Gas aja lah, tembak ka." Kata Antony.
"Gue nggak yakin dia suka sama gue ton." Kata Denika ragu.
"Ya nggak ada orang di dunia ini yang yakin kalau mau ngungkapin perasaan kali ka." Kata Antony.
"Emang iya? Lo udah pernah ungkapin perasaan sam seseorang?." Kata Denial penasaran.
"Ya belum si, tapi itu kan menurut teori." Kata Antony.
"Yaelahh." Kata Denika diiringi tawa.
"Ehh udah malem nih, gue pulang dulu ya bro." Kata Antony.
"Baru juga bentaran." Kata Denika.
"Yakali ni udah malem kocak, kalau ajak main itu sepulang sekolah." Kata Antony geram.
"Gue tadi kan tadi abis ke panti sama Akia." Kata Denika kembali pamer.
"Iya deh yang sama ayang terus." Kata Antony dan dibalas senyuman oleh Denika.
Antony dan Denika berjalan berdampingan untuk turun dan sesekali tersenyum karena candaan yang dilontarkan Antony.
Arya yang melihat putranya tersenyum tampak bahagia, dirinya bahkan jarang melihat putranya dapat tersenyum lebar sperti sekarang.
"Sudah mau pulang nak Antony?." Kata Arya menyapa Antony.
"Iya om." Kata Antony.
"Kalau begitu hati-hati di jalan ya, titip salam buat orang tua." Kata Arya.
"Baik om saya permisi." Kata Antony.
Denial mengantarkan Antony ke depan rumah.
"Makasih ya ton, udah mau dateng." Kata Denika.
"Oke sama-sama bro, gue duluan ya." Kata Antony dan dibalas acungan jempol oleh Denika.
Setelah mobil Antony tampak menjauh, Denial segera masuk ke dalam rumah.
"Lah kalau mau berteman itu, berteman sama yang kayak Antony, masa depannya terjamin." Kata Sintia.
Denial mengabaikan perkataan ibunya dan segera naik ke kamarnya.
Bersambung,,,,