Di tengah reruntuhan planet Zefia, Arez terbangun dari tidur panjangnya—sebuah dunia yang hancur akibat bencana besar yang dikenal sebagai Bang. Setiap seratus tahun, planet ini mengalami Reset, sebuah siklus mengerikan yang membawa kehancuran, memunculkan monster, dan membangkitkan kejahatan dari masa lalu. Dunia di mana perdamaian tak pernah bertahan lama, di mana peradaban selalu bangkit hanya untuk jatuh kembali.
Arez, seorang pahlawan yang terlupakan, bangkit tanpa ingatan tentang masa lalunya. Digerakkan oleh naluri untuk melindungi Zefia, ia harus bergabung dengan para Refor, pejuang pilihan yang memegang kekuatan elemen untuk menjaga keseimbangan dunia. Namun, Arez tidak menyadari bahwa ia adalah kunci dari siklus kehancuran yang terus berulang. Monster dan musuh dari masa lalu mengenali jati dirinya, tetapi Arez terjebak dalam kebingungan, tak memahami siapa dirinya sebenarnya.
Apakah di@ adalah penyelamat dunia, atau justru sumber kehancurannya? Apakah Arez akan berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daffa Rifky Virziano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan kegelapan
Di Sisi Lain Zefia
Di tengah malam yang sunyi, di bagian paling terpencil dari Zefia, jauh dari hiruk-pikuk pertempuran dan cahaya kehidupan, berdirilah sebuah Renruntuhan benteng hitam yang menjulang tinggi di atas sebuah lembah yang dikelilingi oleh hutan belantara dan para Monster. Berdiri sosok yang telah lama direncanakan, menggerakkan bidak-bidaknya dengan kesabaran yang tak terhingga.
Sosok itu berdiri di hadapan jendela besar yang menghadap ke hamparan hutan yang tak berujung, matanya yang dingin dan penuh perhitungan menatap tanpa berkedip ke kejauhan. Namanya adalah Zephyros, seorang penyihir yang telah lama tenggelam dalam jurang kegelapan, menciptakan kekuatan dan menentang para negara. Dengan rambut panjang menjuntai hingga punggungnya,Topeng tengkorak dan jubah hitam yang terbuat dari kain misterius yang seolah menyerap cahaya di sekitarnya, ia terlihat seperti bayangan yang nyata.
"Kekuatan yang selama ini tersembunyi… telah kembali," bisik Zephyros dengan suara serak, memecah kesunyian yang menyesakkan ruangan. Suara itu seolah menyatu dengan angin dingin yang berhembus melalui celah-celah jendela, menyebar ke seluruh benteng seperti gema dari dunia lain.
Di ruangan itu, bayangan lain muncul dari kegelapan, sosok kecil namun menakutkan. Morgana, seorang Bermata hijau bersinar dengan keingintahuan yang berbahaya, rambutnya yang hitam dan panjang jatuh dengan berantakan di bahunya.
"Apakah dia benar-benar telah terbangun?" tanya Morgana, suaranya penuh dengan racun namun ada sedikit kegembiraan tersembunyi di balik kata-katanya. "Jika dia telah bangkit, itu berarti waktunya sudah dekat."
Zephyros mengangguk perlahan, tidak berbalik untuk menatap Morgana. "Arez… kekuatan sejatinya masih terkunci, tertidur bersama dengan ingatan-ingatan dari masa lalunya."
Morgana tersenyum, sebuah senyuman yang penuh dengan niat jahat. "Maka kita harus mempercepat proses itu. Membuatnya mengingat semuanya… dan semua akan digenggaman kita."
Zephyros akhirnya berbalik, matanya yang kelam menatap tajam ke arah Morgana. "Kita tidak boleh gegabah. Arez bukan hanya ancaman, tetapi juga kunci. Kunci untuk membangkitkan kembali kekuatan yang lebih besar… yang bahkan para Titan sendiri tidak bisa kendalikan, Pihak mana yang akan dia pilih."
Morgana mengangguk mengerti, meskipun dalam hatinya dia dipenuhi dengan rasa haus akan kekuatan dan dominasi. Dia sudah tidak sabar untuk melihat Arez jatuh ke dalam rencana jahat merekan dan melihatnya hancur di bawah berat ingatan yang akan mengoyak jiwanya.
"Kita harus memastikan bahwa semua bagian dari rencana ini berjalan sempurna," Zephyros melanjutkan, suaranya sekarang lebih tenang, penuh dengan perhitungan. "Kirimkan agen kita ke seluruh penjuru Zefia. Mereka harus membuat kekacauan di mana-mana, cukup untuk mengalihkan perhatian Refor dan kumpulkan para Arché"
Morgana membungkuk hormat, meskipun matanya berkilat dengan niat busuk. "Akan kulakukan dengan senang hati. Dan ketika saatnya tiba… kita akan mengambil semuanya dari mereka."
Zephyros mengangguk, dan tanpa sepatah kata lagi, Morgana menghilang dalam bayangan, siap untuk melaksanakan perintahnya. Zephyros kembali memandang keluar jendela, ke arah bulan yang hampir tertutup oleh awan gelap.
"Semua bidak sudah mulai bergerak," gumamnya pelan. "Dan ketika waktunya tiba, Zefia akan jatuh… dan para Arché akan segera berkumpul."
Zephyros tersenyum tipis, sebuah senyuman yang dipenuhi dengan kebencian dan ambisi. Malam itu, langit di atas terlihat lebih gelap dari biasanya, seolah merespons kejahatan yang sedang berkembang di dalamnya. Kegelapan yang akan segera melahap Zefia, membawa kehancuran yang tidak terelakkan.
Beralih ke Laconia
Di wilayah timur kota Panggea, benteng Laconia menghadapi serangan dahsyat dari monster-monster yang muncul dari kegelapan. Benteng yang sebelumnya merupakan benteng pertahanan yang kokoh, kini dikelilingi oleh kekacauan. Para prajurit benteng Laconia dan pasukan Eirene, dipimpin oleh Cybele, berjuang keras untuk mempertahankan posisi mereka.
Cybele, dengan keahliannya dalam bertarung dan elemen angin, memimpin serangan dengan pedang yang memancarkan energi angin yang memotong seperti bilah tajam. Dia mengarahkan pasukan dan menggunakan teknik tempur yang mematikan untuk menghalau monster-monster tersebut.
Beret, kapten benteng Laconia, seorang Templar yang kuat dengan elemen Tanah , memimpin pertahanan dengan palu besar yang dia gunakan dengan kekuatan yang mengesankan. Dia mengenakan zirah berat yang memproteksi tubuhnya dari serangan monster, dan setiap pukulan palunya mampu menghancurkan musuh yang mendekat.
"Gale Cleaver": Cybele memanggil angin kuat yang membentuk bilah tajam, memotong musuh-musuhnya dengan kecepatan dan kekuatan yang mengesankan. Serangan ini juga mampu mempengaruhi area luas, mengusir monster-monster yang mendekat.
"Tempest Shield": Dengan konsentrasi tinggi, Cybele menciptakan perisai angin yang menangkis serangan musuh dan melindungi pasukan di sekitarnya dari serangan langsung
Pasukan Eirene berperang sengit melawan gelombang monster yang tampaknya tak ada habisnya. Cybele memanfaatkan "Gale Cleaver" untuk menebas musuh dengan angin yang tajam, memberikan ruang bagi pasukannya untuk bergerak dan mengorganisir pertahanan.
Sementara itu, Beret berdiri di garis depan, menggunakan "Earthshaker Slam" untuk mengguncang tanah di bawah para monster yang menyerang. Setiap pukulan palunya adalah pukulan kematian bagi musuh, dan "Divine Judgment" memperlihatkan kekuatan tempaannya yang menghancurkan kelompok musuh dengan satu serangan yang mematikan.
Pertarungan berlangsung sangat sengit, dengan monster-monster yang kuat mencoba menembus pertahanan benteng. Cybele dan Beret, bersama dengan pasukan lainnya, bertempur dengan tekad untuk mempertahankan benteng Laconia dari kehancuran total.
Dalam kekacauan pertempuran, setiap teknik dan jurus yang digunakan oleh Cybele dan Beret memberikan efek yang signifikan terhadap jalannya pertempuran, menunjukkan kekuatan dan ketangguhan mereka dalam menghadapi ancaman yang mengerikan.
Setelah pertempuran panjang yang melelahkan, pasukan Eirene akhirnya berhasil memukul mundur serangan monster-monster yang datang dengan kekuatan besar. Para monster, yang tak mampu lagi menghadapi ketangguhan dan strategi pertahanan yang luar biasa, melarikan diri ke kegelapan malam, meninggalkan benteng dalam kondisi rusak namun penuh dengan kemenangan pahit. Kesedihan mendalam menyelimuti para prajurit yang kehilangan teman dan saudara mereka dalam pertempuran.
Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Seorang sosok misterius muncul dari kegelapan malam, melayang di langit dengan aura menakutkan. Sosok ini memegang pedang yang bersinar dengan elemen api dan air, menciptakan kabut tebal yang menyelimuti benteng. Kabut ini, berwarna merah pekat menyebar dengan cepat, menutupi seluruh pandangan dan membuat suasana semakin kacau.
Cybele terkejut melihat ada orang yang memiliki kekuatan Ganda dia berteriak keara sosok misterius itu "Siapa kau!? Apa yang kau inginkan", Cybele yang merasakan ancaman segera, tidak tinggal diam. Dia mengeluarkan elemen angin dari tubuhnya, menciptakan angin kencang yang berusaha menghilangkan kabut. Namun, kabut itu terlalu tebal dan kuat, dan suara pertempuran kembali muncul di sekelilingnya, diiringi oleh teriakan dan suara pertempuran yang menandakan bahwa banyak prajurit Eirene yang terjebak menuju kematian.
Saat keadaan semakin Ricuh suara suara teriakan itu menghilang satu persatu dengan perasaan campur aduk Cybele mengeluarkan kekuatan angin yang dahsyat berpusat dikakinya dengan niat menghilangkan kabut itu "Big Storm" Teriaknya.
Ketika kabut akhirnya mulai menipis, Cybele melihat pemandangan yang sangat mengejutkan. Beret, kapten benteng Laconia yang telah berjuang dengan gagah berani, ditemukan terbunuh di hadapanya oleh pria misterius itu. Tubuhnya tergeletak di tanah, dan darahnya mencemari tanah di sekelilingnya.
Kemarahan dan kesedihan meluap di dalam hati Cybele. Dia menyerang sosok misterius itu dengan segala kekuatan yang dimilikinya, menggunakan "Slashy Cleaver" untuk menebas kabut dan menghujam ke depan. Namun, sosok misterius itu bergerak dengan kecepatan dan keahlian yang mengesankan, dengan mudah menghindari serangan Cybele Menangkap Cybele dengan cekikan yang kuat.
“Apa yang kau lakukan?!” Cybele berteriak, sesaat dia kabut menghilang dia melihat sekelilingnya para prajuritnya Tewas membuat kemarahan membesar dihati Cybele "Siapa kau sebenarnya!?".
Namun sosok misterius itu hanya menatap tajam , Mata coklatnya menyala di kegelapan malam, Dengan gerakan penuh kekuatan dia menekan tanda Refor di punggung Cybele, membuatnya pingsan dalam sekejap. Sebelum Cybele kehilangan kesadaran, Pria itu membisikkan dengan suara dingin, "Kau akan ikut ke tempat para Archié."
Pria misterius itu kemudian mengangkat tubuh Cybele yang tidak sadarkan diri dan melayang pergi ke arah langit yang gelap. Sosok tersebut sudah menghilang ke kegelapan malam, membawa Cybele menuju nasib yang tidak diketahui.
Benteng Laconia jatuh dalam keheningan penuh kecemasan. Pengorbanan para pahlawan dan kehilangan Cybele membuat suasana semakin suram. Tak ada satupun yamg selamat dan benteng lenyap dengan kekalahan telak.
Kehilangan Cybele, kematian Beret, Prajurit eirene yang berjuang tewas, hingga Benteng yang Runtuh.merupakan pukulan berat bagi seluruh Trevia, dan mereka harus menghadapi kenyataan
Keesokannya Laporan terkait kekalahan telak ini tersebar di seluruh Trevia dan hilangnya Cybele menjadi topik hangat dan membuat kegaduhan serta kecemasan karena sang Pemimpin terkuat Eirene telah kalah dan hilang, Arez yang sedang berada di camp pelatihan mendengar berita ini sangat terkejut, Bagai badai di cerahnya hari perjalanan takdir tetap berjalan. Apa yang menunggu Arez di sana
Untuk tulisan bagus dan rapi melebih standar tulisan author2 di sini kebnyakan. Pendeskripsian juga sudah bagus namun aku saran lebih menerapkan showing ke konten yg ada di cerita.
Untuk Alur termasuk lambat, World Building ada untuk pengenalan cukup, ada beberapa narasi yg janggal namun untuk tidak terlalu mengganggu keseluruhan bacanya.
Saranku, lebih eksplor setting Post Apocalyptic-nya dlu baik sebelum bertemu Elara ataupun ketika baru bertemu dengannya.
Feelnya menurutku bukan seperti novel Post Apocalyptic kebnyakan dan malah seperti Novel isekai pada umumnya.
Skrng jadi emas /Facepalm/