NovelToon NovelToon
Ketika Salju Turun

Ketika Salju Turun

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / One Night Stand / Anak Genius / Anak Kembar
Popularitas:29.7k
Nilai: 5
Nama Author: hermawati

Lahir, dan besar, di negara yang terkenal karena budaya tolong menolong terhadap sesama, tanpa sengaja Reina menolong seseorang yang sedang terluka, tepat ketika salju tengah turun, saat dirinya berkunjung ke negara asal ayah kandungnya.

Perbuatan baik, yang nantinya mungkin akan Reina sesali, atau mungkin justru disyukuri.


Karyaku yang kesekian kalinya, Jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akting

Jangan lupa tinggalkan jejak.

Subscribe juga dong, selain like, nggak apa-apa kan minta.

Happy reading.

Reina menjalani harinya seperti biasa, pagi-pagi sekali masuk kerja, sebelum rekannya berdatangan, dia sarapan terlebih dahulu, karena bayinya harus mendapatkan nutrisi yang cukup. Meskipun dia tau, jika mungkin saja, setelah ini, akan kembali dia muntahkan.

Setelah merenungi semalam, Reina memutuskan menerima takdirnya, dia juga sempat menceritakan semua hal yang menimpanya pada Reino, kakak tirinya.

"Kakak sudah menduga, ini akan terjadi, maka dari itu, tetaplah di sana, bersembunyi lah, jangan sampai mereka tau, jika kamu mengandung, karena bukan hanya membahayakan kamu, tapi juga kami yang ada di sini, lalu soal uang, kamu tidak usah khawatir, Kakak akan bertanggung jawab atas semua kebutuhan kamu, jadi pertahankan bayi itu, Kakak usahakan, akan datang menjelang kamu melahirkan."

Mendapatkan dukungan penuh dari kakak laki-lakinya, Reina merasa tak lagi sendiri, dia lega, dan berjanji pada dirinya sendiri, akan menjaga janin itu dengan baik.

Walau dia tau, jalan didepannya mungkin akan terjal, dan sulit dilalui, tapi dukungan dari kakaknya, akan jadi penyemangatnya.

Dia juga sudah menyiapkan jawaban, jika ada orang bertanya tentang siapa ayah dari janin, yang dikandungnya, tentu atas ide Reino.

Lalu jikalau lingkungannya, tak menerima keadaannya, maka Reino memintanya untuk datang kembali, dan siap menampungnya.

Reina tau, sadar jika hamil di luar nikah, memang tidak dibenarkan, tapi kalau boleh jujur, dia sama sekali tak menginginkannya, karena saat kejadian itu, dia dipaksa.

Ryu bahkan menggaulinya secara brutal. Meskipun tak dipungkiri, jika lelaki itu sempat membuatnya terpesona, tapi tetap saja, Reina tidak mencintainya.

Reina berharap sampai akhir hidupnya, dia tidak akan lagi bertemu, dengan lelaki, yang membuatnya tertimpa masalah berat, dan merusak masa depannya.

Reina memasuki kantor, rekan satu ruangannya sudah berdatangan, ada juga satu staf keuangan, dan manager, berkumpul di sana.

Berondongan pertanyaan menghunjamnya, Reina bisa melihat wajah-wajah khawatir, dari mereka.

"Aku nggak apa-apa kok, cuman kecapekan aja," Reina menjawab singkat pertanyaan mereka semua.

"Tapi kamu masih pucat gitu loh, Rei," kata Lita, sang manager, "Harusnya nggak usah masuk dulu, nggak apa-apa kok, ada surat dokter ini,"

"Nggak apa-apa kok mbak Lita, kalau di kosan aku malah bosan,"

"Serius Lo nggak apa-apa?" tanya Nidia, rekan yang paling dekat dengannya.

Reina menggeleng, "Oh ya, aku beliin gorengan nih," dia menyodorkan plastik bening, berisi aneka makanan yang digoreng.

"Kebetulan, gue belum sarapan," cetus Dwi, wanita beranak satu itu, mencomot salah satunya.

"Gue udah sarapan, tapi abis desak-desakan di kereta, jadi laper lagi," Lidia tak mau kalah.

Yang lain juga turut serta, Reina tersenyum puas, melihat wajah ceria rekan-rekannya. Ternyata benar apa kata kakaknya, dia harus membelikan sesuatu, berharap jika mereka tau aibnya, maka dirinya tak terlalu di hujat.

***

Selang seminggu, selama itu pula, setiap katering menyajikan menu ikan, dan daging, maka Reina akan bereaksi sama, dia langsung bergegas ke toilet untuk mengeluarkan isi perutnya.

Dokter memang meresepkan obat untuk meringankan mual, tapi itu hanya meringankan di pagi hari, sehingga Reina bisa menyantap sarapannya sampai akhir, tanpa memuntahkannya. Tapi itu tidak berlaku, jika dirinya mencium aroma dua lauk itu.

Baru saja Reina keluar dari toilet, salah satu rekannya bertanya, "Rei, Lo hamil ya?"

Reina mematung, begitu mendapatkan pertanyaan itu, dia mulai merasakan gugup, padahal sudah jauh hari, dia menyiapkan jawaban, yang akan dia berikan jika ada yang bertanya.

Nidia menghampirinya, wajahnya terlihat khawatir, "Lo beneran hamil, Rei?" tanyanya.

Tepat saat itu, ponsel yang dia letakan di atas meja kerjanya, berdering. Nur yang mejanya, bersebelahan dengannya memberitahukannya.

Reina bergegas melangkah menuju mejanya, dan melihat layar ponselnya, tertera tulisan kanji. Reina tersenyum, lalu mengangkatnya.

Panggilan Video memperlihatkan seorang lelaki, yang tengah berada disebuah ruangan, terlihat seperti ruang kerja.

"Halo," Reina menyapa dengan bahasa asal Papa kandungnya.

"Halo Sayang, sedang apa kamu?"

Reina bisa melihat senyum lelaki itu, benar-benar mirip dengan mendiang Papanya. "Aku lagi di kantor, kamu udah makan siang belum?"

"Udah, kamu lupa, bahwa di tempatku lebih awal dua jam?"

"Ah, Maaf aku lupa."

"Bagaimana kehamilan kamu, apa hari ini mereka rewel?"

"Yah, sedikit, tapi tak masalah, aku masih bisa mengatasinya,"

"Maaf ya, di saat kamu hamil, aku tidak ada di samping kamu, kamu tau bukan kesibukan ku? Tapi aku usaha sebelum kamu melahirkan, aku akan ada bersama kamu,"

Mata tersenyum kecut, rasanya miris sekali. "Sayang, jangan sedih, maafkan aku,"

Reina menggeleng, "Tak apa, aku baik-baik saja, teman-teman baik padaku,"

"Oh ya," Terlihat di layar, Reino begitu antusias, "Bolehkan aku berkenalan dengan mereka?"

Reina mengangguk, lalu memperlihatkan layar ponselnya, ke arah rekan-rekannya, yang sedari tadi, dia tau sedang menguping pembicaraannya, walaupun Reina tau, mereka mungkin tak paham dengan apa yang dikatakan Reino, "Tolong gunakan bahasa Inggris, mungkin mereka sedikit paham, apa yang kamu ucapkan." pintanya.

Rekan-rekannya terlihat fokus menatap layar ponselnya, "Hello, I'm Reino, Reina's husband, sorry I have to work, so I can't accompany her through her pregnancy, so can you help me, look after her?"

"Of course, we will take care of it, so don't worry," Dwi yang menyahut, karena sepertinya, hanya wanita itu yang paham.

Reina kembali mengarahkan layar ponsel pada dirinya sendiri, "Jadi jangan terlalu mengkhawatirkan aku, sekarang aku kerja dulu ya!" panggilan diakhiri.

Mereka mengerubungi Reina, bertanya ini itu, tentang statusnya, yang diam-diam telah menikah, dan sekarang tengah hamil.

"Nikahnya baru secara agama sih, kan kalau mau ngurus ribet, kan beda kewarganegaraan," jawaban ampuh yang dilontarkan Reina.

"Terus kenapa Lo balik ke sini?" tanya Andri, lelaki yang tadi bertanya, ketika dirinya baru saja keluar dari toilet.

"Niatnya cuman mau jenguk nyokap, ternyata nyokap malah mau pindah ke rumah Mbah, terus rumah yang di sini dijual, nggak sengaja ketemu temen SMA, nawarin kerjaan, ya udah diambil aja, lagian kalau di Jepang, gue jadi pengangguran, bete banget kan," Andai ada piala penghargaan akting terbaik, mungkin Reina bisa masuk nominasi, karena saat ini berhasil meyakinkan teman-temannya.

"Jadi waktu Lo nikah, nyokap nggak Dateng gitu?" sela Nur.

"Karena nggak setuju, maunya gue dapat lokal mbak, tapi bokap malah dukung sepenuhnya," astaga Reina berani melibatkan mendiang Papanya, dalam hati dia meminta maaf. "Kan yang penting wali setuju, nikah deh," Kenyataannya Reina berbeda keyakinan dengan Papanya.

"Terus Lo nggak ada niatan balik ke sana gitu?" tanya Lidia.

"Entar aja kali ya, gue aja, mabok parah, kan perjalannya jauh banget," kilah Reina.

"Ya udah lah, Lo di sini aja, ada kita-kita juga, jangan segan minta bantuan," kata Dwi bijak.

"Maaf ya, gue nggak jujur, cuman karena gue malu, status di KTP belum ganti, nggak nyangka juga, bakal dikasih amanah secepat ini," sahut Reina tak enak.

"Nggak apa-apa Rei, mending kamu cepat, aku udah lebih dari lima tahun belum dikasih momongan," seru Nur, terlihat raut kesedihan di wajah wanita asal Jawa Timur itu.

"Mudah-mudahan nular ya, mbak," Ucapan Reina diamini oleh rekan-rekannya.

Dan kini Reina lega, setidaknya kekhawatirannya akan ditolak, tak terjadi, dalam hati dia berterima kasih pada kakaknya.

1
ayudya
😂... nah ryu cari noh ustadz..., biar paham.
ayudya
😂😂😂 kasihan si reina.. gak di izin kan plng.
ayudya
aduh Thor kira² dapat jatah gak si ryu tu
Mareeta: mode maksa, kayak pertama kali, mereka gituan
total 1 replies
LISA
Wah Reina g di ijinkan utk pulg jg
Nadila Nisa
kak herma paling suka ngegantung dan bikin penasaran.. lanjut kak 🥰
Ripah Ajha
hais nanggung kali thor
Mareeta: entar malah nggak lolos sama editor
total 1 replies
ayii
ceritanya menarik....
Mareeta: terima kasih sudah mampir
total 1 replies
FeVey
tuu kan firasatku bener. jangan2 hamil.
waktu itu kan masa subur reina? /Whimper/
Anton Batubara
bagus ceritanya /Good//Good//Good/
Anton Batubara
bagus ceritanya /Good//Good//Good/
LISA
Reina sabar y..pelan² lehermu masih belum sembuh lukanya
ayudya
up nya lama ya Thor, semangat wae lah.
Mareeta: bentar lagi di kerjain, semoga nggak sampai malam udah up
total 1 replies
Ripah Ajha
semangat ya kak, keren karyamu🥰
Nadila Nisa
hadir kak.. karya yg selalu ditunggu2
semangat 💪🏻👍🏻🥰🥰
beybi T.Halim
ceritanya bagus...,cuma up nya gak tentu .,semoga setelah ini Rheina bs mengerti dan memahami klo Ryu benar2 mau bertanggung jawab 👍
ayudya
ayo lah rei sekali² dengar lah kata papa nya anak² kamu biar gak di ganggu lagi.
ayudya
kk nya ryu ada urusan apa sama Reina, mass sama adik sendiri selalu ikut campur.
ayudya
REI keras kepala sekali jangan gitu lah.
ayudya
mengalah demi anak gak apa² toh ryu orang bertanggung jawab.
ayudya
ryu tu serius orang cuma Reina takut aja mengingat bagaimana kk nya ryu.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!