NovelToon NovelToon
SKUAT INDIGO 3

SKUAT INDIGO 3

Status: tamat
Genre:Horor / Action / Fantasi / Tamat / Epik Petualangan / Perperangan / Keluarga
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: David Purnama

Akbar mendapatkan sebuah undangan dari Kerajaan Laut Selatan. Kali ini ia akan berpetualang dalam sebuah misi yang membawanya menjelajahi dalam luasnya lautan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12 PASIFIK

Memang ia aman di Samudra Hindia atau Laut Selatan. Tapi seperti apa yang dipesankan oleh Sang Ratu dirinya setelah keluar dari wilayah Kerajaan Laut Selatan adalah seorang biasa yang keberadaannya bisa dimangsa kapan saja. Untuk itulah Akbar dituntut sangat berhati-hati dalam misi penyamarannya demi mencapai tempat tujuan. Kalung liontin jangkar emas dari Nyi Rongrong sudah tidak ada nilai simbolisnya lagi di samudra yang baru.

Hawa yang berbeda atau aura yang tidak lagi sama seperti sebelumnya. Itulah yang dirasakan Akbar ketika ia telah memasuki perairan lautan Samudra Pasifik. Tidak hanya itu ia juga disuguhkan dengan bentuk lingkungan dan bangunan dengan nilai artistik yang jauh berbeda. Jika di Kerajaan Laut Selatan bergaya klasik kuno maka Kerajaan Samudra Pasifik berpenampilan modern eropa. Demikian juga dengan ras jin laut dan siluman airnya yang tidaklah sama. Makhluk-makhluk penghuni pasifik cenderung memilki bentuk tubuh yang lebih besar dan berwarna. Begitu juga dengan habitat dan binatang-binatang laut yang hanya ada dan tumbuh di perairan terluas itu.

Samudra Pasifik adalah kawasan lautan yang harus ia lalui sebelum sampai di tempat yang menjadi tujuan misinya. Akbar sama sekali tidak ada keperluan atau pun kepentingan terkait misinya di perairan itu. Ia hanya cukup lewat saja tanpa membuat penghuni di sana curiga apalagi sampai terkena masalah. Jangan pernah.

Akbar meluncur dengan kecepatan sedang sembari melihat-lihat pemadangan indah seisi lautan biru itu. Ia sengaja tidak lagi mengenakan kalung liontin jangkar emasnya untuk menghindari masalah yang bisa saja datang darinya karena memang kegunaan kalung itu hanya bisa ia fungsikan di Kerajaan Laut Selatan saja. Jika ada petinggi dari kerajaan lain yang mengetahuinya sama saja dengan mengungkap statusnya yang bisa turut membongkar dan membahayakan misinya.

“Berhenti”,

Gerombolan Pasukan Putri Duyung bersenjata tombak trisula menghadang laju Akbar. Terlihat jelas dari atribut yang dikenakan mereka adalah Prajurit Kerajaan Samudra Pasifik. Akbar sempat heran dengan kedatangan mereka padahal ia sudah memilih melewati jalan yang sepi serta menghindar dari keramaian.

“Apa yang dilakukan manusia sepertimu di lautan kami?”,

Tanya salah seorang prajurit yang sepertinya adalah pemimpin regu pasukan itu.

“Aku hanya lewat saja. Aku sama sekali tidak ada urusan apapun di sini”, ungkap Akbar.

“Aku akan segera pergi. Lihatlah. Selamat tinggal jin-jin cantik”, ungkap Akbar yang hendak langsung kembali berenang meluncur kabur dengan kecepatan tinggi.

Tombak-tombak bermata tajam itu menghunus ke arah tubuh Akbar mematikan pergerakannya. Depan, belakang, samping kanan dan sebelah kiri. Pasukan penjaga wilayah kerajaan mengepung manusia tidak berdosa itu.

“Ikut kami”, kata mereka.

Tidak ingin memanjangkan masalah dengan tertangkap yang beresiko menunda waktu dan mengungkap jati dirinya hingga menggagalkan penyamaran dalam misinya ini, Akbar pun memilih untuk kabur dari pada harus melawan atau rela menyerahkan diri menjadi tawanan.

Akbar mengambil langkah turun ke bawah meloloskan diri dari kepungan Prajurit Putri Duyung untuk membuka jalan keluar. Ia langsung lari meninggalkan mereka dengan hanya memiliki waktu sepersekian detik saja sebagai jeda efek kejutnya. Akbar menantang para prajurit itu untuk adu kecepatan. Tujuannya jelas yaitu untuk keluar dari lautan pasifik hingga mereka tidak ada lagi kewenangan untuk mengejar dan menangkapnya.

Tapi pada kenyataannya apa yang direncanakan Akbar tidak berjalan dengan mulus begitu saja. Dalam pelariannya itu tiba-tiba dari segala arah yang berlawanan dengannya muncul pasukan-pasukan lainnya yang juga turut mengejarnya.

Akbar kini masih bisa melaju dengan cepat melebihi kecepatan prajurit-prajurit kerajaan itu namun sayangnya ia tidak memiliki arah yang jelas karena lintasan-lintasan pelariannya sudah tutup terkepung. Ia seperti bebas dalam laju cepatnya tapi ia juga menyadari bahwa dirinya sedang diarahkan untuk menuju ke suatu tempat. Akbar pun wajib waspada dengan situasi ini jangan sampai ia tertangkap.

Akbar sudah cukup jauh meninggalkan lawan-lawannya di permainan kejar-kejaran ini. Kini ia tengah berada ki kawasan laut yang memiliki terumbu karang yang begitu eksotis dengan berbagai macam tumbuhan yang berwarna-warni cantik dan alami yang ia terus pandangi sampai melengahkan fokusnya.

Akbar tertangkap basah. Salah satu terumbu karang cantik berwarna kuning itu adalah Siluman Kodok Laut yang baru saja menangkap manusia nakal itu dengan lilitan yang kuat dari lidah berlendir yang langsung melumpuhkannya. Sayangnya Kodok Laut itu adalah penjaga perbatasan Kerajaan Samudra Pasifik yang artinya mahkluk-makhluk itu jugalah prajurit kerajaan.

Tubuhnya yang sudah terlilit kuat membuatnya tidak bisa berkutik. Cairan lengket yang membaluri lidah panjang Kodok Laut itu menyelimutinya membius lemas korbannya. Akbar pun tertangkap dan diserahkan kepada Pasukan Putri Duyung untuk dibawa ke kerajaan untuk diadili sebagai manusia yang menyusup tanpa izin memasuki perairan mereka.

Akbar terbangun dengan kondisi yang masih sedikit lemas. Dampak dari ajian lendir Kodok Laut itu masih tersisa sedikit di tubuhnya. Meski begitu ia tetap saja tidak bisa pergi kemana-mana. Karena kini ia berada di dalam penjara Kerajaan Samudra Pasifik.

Belum juga nyawanya sempurna terkumpul satu-satunya tahanan manusia di penjara itu hendak langsung ingin kabur. Tapi begitu Akbar mendekat ke pintu jeruji-jeruji besi yang menahannya itu ia langsung mengurungkan niatnya. Penjara itu tidak hanya berhasil mengurungnya tapi sepertinya secara tidak langsung juga telah membunuhnya. Jeruji-jeruji besi penjara itu dipenuhi dengan sengatan aliran listrik yang sangat besar. Menyentuhnya saja pasti akan mematikan.

“Tak kukira kau tidak bertindak ceroboh”, suara itu berasal dari sel penjara sebelah.

“Lihatlah sekelilingmu”, lanjut suara itu.

Akbar pun beruntung tidak langsung memegang jeruji besi berlistrik tegangan tinggi itu. Di sekitarnya tergeletak tubuh-tubuh yang sudah hangus tak bernyawa akibat mencoba memaksa keluar dari penjara dengan jeruji-jeruji yang masih menyala.

“Lalu bagaimana caranya agar kita bisa keluar hidup-hidup?”, tanya Akbar menanggapi suara asing itu.

Dari sudut gelap ruang penjara sel tetangga munculah sosok di balik suara berat itu. Ia adalah siluman King Crab atau Kepiting Raksasa yang besarnya seukuran dengan manusia yang kini sedang diajaknya bicara.

“Bagaimana mungkin kau manusia bisa sampai di sini?”, kata kepiting berwarna hijau kusam itu balik bertanya.

“Di tempatku kau hanyalah makanan bagi kami”, ujarnya meledek Akbar.

“Aku hanya nelayan yang tersesat”, jawab Akbar menanggapi jin yang tidak ramah itu.

“Seandainya saja aku bisa membawamu keluar dari sini. Aku akan mengajakmu ke daratan. Dengan ukuranmu yang sebesar itu aku pasti bisa untung banyak. Kami para manusia suka sekali dengan rasamu ketika sudah kami rebus hidup-hidup”, balas Akbar puas.

“Jaga bicaramu”, King Crab marah tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena jeruji-jeruji besi yang membatasi pergerakan mereka.

“Aku pasti sudah mencabikmu jika kita satu ruangan”, lanjutnya marah.

“Aku hanya lewat saja di lautan ini. Tapi penjaga-penjaga itu tanpa alasan yang kuat malah menangkapku”, ujar Akbar meredakan suasana.

“Kalau di sini bukan tempatmu memangnya kau berasal dari mana?”, tanya Akbar.

“Aku berasal dari Atlantik”, ucap King Crab.

“Sama sepertimu aku juga hanya lewat saja di perairan ini”, ucapnya.

“Sama sepertimu aku juga ditangkap tanpa alasan yang jelas”, tambahnya.

“Tapi itu wajar karena dunia lautan sedang dalam gejolak akan terjadinya perang besar. Itulah alasanku kenapa aku pergi dari Atlantik. Di negeri kerajaanku berasal mereka sedang menyiapkan pasukan besar-besaran utuk melancarkan serangan dimulainya peperangan. Semua penghuni Samudra Atlantik diwajibkan untuk ikut bertarung dalam perang. Itulah yang aku tidak suka”, ungkap King Crab.

“Oh sungguh?”, kata Akbar pura-pura tidak tahu dan merasa iba.

Akbar senang dengan kemunculan tetangga sel penjaranya kali ini. King Crab banyak bicara dan suka bercerita yang secara tidak langsung memberikan informasi mengenai perkembangan di dunia lautan saat ini.

“Aku pergi dari sana bersama keluargaku. Namun kepergian kami yang sudah kami rencanakan dan kami lakukan secara sembunyi-sembunyi diketahui olah petugas kerajaan. Kami pun dikejar dan ditangkap dipaksa untuk ikut berperang atau dimasukkan ke dalam penjara atau juga dibunuh. Hanya aku yang berhasil lolos dari kejaran mereka”, ungkapnya.

“Maafkan aku”, ucap Akbar mendengar cerita sedih tahanan lainnya itu.

“Jika kau masih ingin keluar dari penjara ini buat saja penawaran dengan Belut Penjaga yang mengaliri penjara ini dengan listriknya. Jika ia tertarik dengan apa yang kau tawarkan dia akan bersedia melepaskanmu”, ungkap King Crab yang kembali menghilangkan sosoknya di sudut gelap ruang tahanan.

“Bagaimana denganmu?”, tanya Akbar.

“Aku tidak berminat keluar. Tidak lama lagi perang akan pecah”, alasan King Crab.

Akbar harus segera keluar dari penjara itu. Pernyataan dari King Crab menandakan waktu peperangan yang semakin dekat. Ia harus segera keluar dari penjara untuk meneruskan misinya. Tidak ada jalan lain ia akan melakukan apa yang disebutkan yaitu berunding dengan sang sipir Belut Listrik.

“Aku mau melakukan penawaran”, ucap Akbar lantang.

“Jika tawaranmu ditolak kau akan langsung dibunuh dengan setruman listriknya”, ucap King Crab belakangan.

“Apa?! Kenapa kau baru memberitahukannya sekarang?”, ungkap Akbar terjebak situasi.

Jika sampai tawarannya ditolak oleh Belut Listrik maka kepastiannya Akbar akan mati gosong disengat setruman listrik bertegangan luar biasa tinggi. Ia sadar bahwa saran dari King Crab meski benar faktanya ternyata hanyalah sebuah hiburan saja bagi kepiting raksasa itu untuk menyaksikan tahanan yang lain mati satu per satu.

Elektrisitas di sel Akbar meningkat. Aliran listrik di jeruji-jeruji besi itu makin menggeliat. Itu adalah tanda dari jawaban sang penjaga penjara yang sedang berjalan datang menuju ke tempatnya untuk mendengarkan tawaran yang hendak disampaikan oleh tahanan yang menghuni selnya. Mampuslah Akbar. Apa yang hendak ia tawarkan untuk bisa membuatnya bebas tak bersyarat dari ancaman setruman kematian?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!