NovelToon NovelToon
Love After Marriage

Love After Marriage

Status: tamat
Genre:Tamat / nikahmuda / Cinta setelah menikah / Diam-Diam Cinta
Popularitas:10.3k
Nilai: 5
Nama Author: Caroline Gie White

Indira dan Devian sama-sama dihadapkan pada kondisi traumatik yang sama. Sama-sama harus menelan pil pahit perselingkuhan. Indira memergoki pacarnya, Gilang berselingkuh dengan teman sekampusnya dan Devian dengan tragisnya melihat Mamanya berselingkuh dengan mata kepalanya sendiri, dirumahnya. Perasaan itu yang akhirnya bisa lebih menguatkan mereka untuk saling bantu melewati kenangan buruk yang pernah mereka alami.

Dan, takdir lebih punya rencana untuk lebih menyatukan mereka dalam sebuah pernikahan yang tidak mereka inginkan. Menikah di usia muda dan tanpa berlandaskan rasa cinta. Namun, Indira tidak pernah menyangka bahwa rasa nyaman yang ditawarkan oleh Devian pada akhirnya bisa membuat Indira tidak mau melepaskan Devian.

Akankan hubungan mereka baik-baik saja? Ataukah banyak konflik yang akan mereka hadapi dan semua itu berhubungan dengan rasa trauma mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caroline Gie White, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

USAHA GILANG MENDEKATI INDIRA

Beberapa bulan kemudian.

"Gak, Ayah gak ijinkan kamu ikut kegiatan itu."

"Tapi, Yah, itu wajib untuk mahasiswa baru. Kalau aku gak dapat almamater gimana?"

"Gak mungkin, Ndi, itu hanya akal-akalan mereka saja biar acara mereka banyak pesertanya. Dan Ayah gak lupa ya, kalau Gilang ketua BEM di kampus kamu, jadi pasti dia terlibat."

Indira terdiam.

"Ian pasti jagain aku."

Ayah menghela nafas. "Ayah cuma gak mau kamu kenapa-napa lagi, Ndi."

"Aku bakal baik-baik saja, Yah. Ada Viana, ada Farel yang juga bisa jaga aku."

"Sudahlah, Yah. Ijinkan Indi ikut acara inagurasi itu." Sahut Nadia sambil meletakan secangkir teh di hadapan Haris lalu duduk di sampingnya. "Toh benar kata Indi, ada Ian, Viana dan Farel yang akan jaga dia."

Haris terdiam menatap Indira dengan wajah penuh harap. Lalu dia menghela nafas.

"Ayah ijinkan kamu berangkat, dengan syarat, Ayah gak mau kamu dekat-dekat sama Gilang. Dan Ayah akan terus pantau kamu lewat Ian."

"Siap Bos. Makasih ya Yah, Bu." Indira mencium pipi Haris dan juga Nadia lalu pergi ke kamarnya.

"Gak usah khawatir. Ada Ian."

Keesokan harinya, Indira dan seluruh angkatannya terlihat berkumpul di lapangan kampus dengan tas ransel masing-masing. Terlihat beberapa bis ukuran besar terparkir rapih di parkiran kampus. Belasan senior dengan almamater warna biru, almamater kebanggaan kampus mereka, terlihat mengatur barisan. Indira pun melihat Gilang dan juga Lusi ada di antara mereka.

"Lo yakin mau ikut, Ndi?" Tanya Devian yang berbaris di sampingnya. "Gue takut lo sakit lagi dan gue yang repot."

"Emang itu sih tujuan utama gue, buat lo repot terus."

"Rese lo. Tapi gue serius nih. Mending kita healing saja yuk berempat ke tempat lain."

"Ngaco lo. Yang ada kita gak dapat almamater sampai tahun depan."

"Gak bakalan, kita pasti dapat biarpun gak ikut acara."

Beberapa saat kemudian, Viana dan Farel baris di belakang mereka.

"Sebenarnya gue malas ikut acara beginian." Ujar Farel sambil menggaruk kepalanya. "Kita cabut kemana kek, Yan."

"Ini juga gue lagi mengajak si Indi, cuma dia gak mau. Menurut lo gimana, Vi?"

"Gue sih ikut mana saja sebenarnya. Cuma gue sudah janji sama Om Haris buat jagain dia." Sahut Viana ke arah Indira yang tersenyum sambil merangkulnya.

Devian akhirnya menghela nafas karena merasa juga punya janji kepada Haris untuk menjaga Indira.

"Pokoknya kita ikut acara ini dulu ya, setelah itu kita mau kemana, urusan nanti."

Devian dan Farel hanya bisa pasrah.

***

"Ndi.."

Indira menoleh dan melihat Gilang sudah berada di sampingnya.

"Boleh ikut duduk?"

Indira terlihat berpikir sejenak lalu mengangguk dan menggeser posisi duduknya. Gilang pun duduk di sampingnya di atas sebuah pohon besar yang tumbang sambil melihat ke arah api unggun. Tampak para angkatannya dan juga senior berbaur menjadi satu sambil mengelilingi api unggun yang apinya menjulang tinggi yang membuat sekeliling hutan tempat mereka mendirikan tenda menjadi terang benderang.

"Kamu.. apa kabar?"

"Baik, Kak."

Mereka terdiam sejenak. Gilang merasa kalau Indira tidak ingin terlibat obrolan dengannya. Dia menjadi semakin merasa serba salah.

"Maaf untuk apapun yang pernah aku lakukan sama kamu."

"Aku maafin kok, Kak."

"Apa kita gak bisa kaya dulu lagi, Ndi? Aku.. aku masih sayang banget sama kamu."

Indira tersenyum sinis. "Kalau kamu dulu masih sayang sama Kak Lusi, gak seharusnya kamu menjadikan aku pelarian kamu, Kak. Yang pada akhirnya, kamu ternyata belum bisa pisahkan sama dia, dan malah lebih menyakiti aku dengan kata sayang kamu itu."

Gilang terdiam.

"Jadi kayanya susah untuk aku percaya lagi sama kamu." Indira berdiri namun Gilang menangkap pergelangan tangannya yang membuat Indira menatapnya.

"Karena Devian?"

"Ian gak pernah memaksa untuk berhubungan lebih dari sahabat, dan itu yang buat aku merasa nyaman sama dia." Indira melepaskan pegangan Gilang lalu beranjak menuju tendanya.

Gilang hanya bisa terdiam menatapnya tanpa tahu kalau Devian dan juga Lusi menatap mereka dari tempat masing-masing.

"Lo gak pa-pa, Neng?" Tanya Viana ketika Indira duduk di sampingnya di pintu tenda dan berhadapan dengan api unggun. Farel pun ikut menghampiri dan duduk di atas alas matras yang sengaja di gelar di sebelah luar tenda. Tidak berapa lama Devian ikut bergabung.

"Dia ngomong apa sama lo?" Tanya Farel yang juga melihat kejadian antara Indira dan Gilang tadi. "Jangan bilang dia ngajakin balikan?"

"Emang kalau cowok tuh begitu ya? Sudah sukses nyakitin terus tanpa rasa bersalah minta balikan."

"Kalau urusan nyakitin cewek, bukan gue banget." Sahut Farel yang langsung didorong oleh Viana. Farel pun tertawa.

"Kalau melihat dari mimik mukanya, dia menyesal banget sudah nyakitin lo." Ujar Devian sambil melihat ke arah Gilang yang belum beranjak dari tempatnya namun kali ini Lusi sudah menemani di sampingnya.

"Paling gimik doang biar hati Indi luluh."

"Luka hati gue masih belum kering benar, jadi sepertinya gue belum bisa menerima dia lagi biarpun cuma sebagai teman biarpun gue gak bisa bohongin hati gue kalau gue.. masih sayang dia."

"Biar waktu yang bantu lo, Ndi."

Indira hanya bisa tersenyum waktu Viana merangkulnya dan merekapun mulai asyik menikmati malam puncak acara inagurasi kampus mereka.

To be continued....

1
Zaza Eiyna
gilang vs Marsha
Yvonne Dumais
Episode nya tolong diterbitkan semua sekaligus donk...jangan satu2 setiap hari. terima kasih
Yvonne Dumais
episode nya tolong diterbitkan sekaligus semuanya donk....jgn satu persatu...terima kasih
Càröliné Gie White
Terimakasih bwt yang sudah baca story aku sampai sini... 🙏🥰
Putu Sriasih
Luar biasa
Càröliné Gie White
Jadi makin semangat buat up terus..
Càröliné Gie White
Iya kak, makasih buat supportnya ya 🙏
mustaqim jm
Masih baca sampe sini thor. semangat upnya
Pena Hitam
di ikalnin terus kak..
semangat yaa semoga booming
Galuh Jennaira
Mereka yang berantem, gw yang baper /Sob/
Galuh Jennaira
Ayo devian, buat indira jatuh cinta sama kamu
Galuh Jennaira
Bibit hadirnya pelakor
Galuh Jennaira
Devian cowok gentle bgt
mustaqim jm
Semangat upnya thor.
Pena Hitam
Bagus ko kak, penempatan kalimat maupun tanda baca juga tepat.
Cuma tambahan aja kak untuk dialognya di kurangi jd biar balance dengan penjelasan latar dll. Biar pembaca tidak bosan 🙏
Pena Hitam: sama-sama ka 🙏
Càröliné Gie White: Terimakasih kak masukannya..
total 2 replies
Càröliné Gie White
Selalu berusaha lebih baik dalam menulis.. Saran kalian amat sangatlah berarti.. Terimakasih sudah mampir utk membaca story aku..
Galuh Jennaira
Penggunaan gaya bahasa yang sederhana jd bisa dengan mudah diikuti.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!