CERITA KITA

"Ada siapa jam segini, apa orang ini tidak tau jam bertamu!" kesal Lian, wanita itu berjalan kearah pintu, sesekali menghentak kan kakinya kelantai, dia langsung membuka begitu saja, toh ini apartemen elit, jadi tidak mungkin ada tamu sembarangan, tentu saja ada ijin dari pengaman dibawah, namun tidak lama kedua bola matanya melotot, setelah tahu siapa yang datang, bahkan Lian cepat-cepat ingin menutup kembali pintu itu, Namun wanita itu kalau cepat dengan Zay.

"Minggir!" Zay mendorong tubuh Lian hingga terhuyung kebelakang, dan pria itu segera masuk, tidak lupa topi beserta masker yang pria itu kenakan untuk menyamarkan wajahnya dari cctv.

"Hey Zay! Ada apa kau kemari!" Lian segera menyusul Zay masuk, setelah menutup pintu depan, enak saja main masuk begitu saja, begitulah pikir Lian.

"Sepertinya kamu mengabaikan peringatanku kala itu!" Suara berat dan tatapan tajam pria itu layangkan pada Lian, Lian yang tidak merasa takut pun justru berdiri dihadapan Zay dengan bersedekap tangan.

"Aku bukan mengabaikan, hanya saja aku juga tidak bisa membantah mamah!" dengus Lian, wanita itu duduk tidak jauh dari keberadaan Zay, dia juga menatap Zay dengan tajam, meski dalam dirinya ada sedikit rasa takut.

"Omong kosong! Bilang saja kalau kamu itu sudah memiliki kekasih, agar orang tuamu membatalkan perjodohan ini, lagian saya sudah punya calon istri!"

"Lah kalau begitu, kenapa tidak kamu bawa saja calonmu itu, dan kenalkan ke kedua orang tuamu, itu malah lebih mudah, dari pada kamu cari cara untuk membatalkan pernikahan ini, yang jelas semua itu bisa kamu lakukan sendiri"

"Kalau Jeny sudah siap, sudah pasti saya akan membawa dia ke rumah, masalahnya dia belum siap menikah dengan saya, dan saya juga belum siap menikah!"

"Dan aku lebih tidak siap jika harus menjadi gelandang dijalan!" Lian meninggalkan Zay, wanita itu mengambil air dingin di kulkas dan memberikan pada Zay, "Minum itu, agar kamu bisa punya otak untuk berfikir!" Lian menaruh kasar sebotol minum diatas meja dan wanita itu Kembali duduk.

"Apa maksudnya menjadi gelandangan, apa kamu menerima perjodohan ini karena perusahaan kamu bangkrut dan ingin menikah denganku, agar ada suntikan dana begitu!" Zay menatap Lian dan menunggu jawaban wanita itu, auranya sudah gelap, dan Lian paham itu.

"Colok nih mata, lagian kamu sekaya apa sampai harus menunggu suntikan dana darimu, aku akan di hapus dari daftar waris kalau menolak perjodohan ini, apa sampai sini kamu paham Zay?"

"Ck saya tidak ada urusan dengan kamu jadi gelandangan dijalan atau tidak, yang saya inginkan hanya pernikahan ini dibatalkan, atau kamu akan tau akibatnya jika masih ingin menerima perjodohan ini!"

Lian hanya mengangkat bahunya acuh, dia juga tidak peduli dengan ancaman Zay, yang dia tau hanya mengerjai pria didepannya ini, Lian menggeser duduknya dan mendekati Zay, wanita itu meraih tangan Zay, "Zay, aku Disini hanya ingin meminta maaf padamu atas kejadian masa lalu, semua itu terjadi saat kita masih remaja, jadi berikan maafmu itu padaku, setidaknya aku akan sedikit lebih tenang Zay" pinta Lian dengan nada yang dibuat selembut mungkin, agar pria ini tidak terpancing emosi, begitulah pikir Lian.

"Omong kosong! Saya tidak akan pernah memaafkan mu, sampai kapanpun!" Zay menghempaskan tangan Lian dan menggeser duduknya untuk menjauh dari wanita itu.