Elena
"Pria itu unik. Suka menyalahkan tapi menerima saat disalahkan."
Elena menemukan sosok pria pingsan dan membawanya pulang ke rumah. Salahkah dia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emma Shu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Kelabu
Tapi selama itu, Salva tidak pernah mengeluh. Meski lapar, meski dingin, meski gelap sekalipun, ia tetap tertawa. Lebih terkesan tak perduli dengan keadaan yang menyedihkan. Tak mau membebani kakaknya dengan keluh-kesah. Tak mau membuat semakin sulit situasi. Ia selalu tersenyum menghadapi situasi buruk. Sesekali ia menyampaikan pertanyaan, kenapa malam itu gelap? Salva tidak suka gelap. Soalnya gelap sering kali mengantarkan mereka pada rasa dingin, pada rasa takut. Siapa yang sangka bocah cilik sepertinya memiliki tingkat kesabaran yang jauh lebih besar dibanding manusia dewasa?
Gubuk yang hanya berukuran dua kali tiga meter itu sebagian terbuat dari papan lapuk yang sudah berlubang-lubang, sisi lainnya yang tidak tertutup papan ditutup dengan kardus, beratap daun rumbia, beralaskan tanah. Sudut ruangan disumbat dengan tungku yang menyisakan abu dan sedikit arang di dalamnya. Seringkali asap berbau busuk dari tungku berputar-putar di ruangan kecil itu ketika Elena memasak. Dan Salva akan terbatuk-batuk, kemudian terbangun dari tidur akibat asap menyakitkan yang tersedot ke rongga pernafasannya. Membuat pusing kepala.
Elena tidak bisa memasak di luar karena apinya akan mati bila terguyur hujan. Kayu bakar sisa memasak yang hanya tinggal berukuran pendek tersusun di sisi tungku. Piring, sendok dan gelas tersusun di meja kecil yang telah lusuh. Di sebelah meja itu, tertumpuk pakaian yang dilipat rapi di dalam kardus. Disebelahnya lagi terdapat kardus berisi buku-buku pelajaran. Sehelai handuk menggantung di dinding.
Ruangan lebih seperti gudang. Hanya tangan mungil Elena yang rajin berberes dan bersih-bersih yang membuat ruangan buruk itu tampak sedikit elok dipandang mata.
Tetes-tetes air yang terus berjatuhan membasahi hampir seluruh ruangan. Sudah lama atap rumbia bocor, tapi siapa yang bisa memperbaiki? Elena takut naik ke atas atap. Bukan takut pada ketinggian, tapi takut gubuk reot itu justru akan roboh karena tak kuat menahan beban tubuhnya. Bahkan dua jengkal dari sudut ruangan, bocornya cukup besar. Air hujan menembus daun rumbia dengan derasnya. Sebuah ember kecil menampung di bawahnya. Setelah isinya agak penuh, maka Salva membuangnya keluar dan meletakkan ember ke tempat semula. Beberapa rantang dan piring terlihat berserak menampung tetes-tetes air dari lubang atap yang bocor, agar air tak membuat tanah menjadi becek.
Musim penghujan selalu membuat keluarga yatim piatu itu kesulitan tidur. Gubuk tidak mampu menjadi pelindung dari sejuknya angin yang menyelusup masuk melalui setiap celah lubang. Bisa semalaman Elena tidak tidur karena tidak kebagian tempat aman untuk merebahkan tubuh. Dia mengalah demi adik-adiknya, agar kedua adiknya bisa tidur nyenyak tanpa gangguan tetesan air dari atap yang bocor. Miris, ditengah kehidupan mewah bak surga dunia, masih ada keluarga kecil yang hidup dalam kemiskinan.
Salva menarik lampu teplok agar mendekat ke arahnya. Angin yang menghembus ke dalam membuat api di dalam kaca teplok atasnya pecah itu bergerak-gerak tidak tenang. Salva takut apinya padam dan membuat ruangan menjadi gelap. Dia terus menggenggam korek api agar bisa langsung menyalakan lampu bila apinya padam.
Pintu disorong dari luar. Elena menyembul masuk dan meletakkan tubuh pucat Dava ke atas papan dua keping. Salva menghambur menjemput kedatangan kakak dan adiknya dengan girang. Namun detik berikutnya senyumnya lenyap seketika begitu melihat Dava lemas lunglai.
“Kenapa Dava, Kak? Dia tidur?” kecemasan menyemburat di wajah Salva menatap kelopak mata Dava terpejam.
Elena terdiam menatap kulit wajah Dava yang pucat, seperti tak berdarah. Kemudian kepalanya tertunduk. Air matanya berguguran. Punggungnya bergetar. Isak tangisnya pecah.
***
To be continued
Author Note : jangan lupa baca karyaku berjudul PCARKU DOSEN, kalian bakalan ketawa ngakak, baper, dan menemukan banyak pengalaman di sana. Itu cerita yang paling kuandalkan dan menguras energy banget.
So, jangan sampe ketinggalan baca. Aku rekomendasiin banget cerita yang itu loh.
Love,
Emma Shu
kan revan hampir dirampok crita'a