I am a Virgin
Elena mendekati bibir sungai. Tangannya menjulur menyentuh air yang beriak lalu mengusapkannya ke wajah. Debu yang menempel terseret telapak tangannya. Sel-sel tubuhnya yang lelah kembali bangun. Segar. Topi bundar terbuat dari pandan menutup atas kepalanya. Sebuah karung berisi rongsokan menggantung di punggung, kedua ujung pangkal karung diikat tali rafia sehingga bisa disangkutkan di bahu kiri dan kanan.
Elena mengulang pandangan ke hulu sungai ketika melihat seseorang tergeletak. Tersangkut di batu besar tepi sungai dalam posisi tertelungkup. Mayatkah? Pikir Elena sambil berlari mendekati. Kemudian kakinya memasuki air sungai yang kedalamannya hanya selutut.
Ia jongkok, meraih tangan pria itu dan memeriksa denyut nadinya. Masih berdenyut. Ia melongok ke kiri kanan. Mencari orang. Ingin meminta bantuan untuk menolong lelaki itu. Tapi tak satu pun manusia melintas di sana. Sunyi. Kembali diamatinya wajah lelaki yang hanya terlihat separuh itu. Wajah yang tak dikenal. Kemeja biru muda dan celana hitam yang dikenakan warnanya sudah agak kabur, akibat terendam air dan berbaur dengan tanah. Hanya ikat pinggang terbuat dari kulit saja yang tetap mengkilat. Sementara sepatunya hanya tinggal sebelah kiri. Separuh badannya berada di atas batu. Separuh bawahnya terendam di air. Tubuhnya gagah dan tinggi. Bagaimana cara Elena memindahkan tubuh gagah itu ke daratan?
Elena meraih tangan lelaki itu dan merangkulkannya ke pundak. Pelan-pelan berdiri. Berat. Terseok-seok menarik tubuh lelaki itu dengan mengerahkan seluruh tenaga.
Bruk... Tubuh lelaki itu terjatuh saat pegangan Elena terlepas. Untung saja sudah sampai di daratan. Separuh tubuh lelaki itu berhasil diseret sampai ke daratan. Bagian kakinya masih terendam di air. Elena mendorong kaki lelaki itu, mengguling-gulingkan tubuhnya hingga berjarak satu meter dari garis bibir sungai.
Elena jongkok, lalu menyentuh telapak tangan lelaki itu yang pucat dan dingin. Elena mendongak. Matahari cukup terik. Setidaknya mampu memberi kehangatan pada tubuh lelaki itu. Terbukti kulit lelaki itu berangsur hangat tersentuh sinar mentari. Beberapa kali Elena menyentuh pipi dan leher lelaki itu. Sudah lumayan hangat. Ia kembali meraih tangan lelaki itu dan mengusap-ngusapnya agar cepat hangat.
Tak ada tanda-tanda akan sadar, lelaki itu masih terpejam. Bagaimana cara menyadarkannya? Elena menekan-nekan dada lelaki itu. Tidak keluar air. Sekilas ingatannya melayang pada film-film yang pernah ia tonton, bagaimana harus menyelamatkan seseorang yang tenggelam dan sudah menelan banyak air? Haruskah ia melakukan hal yang sama?
Elena menjepit hidung lelaki itu, lalu tangan satunya menyentuh dagu lelaki itu dan menariknya ke bawah hingga mulut lelaki itu terbuka. Pelan wajah Elena mendekati wajah lelaki itu. Mulut mereka bersentuhan.
Begitu Elena menarik wajahnya, air dari mulut lelaki itu menyembur keluar. Tak lama kemudian kelopak mata lelaki berkulit putih itu bergerak-gerak. Pelan matanya terbuka. Beberapa kali ia mengerjap-ngerjapkan mata. Kemudian mengerutkan dahi. Kelopak matanya menyipit. Silau pada teriknya mentari. Tangan kanannya terangkat, melindungi mata dari cahaya, berusaha melihat siapa yang sedang duduk di hadapannya.
“Hah? Siapa lo?” kejutnya melihat penampilan Elena. Topi bundar yang aneh. Pakaian lusuh yang sudah tujuh rupa dan sobek-sobek. Wajah sedikit belepotan. “Ngapain pegang-pegang gue?” Lelaki itu menarik tangannya yang masih berada di genggaman Elena sebelum Elena sempat menjawab.
“Terserah lo,” sinis Elena, sebal diperlakukan begitu. Sudah menolong, malah dimarahi. Ia bangkit berdiri. “Kalo tadi lo nggak sadar-sadar juga, gue nggak tau gimana caranya ngebawa badan berat lo ke rumah sakit. Nyeret badan lo dari tepi sungai aja beratnya minta ampun.”
Lelaki itu tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Elena. Pelan dia bangun dan duduk. Meringis sambil memijit-mijit bahu. Terlihat kesakitan. Kemudian menyentuh pelipis. Pusing sekali kepalanya. Pandangannya berkeliling. Mengamati sekitar. Rumput hijau terhampar luas menyejukkan mata. Sungai panjang airnya beriak. Terakhir, pandangannya tertuju pada jalan setapak memanjang hingga ke ujung. Jalan yang sering dilalui Elena menuju rumah. Tempat itu terasa amat asing di matanya.
Tbc
Love,
Emma Shu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Penti Santika
ini novel ke 3,sblum nya saya bca suami sensasional dan salah nikah..
2022-07-14
0
Ney Maniez
mampir lg😁
2022-07-12
0
Putri Siburian
op
2022-03-03
0