NovelToon NovelToon
Pembalasan Sang Naga: Rise Of The Unbroken

Pembalasan Sang Naga: Rise Of The Unbroken

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Iblis / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Raja Tentara/Dewa Perang / Barat
Popularitas:17.4k
Nilai: 5
Nama Author: K-U-Gibran

Judul Alternatif: "Serpent's Vengeance: Rise of the Unbroken".
Selamat datang di dunia fantasi yang mempesona, di mana makhluk-makhluk mitologi hidup berdampingan, dan dendam menjadi pengobar semangat dari petualangan epic yang tak terlupakan. Novel ini akan membawa Anda ke dalam kisah yang menggabungkan latar belakang kelam, aksi mendebarkan, dan perjalanan penuh tantangan.
Di tengah dunia yang penuh misteri, terdapat seorang pemuda bernama Faelan. Dia adalah seorang yatim piatu yang diasuh oleh seorang ayah angkat yang baik hati. Namun, kehidupannya hancur ketika orang-orang yang selalu mem-bully-nya memberikannya sebuah tragedi traumatis.
Kini, Faelan adalah pewaris kekuatan naga yang legendaris dan menjadi pemimpin "The Unbroken," sebuah kelompok makhluk mitologi yang bersatu dalam hasrat untuk membalaskan dendam naga kuno, the ancient dragon yang telah jatuh.
Sambutlah pertarungan epik yang tak terlupakan ini, di mana kegelapan dan cahaya serta dendam dan penerimaan menjadi satu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon K-U-Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Negeri Para Naga Bagian 2

“Fae, aku memasakkanmu sayur lobak kesukaanmu. Cepatlah bersihkan badanmu, lalu kita makan bersama” ucap Reg sambil berdiri di depan pintu yang sama tempat Faelan ditemukan ketika masih bayi dulu.

Faelan menurunkan kayu bakar dari punggungnya dan berjalan menuju kamar mandi.

Faelan dan Reg kini sedang duduk di depan meja makan dari kayu reot yang sudah sangat dikenalnya.

Faelan memakan sayur lobak dengan begitu lahap.

Reg menatapinya sambil tersenyum penuh kasih sayang. “Habiskan, Nak. Aku memasak banyak untukmu. Hari ini adalah hari yang spesial”

Faelan melahap begitu banyak sayur lobak. Roti kering yang berada di nampan kayu di sebelahnya, memang bukan roti terbaik, rotinya sedikit keras dan terlalu kering, sehingga menghasilkan bunyi yang nyaring ketika digigit. Tapi itu adalah hidangan terbaik di tengah keluarga sederhana yang hangat itu.

“Kau suka, Fae?” Tanya Reg sambil memangku dagunya dan tersenyum, menatap Faelan seakan itu adalah kepulangan anaknya setelah sekian lama meninggalkan rumah.

Faelan mengangguk dengan antusias, “Ayah kenapa tidak makan?”

“Nanti saja” ujar Reg sambil masih tersenyum menatapi Faelan.

Faelan lalu menjejalkan semakin banyak, dan semakin lahap. Ia terlihat seperti anak kecil kelaparan yang dihidangkan makanan favoritnya.

Sayur lobak itu kini sudah habis. Hanya menyisakan beberapa keping roti kering di atas nampan.

“Kau masih punya sisa ruang di perutmu, kan? Jangan sampai kau melewatkan hidangan utamanya” ucap Reg sambil tersenyum.

Reg tua lalu bangkit dan berjalan menuju dapur. Beberapa saat kemudian ia kembali dengan nampan berisi tiga mangkuk berukuran jumbo, yang mengeluarkan asap dan aroma yang begitu menggoda.

“Pastikan perutmu bisa menampung semuanya. Ini adalah hidangan spesial atas kepulanganmu” Reg meletakkan ketiga mangkuk itu di depan Faelan.

Ketiga mangkuk itu berwarna coklat, hijau, dan putih bersih.

“Apa ini, Ayah?” tanya Reg sambil menunjuk mangkuk berwarna coklat.

“Ini adalah daging kerbau muda yang masih segar”

“Kerbau? Dari mana kita mendapatkannya?”

“Bukankah ini hasil buruanmu, Fae. Ayo makanlah. Kau harus menjadi yang pertama menyantapnya. Begitulah aturan adatnya”

Faelan begitu bersemangat saat Reg menyodorkan mangkuk coklat itu.

Faelan mengangkat sendok besar dari kayu di tangannya. Sesaat sebelum ia memasukkan sup kerbau itu ke mulutnya, tiba-tiba saja ia merasa ada yang aneh. “Ayah, sebelumnya aku mau bertanya. Apa isi kedua mangkuk yang lainnya?”

Reg terlihat bingung, “bukankah sudah jelas. Yang berwarna hijau ini adalah sup Goblin, dan yang putih ini adalah sup Elf”

DEGG!!!

Faelan tiba-tiba merasa mual. Pikirannya bergejolak. Sekitarnya terasa berputar.

Faelan kini menatap ke arah ketiga mangkuk itu. Dari mangkuk coklat di depannya, ia bisa melihat wajah anak kerbau yang sedang menangis. Lalu dari kedua mangkuk lainnya, dari air kuahnya, ia bisa melihat dua sosok, wajah seorang perempuan dan Goblin seperti sedang berteriak ke arahnya, entah mengapa Faelan seperti mengenal mereka.

Pikiran Faelan semakin bergejolak hebat. Dua kesadaran seperti saling berbenturan di dalam kepalanya. Faelan kini menatap Reg.

“Ayo, Nak. Makanlah! Ayah sudah lapar. Ayah tidak bisa makan kalau belum memakannya” ucap Reg yang kini tengah berdiri, memeluknya dari belakang.

Faelan mendongak. Ayah angkatnya itu terlihat aneh. Tatapannya benar-benar kejam, mulutnya menyeringai seperti merencanakan sesuatu yang jahat.

“Ayah, apa kau selalu terlihat seperti ini?” Tanya Faelan sambil berusaha menenangkan gejolak di dalam kepalanya.

“Apa maksudmu, Nak? Makanlah segera! Kau akan merasa lebih baik setelah makan”

“Tidak, Yah. Aku merasa sudah cukup makan. Aku tidak bisa makan lebih banyak lagi”

“Kau harus makan, Fae!” Kini Reg terlihat begitu marah.

Faelan menggeleng.

“Makan, kataku! Dasar anak pungut! Makanlah!” Rig kini benar-benar marah. Ia seperti dipenuhi aura hitam yang pekat.

Tiba-tiba Faelan sadar sesuatu. Bahwa Ayahnya, Reg telah lama meninggal.

Faelan juga sadar bahwa ketiga sosok yang ia lihat dari mangkuk itu adalah si anak kerbau, Elysia, dan Rakko.

Lalu sebuah ledakan energi yang begitu besar menghancurkan dimensi tempat Faelan berada. Kepingan dimensi itu seperti sebuah serpihan kaca yang berhamburan dan mengambang di udara yang terlihat putih bersih, dan bersebelahan dengan dimensi putih itu, ada dimensi hitam yang amat pekat.

Dimensi hitam yang gelap itu seperti dipenuhi gejolak dan kobaran api hitam yang berusaha melahap dimensi putih.

Di dalam api hitam itu, ada proyeksi yang memperlihatkan Reg tua sedang terbakar hebat. Dadanya di penuhi luka dengan darah yang memenuhi sekujur wajah dan tubuhnya. Reg tua berteriak “Faelan, anakku. Tolong aku!”, Reg tua meronta-ronta, “Anakku, selamatkan aku!”.

Faelan bergidik ngeri, pikirannya ingin menyelamatkan Reg. Tapi jauh di lubuk hatinya paling dalam, ia tahu bahwa itu bukan Reg. Itu adalah sesuatu eksistensi yang benar-benar berbeda.

Lalu sebuah suara yang terdengar begitu berat dan serak mulai berbicara, “FAELAN!! AKU BISA DENGAN MUDAH MENGHIDUPKAN KEMBALI AYAHMU, REG. AKU JUGA BISA MENGHANCURKAN FREDERICK DAN ANAK TENGILNYA ITU. AKU BISA MEMBERIKANMU SEGALANYA DI DIMENSI INI. KAU HANYA TINGGAL MEMINTANYA”

“Kau pasti yang telah memperdayaku untuk memakan temanku sendiri. Siapa kau?” ucap Faelan sambil bergetar.

“KAU BERTANYA AKU SIAPA? SUNGGUH SEBUAH KEANEHAN. BAGAIMANA MUNGKIN KAU MEMPERTANYAKAN DIRIMU SENDIRI. AKU ADALAH KAU, DAN KAU ADALAH AKU, FAELAN. SEJAK AWAL KITA ADALAH SEBUAH KESATUAN. KAU TIDAK PERLU REPOT-REPOT BELAJAR SIHIR CAHAYA YANG MENJIJIKKAN ITU. KAU CUKUP MENYERAHKAN JIWAMU, MAKA AKU AKAN MELAKUKAN SEMUA YANG KAU MINTA”  dimensi hitam itu, dengan kobarannya kini berusaha mengejar Faelan yang berada pada dimensi putih.

“Tidak!” Faelan menepis kobaran hitam itu dan berteriak, “AKU ADALAH FAELAN ZEPHYR! PUTRA DARI MENDIANG REGULUS ZEPHYR! AKU ADALAH ANAK YANG DITAKDIRKAN AKAN MENGALAHKAN KEGELAPAN!”

Lalu dimensi hitam itu seperti terserap ke dalam dimensi putih. Seiring dengan lenyapnya dimensi hitam itu, sosok Reg tua yang kini dipenuhi aura kegelapan berteriak sangat keras. Suaranya tidak lagi terdengar seperti ayah angkatnya.

Sesosok naga bersisik biru terang tiba-tiba muncul di tengah-tengah dimensi, di depan Faelan. Sosok naga itu begitu besar sehingga Faelan jauh lebih kecil dari salah satu kuku berwarna emasnya.

“Faelan, sang pahlawan” kata naga itu dengan suara mengelegar namun menenangkan, “Aku adalah Argentia, naga langit terakhir, pemimpin dari Unbroken.”

Faelan mengusap air matanya. Ternyata wajah Faelan dipenuhi dengan air mata saat tadi ia melawan proyeksi Reg yang seperti memunculkan kembali luka lamanya yang traumatis. “Jadi, kau adalah sang naga agung Argentia”

“Benar. Ini adalah pertemuan pertama kita setelah sekian lama. Aku telah menunggu momen ini dalam waktu yang sudah lama. Jauh lebih lama dari yang bisa dibayangkan”

Argentia kini mendekatkan wajahnya ke arah wajah kecil Faelan. Ia menyentuhkan wajahnya, lalu dalam sesaat, dari tubuh Argentia seperti muncul cahaya biru keemasan yang amat terang. Faelan sampai menutup mata saking menyilaukannya. Lalu saat Faelan membuka mata, sesosok laki-laki bertubuh tegap berdiri di depannya. Lelaki itu sangat mirip dengannya. Hanya lebih bersih dan tampan.

“Aku akan berbicara dalam wujud ini untuk memudahkanmu” ucap laki-laki jelmaan Argentia itu, “Sebelumnya aku ingin meminta maaf karena tidak bisa melakukan sesuatu yang berarti saat kau melawan Minotaur di gua. Ada semacam energi lain yang menekan dan membuatku tidak bisa bertindak. Apakah kau tahu energi apa itu, Faelan?”

Faelan terdiam sejenak. Ia seperti merenung, “Maafkan aku, aku juga tidak tahu. Barangkali itu adalah makhluk yang sama yang bertemu denganku sebelummu”

“Memang, setiap seseorang ingin membentuk wadah sihirnya untuk pertama kali, ia akan dihadapkan dengan dendamnya. Ia harus bisa menghadapi dendamnya dan menerima kenyataan. Hal itu untuk menyucikan jiwanya sebelum akhirnya ia bisa membentuk wadah sihirnya. Jika tidak begitu, maka wadah sihir yang baru terbentuk itu akan diisi oleh kegelapan” Argentia kini berkeliling memperhatikan tubuh Faelan sambil mengusap dagu, “Tapi, bertemu dengan dua roh secara bersamaan tidak pernah terjadi sebelumnya. Apalagi itu adalah dua roh yang bertentangan”

“Jadi, bagaimana menurutmu? Apa semuanya akan baik-baik saja?” Faelan terlihat kuatir.

“Semua itu tergantung kau, Faelan. Aku hanya bisa melakukan hal-hal tertentu sesuai batasan. Energiku sudah banyak terkuras sejak pertarungan terakhir dengan Zarok. Semua sisa energiku telah kulimpahkan ke dalam relik naga yang ada di dalam dadamu”

Faelan berusaha mengecek liontinnya. Tapi liontinnya kini sudah hilang. Faelan terlihat kuatir.

“Ini!” ucap Argentia sambil menyerahkan liontin yang kini menjadi kosong, hanya sebuah cangkang yang diikat dengan tali hitam. “Core yang terdapat dalam liontin ini telah meresap masuk ke dalam dadamu. Itu artinya kau telah berhasil membentuk wadah sihirmu”

Faelan tampak kebingungan. Ia kini menatapi sekitarnya. Ia berada dala dimensi serba putih yang terlihat tak memiliki ujung.

“Kita sekarang sedang berada dalam alam bawah sadarmu” papar Argentia, “Tubuh fisikmu sekarang msih berada di altar naga. Wujud kita disini hanyalah bentuk astral. Walaupun demikian, aku tak bisa berbicara lama-lama denganmu karena keterbatasan kapasitas sihirmu. Aku hanya akan menyampaikan hal penting saja” Tubuh Argentia terlihat semakin pudar, “Oh durasinya akan habis ternyata” Ucapnya sambil menatapi kedua tangannya yang tampak makin pudar. Argentia lalu menyentuh dada Faelan dengan kedua tangannya.

Dada Faelan mengeluarkan cahaya biru keemasan yang terang.

Faelan meringis kesakitan. Ia merasa seperti bagian dalam tubuhnya, sel-sel dan jaringan sedang dibentuk ulang.

Argentia kini telah selesai memindahkan energi ke dalam dada Faelan. “Aku rasa segitu sudah cukup untukmu yang sekarang”

Argentia lalu seperti semakin memudar dan tertarik oleh pusaran dari dimensi putih di belakangnya. “Faelan sang Pahlawan Naga! Temukanlah kedelapan relik naga yang lain. Mereka adalah saudara-saudaraku yang telah dikalahkan oleh Zarok dan pasukannya. Relik naga yang lain terpencar di seluruh penjuru dunia. Temukan semuanya sambil membentuk kembali aliansi Unbroken dari berbagai ras. Mereka lah yang nanti akan membantumu dalam setiap pertarungan. Untuk pertama, temukankah keturunan peri bernama Mathra di benua Ignaria yang dulu merupakan tempat tinggal pengikut Naga Api Ignatius the Flamecaller” Tubuh Argentia sudah hampir-hampir hilang, “Tapi, ingat! Berhati-hatilah dengan para naga kegelapan!”

Argentia yang terlihat begitu sedih menatapi Faelan dengan mata berkaca-kaca. Seolah itu adalah pertemuan pertamanya dengan anak kandungnya yang telah lama hilang.

Argentia tersenyum, “Sekarang bangunlah Fae, anakku!”

“Argentia, tunggu! Kau belum memberitahukan nama-nama naga langit yang la...” Faelan berusaha menggapai Argentia.

Tapi, Argentia kini telah benar-benar lenyap.

***

1
fia
Menepati janji
Lumayan seru
K-U-Gibran: terimakasih atas kerjasamanya. feedback anda akan sangat membantu. 😇😇😇
fia: iyain aja yang paling favorite
total 7 replies
Nino Ndut
lemah bener yak plus kebanyakan gaya tp wajarlah..namanya bocah..yg g wajar tuh setelah melewatin masa suram dari kecil tp masih bisa gegayaan padahal aslinya masih sangat lemah
K-U-Gibran: Aku sebisa mungkin menghindari biar MC-nya nggak naif. Yaaa tapi kalau di awal sih enggak apa-apa, biar bisa jadi pembelajaran dia ke depannya nanti. Btw, makasi ya dah komen. Suka deh kalo ada yg komen macam begini.👍🙏🙏
total 1 replies
Dont.Judge.Me
ok thor. semangat trus!
Dont.Judge.Me
thor, kapan update lagi?
K-U-Gibran: dear reader, nanti jam 12 malem ya upnya 🙏🙏
total 1 replies
🪷🍾⃝ʙᴀʙͩʏᷞ ɢᷰᴇᷠᴍᷧᴏʏ𝓐𝓷𝓷𝓪࿐
semangat Thor
K-U-Gibran: siapp!
total 1 replies
🪷🍾⃝ʙᴀʙͩʏᷞ ɢᷰᴇᷠᴍᷧᴏʏ𝓐𝓷𝓷𝓪࿐
mampir thoe
☠ᵏᵋᶜᶟ🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈
semangat terus untuk berkarya
K-U-Gibran: siaaapp!! 🦾🦾
total 1 replies
Dont.Judge.Me
semangat terus thor! gws.
Dont.Judge.Me
Yah. udah mentok aja.
Dont.Judge.Me
Gas terus Thor.
Dont.Judge.Me
Thoooooor, mana yg ke-8.
Dont.Judge.Me
😭😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!