NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Susu Anak CEO Dingin

Menjadi Ibu Susu Anak CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kontras Takdir / Chicklit / Ibu susu
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Setelah kehilangan anaknya dan bertahun-tahun hidup dalam bayang-bayang penghinaan dari suami serta keluarganya, Amira memilih meninggalkan masa lalu yang penuh luka.

Dalam kesendirian yang terlunta-lunta, ia menemukan harapan baru sebagai ibu susu bagi bayi milik bukan orang sembarangan.

Di sana-lah kisah Amira membuang kelemahan di mulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Benda Jatuh Yang Terabaikan

Di sinilah Amira dan Arga kini berada, di dalam perjalanan pulang dari rumah nenek Arga. Mereka tidak lagi menaiki mobil seperti saat berangkat. Kali ini, Arga memutuskan menggunakan jet pribadi miliknya, demi mempercepat waktu tempuh. Ia sempat mengeluh, perjalanan sebelumnya terlalu lama karena Amira dan Tuan Kecil terlambat sampai.

Tadi, saat Amira tengah berbincang dengan Valerie, Arga langsung menariknya pergi tanpa banyak basa-basi. Ia tidak ingin Amira terlalu dekat atau terlibat percakapan panjang dengan bibinya itu. Maka kini mereka sudah berada dalam jet yang melaju cepat di udara. Hal yang tidak biasa bagi Arga--berbagi kendaraan dengan orang lain--kini ia lakukan, dan tampaknya untuk sementara ia melupakan prinsipnya itu.

Amira nyaris tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. Ini kali pertamanya ia naik jet pribadi dengan interior mewah yang membuatnya merasa seperti bukan sedang berada di dalam kendaraan. Rasanya seperti ada di dalam sebuah rumah.

Amira terpaku melihat pemandangan yang tidak biasa. Arga tengah mengangkat tinggi Tuan Kecil, mengajaknya bercanda dengan wajah lembut yang jarang ia tunjukkan. Ia memilih diam sejenak menikmati moment langka itu. Tidak ingin mengganggu, tidak ingin merusak kehangatan antara ayah dan anak.

Namun keheningan itu tidak bertahan lama.

"Mau sampai kapan berdiri di situ?" seru Arga sambil merebahkan diri dan mendudukkan bayinya di atas perutnya.

Amira tersentak. "Ah, maaf, Tuan," ucapnya gugup sambil melangkah cepat. Ia mengambil Tuan Kecil dari perut Arga, lalu duduk di samping pria itu.

Arga pun bangkit dari posisi rebahnya, duduk dengan santai. Pandangannya mengarah pada Amira yang masih tampak canggung. Ia mendecih pelan.

"Jangan takut begitu. Aku tidak akan memakanmu!" ujar Arga, suaranya dalam dan berat membuat Amira hampir melompat kaget.

"Iya, Tuan," Itu saja yang mampu Amira ucapkan di awal-awal setiap kali berhadapan dengan Arga. Sisanya hanya diisi dengan menunduk atau pura-pura sibuk mengajak Tuan Kecil berbicara.

Dekat-dekat begini dengan Tuan Arga, rasanya benar-benar membuat Amira gugup. Dalam hati, Amira sempat menyesal. Andai saja tadi mereka naik mobil seperti sebelumnya, mungkin ia bisa duduk lebih tenang bersama Tuan Kecil. Tapi tentu saja, membantah Arga bukanlah pilihan.

Sementara itu, Arga justru tampak menikmati kegugupan Amira. Entah kenapa, ekspresi kaku dan gerak-geriknya yang kikuk terlihat seperti hiburan baginya. Ia sempat melirik tangan Amira yang gemetar saat menjawab, lalu kembali fokus pada tabletnya.

Hening.

Keheningan yang lama itu terasa mencekik bagi Amira. Ia mulai gelisah, merasa harus mencari pengalihan. Pandangannya jatuh pada Tuan Kecil yang tengah duduk tenang. Ah, mungkin kalau dia mengajak bayi itu pergi mengambil mainan di tas perlengkapan, ia bisa menjauh sebentar dari sisi Arga.

Namun, rencananya gagal total.

Begitu Amira mencoba mengangkat Tuan Kecil, si bayi justru menjerit keras. Tangan kecilnya mencengkeram kuat benda yang sedang ia rambati, sementara tangan satunya sibuk meninju-ninju Amira dengan teriakan tidak jelas. Seakan-akan menolak mentah-mentah ajakan untuk pergi.

Arga yang semula sibuk dengan tab, langsung menoleh tajam. "Ada apa? Kau menyakitinya?"

Amira kembali terjingkat. Ia belum terbiasa di sisi Arga sehingga gampang sekali ngajret kalau dengar suara laki-laki itu. Apalagi menghadapi pertanyaannya yang langsung menusuk.

"T-tidak, Tuan. Ini biasa terjadi pada bayi jika mereka tidak suka terhadap sesuatu."

Tapi lucunya, Tuan Kecil malah ngoceh keras ke arah Arga. Bayi itu sedang mengadu.

Akhirnya Amira pasrah dan kembali duduk di tempatnya, bertahan di sisi Arga.

"Makanya, jangan terlalu mengikuti egomu untuk pergi begitu saja. Kalau ingin bekerja dengan ku, kau harus siap menghadapi segala situasi. Sudah kubilang, aku tidak akan memakanmu. Jadi orang jangan gampang sekali takut!"

Amira tertegun. Bagaimana bisa Arga membaca gerak-geriknya dengan begitu jelas? Padahal tadi ia tampak benar-benar fokus menggulir layar tabletnya.

Dan Benar juga apa yang dibilang Arga tentang pelarian situasi. Apa susahnya sih dia tetap di sini? Amira mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia hanya gugup, bukan takut. Tapi kemudian muncul pertanyaan: kenapa gugup? Apakah karena nada bicara Arga yang keras? Rasanya bukan itu alasanya. Soalnya, bahkan saat Arga diam pun, Amira tetap merasa gugup.

Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menguasai diri sambil bermain dengan Tuan Kecil. Tidak lama si bayi memberi kode dengan suara khasnya, nyenyenye, tanda kalau ia haus. Amira langsung paham kalau bayi ini minta ASI. Itu artinya ia harus membawa si kecil ke belakang sebentar, butuh sedikit ruang privasi.

Tapi entah kenapa, bayi mungil itu malah ogah diajak pindah. Dia tetap ingin minum ASI, tapi tetap ingin berada di situ juga. Wajah si bayi memelas sekali, bikin Amira serba salah.

"Maaf, Tuan Arga, sepertinya Tuan Kecil haus. Saya ingin memberinya ASI."

"Berikan saja." Jawab Arga tanpa menoleh.

Amira terdiam sesaat. Apa Arga tidak mengerti bahwa ia butuh privasi? Atau… jangan-jangan lelaki itu mengira ASI-nya ada di botol? pikir Amira dalam hati.

Amira akhirnya mengambil keputusan untuk memberi ASI dengan cara menutupi pundak dan kepala si bayi pakai kain. Tepat saat itu, Arga pun menaruh tabletnya lalu memberi sekat antara dirinya dan Amira. Amira bernafas lega.

Namun ketenangan itu tidak bertahan lama.

Tiba-tiba, jet mengalami turbulensi. Bagi Arga itu tidak terlalu mengganggu. Tapi bagi di sampingnya yang dibalik sekat, Tuan Kecil kembali bikin gebrakan, mungkin akibat dari guncangan. Cecapannya bahkan sampai terdengar ke telinga Arga membuat lelaki itu mengumpat dalam hati.

Bedebah kecil, bisakah pelankan suara mu itu.

...*****...

Amira punya kebiasaan mencatat setiap moment penting atau hal baru yang ia alami ke dalam buku harian. Menulis menjadi cara baginya untuk meresapi hidup dan merapikan pikirannya. Ia begitu mencintai kebiasaan itu, sampai-sampai di masa-masa awal pernikahannya dengan Ardi, ia pernah mengajak sahabatnya, Gladis, untuk ikut menulis bersama.

Mereka berbagi satu buku yang sama semacam diary bergiliran. Hari ini Amira menulis kisahnya, besoknya buku itu berpindah ke tangan temannya itu yang akan menulis bagiannya. Begitu seterusnya. Rasanya seperti saling mengintip hidup satu sama lain.

Sampai sekarang kebiasaan menulis diary masih bertahan, meski bukan dalam bentuk bergiliran. Hidup sudah terlalu sibuk, masing-masing tenggelam dalam urusan dan waktu yang tidak lagi mudah disisihkan. Temannya sudah sibuk dengan keluarganya, Amira juga sudah sibuk dengan cerita hidupnya.

Kini Amira menulis seorang diri, tentang nama Tuan Kecil yang masih dia ingat. Ini bagian penting, karena Amira merasa sulit sekali mendapatkan informasi itu di rumah ini. Siapa tahu suatu saat nanti, catatan ini sangatlah berguna.

Selain itu, dia juga menulis tentang pertemuannya dengan keluarga Arga, terutama tentang Valerie yang jujur saja, masih membuat Amira penasaran untuk lebih dekat dengan wanita itu. Baru saja kemarin Amira mau nanya-nanya tentang ibunya Tuan Kecil, eh udah keburu disergap Tuan Arga.

Besok aku tanyakan pada ika saja, barangkali dia tahu soal itu.

Dan entah kenapa, rasa keingintahuan Amira tentang istrinya Tuan Arga menjadi semakin besar semenjak Tuan Kecil memanggilnya Mama.

Pluk.

Benda ringan jatuh menimpa kaki Amira. Dan sebelum ia memungutnya, sebuah suara lebih dulu mengambil atensinya.

.

.

Bersambung.

1
Zaskia Natasya
lanjut kak up doubel dong/Rose//Rose/
Zenun: siap, ini lagi ditulis
total 1 replies
Muliana
Author hebat ya /Heart/
Zenun: Kakak juga hebat❤
total 1 replies
Muliana
Ahh,,, perih ya!! Mau nangis juga.
Terlena dengan bab ini, karena ikut merasakan kehilangan seperti Arga.
Zenun: 🥺🥺🥺🥺🥺🥺
Muliana: Sangat! Apalagi, kala orang tersayang pergi selamanya
total 3 replies
Santi
gladys,jdi seperti itu,makanya serasa arga sudah mengenal Amira,tpi dimana Amira pernah lihat asistennya Arga?
Santi: Siap kak
Zenun: ada di next bab kak, pantengin aja ya hehe
total 2 replies
RE💜
Sad 😭
Zenun: Bisa, mungkin dengan pertumpahan darah dulu. Atau bisa juga nggak
RE💜: Bisakah Amira mencairkan hati Arga
total 3 replies
RE💜
Aku jg msh heran, banyak sodaraku yg sadar dulu malah makan dlu, sblm akhirnya meninggal ternyata emang ada bahasa medisnya ya
Zenun: entah kenapa tik tok aku muncul terminal lucidity mulu😁
RE💜: Baru tau aku dek
total 3 replies
RE💜
emg yg kena otak pst ada masalah sm ingatan
Zenun: betul sekali
total 1 replies
Teteh Lia
Si Ardi emang kudu di getok biar bener. Arga, Ardi... baru ngeh sama2 berawalan huruf A
Zenun: dari A semuanya, ke Amira juga
total 1 replies
Teteh Lia
Ternyata Arga manis banget. meleyot dagu ini 😍
Zenun: hehehhe, uhuuyy
Teteh Lia: Daku... malah jadi dagu /Facepalm/
total 2 replies
Muliana
Amira, berbakti pada mertua boleh, tapi dibodoh-bodohi mertua jangan ya
Zenun: ih ada kakak😁
total 1 replies
Muliana
Mungkin itulah, peran orang tua sangat-sangat penting untuk anak-anak. Karena apa, karena kita tidak tahu, apa yang akan di alami sang anak kedepannya. Setidaknya, sebelum kita meninggalkan mereka, kita udah memberikannya beberapa pesan dan jug kasih sayang.
Sehingga ia tahu, mana yang tulus mana yang modus
Zenun: Betul sekali kakak. Biar gak salah arah
total 1 replies
RE💜
sebenarnya aku pikir Gladys sm Amira itu teman sblm Gladys menikah mkanya mikir kok bisa nikah sm Arga gitu, tp di bab sebelumnya dijelaskan jd ngerti
Zenun: hehehe, yang lain juga nyangkanya gitu
total 1 replies
Lestari Riie
galak
Zenun: hihihi
total 1 replies
Teteh Lia
Kalau udah soal duit mah... yang tadinya merah langsung jadi ijooo
Zenun: betuuul
total 1 replies
Teteh Lia
Aq malah takut naik sepeda listrik. 🙈
Zenun: sama aku juga
total 1 replies
nowitsrain
Udeh dapet duit tuh padahal, masih aje ngomel-ngomel /Smug/
Zenun: Ora danta emang
total 1 replies
nowitsrain
🤧🤧 sedih banget sih... di keluarga sendiri nggak dapet kasih sayang, nemu mertua juga kayak titisan dajja
nowitsrain: Betulll
Zenun: tapi sekarang giliran dia senangnya
total 2 replies
nowitsrain
Nggak ada begitu. Jangan positif thinking kalau sama manusia lucknut kek gini
nowitsrain: Emang harus bodoh dulu sih biar comeback smarter
Zenun: masih anu
total 2 replies
nowitsrain
Gundulmu
nowitsrain
Busuk hatiiiiiii
Zenun: hehehehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!