NovelToon NovelToon
Rahasia Di Balik Kandungan

Rahasia Di Balik Kandungan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Pengantin Pengganti / Romansa
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Leel K

Semua orang melihat Claire Hayes sebagai wanita yang mengandung anak mendiang Benjamin Silvan. Namun, di balik mata hijaunya yang menyimpan kesedihan, tersembunyi obsesi bertahun-tahun pada sang adik, Aaron. Pernikahan terpaksa ini adalah bagian dari rencana rumitnya. Tapi, rahasia terbesar Claire bukanlah cintanya yang terlarang, melainkan kebenaran tentang ayah dari bayi yang dikandungnya—sebuah bom waktu yang siap menghancurkan segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leel K, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20. Harga Sebuah Obsesi

Claire masih tenggelam dalam ingatan sore di koridor SMA Harrington. Aroma aftershave Aaron Silvan, yang kini samar-samar tercium dari arah meja makan, terasa seperti jangkar yang menariknya kembali ke masa kini, namun pikirannya masih melayang pada Aaron muda. Rasa sakit, kebahagiaan, dan obsesi—semua berbaur menjadi satu. Ia menatap Aaron dari kejauhan, pria yang kini memberikan perhatian kecil, namun baginya adalah dunia.

Bagaimana aku bisa mendekatimu, Aaron? Kau bahkan tidak tahu siapa aku saat itu.

Pertanyaan itu terus menghantuinya setelah lulus SMA. Aaron melanjutkan studinya di universitas terkemuka di luar kota, sementara Claire, dengan beasiswa seadanya, masuk ke universitas lokal. Jarak sosial dan geografis terasa semakin lebar. Claire terus mengamati Aaron dari jauh, melalui berita-berita kampus, unggahan teman-temannya di media sosial—semua yang bisa ia dapatkan. Ia tahu Aaron sangat fokus pada studinya, tak pernah terlihat dengan gadis mana pun. Aaron adalah target yang tak terjangkau.

Lalu, takdir, atau lebih tepatnya obsesi Claire, menunjukkan sebuah jalan.

...****************...

Lima tahun setelah kelulusan SMA...

Claire mengingat dengan jelas sore itu. Ia sedang bekerja paruh waktu di sebuah galeri seni kecil di pusat kota Boston, tempat dimana Aaron pernah terlihat dalam sebuah unggahan foto.

Itu adalah pameran amal untuk konservasi lingkungan, dan keluarga-keluarga kaya raya kota itu datang berbondong-bondong. Claire, dengan seragam pelayan hitamnya, sibuk mengelilingi ruangan, sesekali melirik tamu-tamu terhormat. Matanya memindai setiap wajah, mencari sosok familiar.

Dia tahu bahwa harapan bertemu Aaron ditempat ini kurang dari sepersen kemungkinan. Namun meskipun ia jelas tahu hal itu, ia tidak ingin meninggalkan secuil kesempatan itu. Ia ingin bertemu Aaron, melihatnya langsung didepan matanya setelah sekian lama.

Ia... benar-benar sangat merindukannya.

Tiba-tiba, pandangannya tertuju pada seorang pria yang sedang tertawa terbahak-bahak di sudut ruangan, di antara kerumunan. Rambutnya pirang kecoklatan—terlihat berantakan, kulitnya putih dengan sedikit rona kemerahan yang menggambarkan gaya hidup yang kurang sehat, dan matanya... matanya biru sayu—pudar, terlihat lelah dan kurang fokus.

Pria itu mengangkat gelas champagne dengan gerakan amburadul, hampir menumpahkannya pada seorang wanita di sampingnya.

Jantung Claire berdebar kencang, bukan karena ketertarikan, melainkan karena sebuah kesadaran mengejutkan. Ia mengenali pria itu. Itu adalah Benjamin Silvan.

Claire tahu tentang Benjamin. Ia telah mencari tahu segalanya tentang Aaron selama bertahun-tahun. Aaron memiliki seorang kakak laki-laki, dua tahun lebih tua darinya, yang bernama Benjamin. Dari informasi yang Claire kumpulkan, Benjamin adalah kebalikan Aaron: tidak teratur, kurang ambisius, dan sering terlibat dalam masalah kecil sampai masalah besar yang nyaris membuatnya mati. Mereka adalah dua kutub yang sangat berbeda dari keluarga Silvan.

Aaron selalu rapi, Benjamin selalu berantakan. Aaron tenang dan dingin, Benjamin riuh dan semena-mena. Aaron adalah sosok yang berwibawa, Benjamin terkesan tanpa arah.

Claire pernah melihat foto-foto lama mereka di majalah bisnis tentang keluarga Silvan; kemiripan wajah sebagai saudara kandung memang ada, tetapi auranya begitu kontras, seolah mereka berasal dari dunia yang berbeda.

Benjamin tertawa lagi, kali ini terlalu keras, menarik perhatian beberapa pasang mata. Claire menatapnya, sebuah ide dingin namun brilian merayapi benaknya. Aaron adalah matahari yang tak bisa disentuh. Tapi Benjamin... Benjamin adalah satelit yang mengelilingi matahari itu. Benjamin adalah pintu gerbang.

Jika aku tidak bisa mendekati Aaron secara langsung, aku bisa mendekat melalui kakaknya. Pikiran itu terasa benar, satu-satunya jalan. Benjamin tampak mudah didekati, tidak seperti Aaron yang dikelilingi dinding es. Benjamin tampak... membutuhkan seseorang, berbeda dengan Aaron yang terlihat mandiri.

Claire mulai bergerak. Ia mendekati Benjamin, seolah kebetulan. Ia menjatuhkan sebuah coaster dekat kakinya, lalu membungkuk untuk mengambilnya.

"Maafkan saya, Tuan," ucap Claire, suaranya dipoles semanis mungkin.

Benjamin menoleh, matanya yang sayu sedikit terbuka lebar. Senyumnya ramah, berbeda dengan seringaian tajam Aaron. "Oh, tidak apa-apa, Nona. Jangan terlalu formal." Ia lalu menambahkan dengan sorot mata aneh, "Kau cantik sekali."

Claire merasakan sedikit mual, namun ia tersenyum balas. "Terima kasih, Tuan Benjamin." Ia menyebut namanya, tahu itu akan mengejutkannya.

Benjamin tersenyum lebih lebar. "Kau tahu namaku?"

"Tentu saja. Siapa yang tidak tahu keluarga Silvan di Boston?" Claire menjawab dengan anggukan anggun, mengabaikan rasa jijik yang samar dalam hatinya. "Saya Claire Hayes."

Begitulah, hubungan itu dimulai. Claire, yang sepanjang hidupnya merasa tidak terlihat, kini menempel pada seorang pria yang melihatnya, yang memperlakukannya dengan ramah, dan yang terpenting, adalah kakak dari pria yang ia inginkan. Benjamin mudah ditipu, terlalu sibuk dengan kesenangan hidupnya untuk menyadari bahwa Claire memiliki niat tersembunyi.

Awalnya, Benjamin adalah angin segar, perhatian yang belum pernah Claire terima. Kata-kata manis, kencan romantis, Benjamin memberikan semua yang Claire impikan. Namun, kebaikan itu hanya bertahan satu minggu. Hanya seminggu.

Setelah itu, topeng Benjamin mulai retak. Di balik senyum menawannya, tersembunyi sifat temperamental dan kasar. Ia akan mudah marah, melemparkan barang, atau membentak Claire hanya karena hal sepele. Terkadang, sentuhan kasarnya tak hanya meninggalkan rasa sakit emosional, tapi juga memar samar di kulit Claire.

Ketakutan menyergap Claire setiap kali Benjamin naik pitam. Ia tahu Benjamin adalah orang yang semena-mena, sering berubah-ubah. Namun, ia bertahan. Setiap kali Benjamin meminta maaf setelah kemarahan, atau setiap kali ia kembali menunjukkan secercah kebaikan yang hanya bertahan sesaat, Claire akan meyakinkan dirinya. Ini demi Aaron. Benjamin adalah jembatannya. Ia adalah pintu gerbang menuju keluarga Silvan, menuju Aaron.

Claire memaksakan senyum, berpura-pura tertarik pada cerita-ceritanya yang membosankan, berpura-pura terkesan dengan pencapaiannya yang minim, berpura-pura mencintai Benjamin. Setiap kencan, setiap sentuhan, setiap kata manis yang ia ucapkan pada Benjamin, adalah langkah yang ia ambil untuk mendekat pada Aaron. Rasa sakit fisik dan emosional yang ia derita adalah harga yang harus dibayar, demi obsesinya.

Ketika Benjamin melamarnya satu tahun kemudian, Claire merasakan jantungnya berdebar, bukan karena cinta, melainkan karena kemenangan. Ini dia. Ini adalah jalannya. Menjadi istri Benjamin Silvan berarti menjadi bagian dari keluarga Silvan, berarti memiliki akses ke Aaron. Ia akan sering bertemu Aaron di acara keluarga, di pertemuan-pertemuan, di mana pun. Ia akan perlahan-lahan membuat Aaron melihatnya, mengenalnya.

Namun, takdir punya rencana lain. Atau, lebih tepatnya, takdir punya cara untuk memutarbalikkan rencananya yang kejam. Beberapa minggu sebelum ia akan dikenalkan secara resmi kepada anggota keluarga Silvan lainnya, berita itu datang seperti petir di siang bolong. Benjamin Silvan meninggal dunia. Kabar yang menyebar di kalangan masyarakat adalah Benjamin mengakhiri hidupnya sendiri. Diketahui ia memiliki riwayat depresi yang diperparah oleh penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan dalam pengaruhnya, ia melompat dari atap gedung tinggi.

Dunia Claire runtuh. Bukan karena kehilangan Benjamin sebagai kekasih, bukan karena kesedihan yang mendalam atas kematiannya, tapi karena rencananya yang sempurna hancur berkeping-keping. Pintu gerbangnya menuju Aaron, orang yang dengan susah payah ia bangun hubungannya dengan Benjamin, kini tertutup rapat. Kehilangan itu terasa lebih pahit karena ambisinya yang tak tercapai.

Di tengah kabut duka dan kekecewaan yang mendalam, Claire melihat perutnya yang masih rata. Dia hamil, baru dua bulan dan dia tentu tahu itu.

Sesuatu yang lain terlintas dibenaknya, dan ditengah-tengah kekecewan itu seutas senyum muncul di bibirnya. Ini... ini adalah ikatan terakhirnya dengan keluarga Silvan. Dan yang terpenting, ini adalah ikatan terakhirnya dengan Aaron. Bayi ini adalah alasan Aaron harus tetap melihatnya, tetap berada di dekatnya.

Claire tahu ini berarti ia akan memanipulasi Aaron, menjebaknya dalam pernikahan terpaksa dengan seorang wanita yang mengandung anak kakaknya, demi obsesinya sendiri. Rasa bersalah itu menyeruak, namun ia segera menepisnya. Apa pun harganya, ia harus berada di dekat Aaron. Bayi ini adalah kuncinya. Dan ia tidak akan melepaskannya.

...****************...

Boston, masa kini.

"Nona Hayes?"

Panggilan Aaron membangunkan Claire dari lamunannya. Ia mendongak, melihat kewajah Aaron.

"Kau melamun, aku memanggilmu sejak tadi," lanjut Aaron.

Claire mengulum senyum, merasa malu mendengarnya. Apa dia ketahuan sedang memikirkan Aaron?

"Naiklah ke kamarmu jika kau lelah, aku akan membangunkanmu saat makan malam tiba."

Claire menggelengkan kepalanya pelan, ia memeluk lengan Aaron, menghirup aromanya dalam-dalam. "Tidak. Aku mau disini," katanya.

Aaron tidak memaksa lebih jauh. Hanya mengangguk dan membiarkan Claire mendapatkan posisi yang nyaman.

Claire diam-diam menatap Aaron lagi, senyum tipis terukir di bibirnya. Aaron... dia tidak tahu. Dia tidak akan pernah tahu seberapa jauh aku melangkah untuknya.

1
Ezy Aje
lanjur
Aura Cantika
Kepalang suka deh!
Leel K: Aaah... makasih 🤗
total 1 replies
Coke Bunny🎀
Cerita yang bikin baper, deh!
ナディン(nadin)
Nggak bisa move on.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!