Pembalasan Sang Naga: Rise Of The Unbroken

Pembalasan Sang Naga: Rise Of The Unbroken

Tragedi di Malam Hari

Saat itu, matahari sudah terbenam, dan gelap telah melanda desa. Faelan muda, yang masih berumur 11 tahun, bersembunyi di dalam kamar sambil memperhatikan ayah Roderick, yang merupakan penguasa desa, sedang memarahi Pak Tua Reg, ayah angkat Faelan, di ruang tamu tua mereka.

Pemilik panti asuhan yang bijak ini mencoba dengan lembut mempertahankan Faelan dari kemarahan ayah Roderick. Dia berbicara dengan suara tenang, “Tuan Blake, Faelan hanya anak kecil. Kumohon ampuni dia. Saya yang akan menghukumnnya nanti”

“ANAK KECIL KATAMU?!” hardik Fraderick Blake penuh marah, “Lihatlah apa yang telah dia perbuat pada Roderick-ku yang malang ini” kini ia memegangi pundak anaknya dengan tatapan penuh sedih.

Roderick terlihat compang-camping. Rambut klimis dan pakaian mewahnya telah berubah menjadi hitam dan gosong. Pedang perak yang diberikan ayahnya sebagai hadiah ulang tahun juga kini sudah patah menjadi dua.

“Tuan, kumohon. Saya akan mengganti kerugiannya” Reg bersujud dan memeluk kaki Frederick.

Dua pengawal Frederick terlihat langsung siaga dengan tombak yang siap dihunuskan kapan saja.

Frederick menendang Reg dengan cukup keras. “HAH??! Mengganti, katamu? HAHAHAHAHA”

Frederick mengangkat kerah baju Reg, “Pajak panti asuhan reotmu ini saja kau masih menunggak 10 tahun. Tubuh tua bangkamu itu juga tidak akan laku dijual di pasar budak. Lalu, dengan apa kau akan membayarnya?” Frederick lantas menghempaskan tubuh Reg lalu meludahinya.

Dari dalam kamar, Faelan mengintip melalui celah pintu kayu yang lapuk. Ia sampai bergetar saking marahnya. Ia menggigit bibirnya sampai berdarah. Tapi, ia harus menepati janjinya pada Reg. Ia tak boleh keluar, apapun yang terjadi.

Roderick tiba-tiba berteriak, “AYAH!! FAELAN ADALAH PENYIHIR!!. Aku melihatnya sendiri. Api yang membakarku berasal dari sihirnya!!!”

“APA??!!!” Frederick terbelalak. Secepat kilat ia berada dalam posisi siap tempur.

Dengan sigap, kedua pengawal keluarga Blake langsung menghunuskan tombaknya ke arah kamar  Faelan.

Reg tua dengan segenap tenaga berdiri dan menghalangi di depan pintu kamar.

Frederick mengeluarkan pedang besar yang selama ini bergantung di pinggangnya.

Frederick mendekat dengan wajah bengis, “Hei Tua Bangka Reg! Kalau hanya masalah hutangmu, itu adalah sesuatu yang bisa kutolerir. Ini adalah kasus besar. Kau tahu kan kepemilikan sihir di negeri ini ilegal?”

Bilah pedang Frederick tiba-tiba dikelilingi cahaya hitam yang pekat. “Kecuali beberapa bangsawan tertentu. Kalau semua orang boleh memiliki sihir, negeri ini akan jadi kacau” Frederick lalu tersenyum jahat. “Sekarang, minggirlah! Ada sesuatu yang ingin kupastikan”

Sekali lagi Reg tua bersujud dan memeluk kaki Frederick.

“Enyahlah!!” Frederick lagi-lagi menendang Reg.

Reg terhempas. Cepat-cepat ia kembali memeluk kaki Frederick. Memohon sambil menangis. “Kumohon. Dengarkan aku sekali saja. Kalau ini ayahmu, ia pasti akan mengerti. Faelan hanya anak kecil yang perlu dibimbing. Bukan kesalahannya kalau ia terlahir dengan sihir”

“MINGGIR KATAKU!!” Frederick kini terlihat sangat marah, “Jangan bawa-bawa mendiang ayahku!! Dia hanya

pria tua yang kolot. Pilihannya untuk tidak bergabung dengan aliansi hanya memperparah keadaan rakyat. Untuk itulah, aku melengserkannya. Aku bukanlah laki-laki konyol sepertinya. KAU MENGERTI ITU PAK TUA??!!!”

Frederick menendang Reg lagi. Sangat keras.

Reg sampai terpental jauh.

Kaki Frederick terlihat dialiri oleh cahaya hitam yang sama seperti yang mengelilingi bilah pedangnya.

Reg bangkit. Dengan terhuyung ia langsung berdiri di depan pintu kamar sambil merentangkan kedua tangannya.

“Kumohon! Ampunilah anakku! Aku berjanji ini tidak akan terulang lagi. Aku akan pergi jauh membawa Faelan. Frederick, kumohon!! Aku akan melakukan apapun asal kau membiarkannya hidup” Reg kini benar-benar memohon sepenuh hati.

“Hei! Bau tanah! Bukankah kau juga tahu? Menurut aturan yang berlaku, melindungi penyihir juga akan mendapat hukuman eksekusi di tempat” Frederick lalu berbalik badan.

“Heh. Menggunakan kedekatanmu dengan ayahku dulu. Tetap tidak akan merubah niatku”. Frederick memejamkan mata, ia seperti sedang tenggelam dalam simfoni saat suara wahyu ilahi sampai ke telinganya.

Kedua pengawal keluarga Blake lalu menancapkan tombak tajamnya ke dada Reg Tua.

Faelan yang sedari tadi mengintip di belakang pintu terbelalak kaget ketika dua mata tombak tajam menembus pintu itu, tepat di depan matanya. Darah segar mengalir dari ujung mata tombak.

“AYAAAH!!!!” teriak Faelan dari dalam kamar.

“Aha! Di sana kau rupanya, tikus kecil” Frederick lalu mengayunkan pedangnya.

Sebuah energi hitam melesat dengan cepat ke arah pintu kamar Faelan. Segenap udara dan debu yang berada pada jalur energi itu terlihat seperti tebelah.

Reg tua yang sudah sekarat ikut terpental masuk bersama serpihan kayu dari pintu kamar.

Faelan terdorong keras. Punggungnya berdebam menghantam dinding. Dengan posisi bersandar, Faelan kecil terkulai lemah dengan kesadaran yang hampir hilang.

Reg tua kini terbaring di paha Faelan.

Faelan mengusap dada Reg yang berlumuran darah. Faelan menatapi tangannya yang dipenuhi warna merah pekat yang terasa hangat dan berbau pesing.

Seluruh tubuh Faelan bergetar hebat. Ia tidak bisa mempercayai apa yang disaksikannya.

“Tenanglah, hama! Kau juga akan segera menyusulnya” ujar Frederick sambil tertawa. Ia sedang siap-siap melepaskan sihir.

“TIDAAAAAAKKKK!!!!”, bersama dengan teriakan frustasi Faelan, ledakan energi sihir yang begitu besar menghempaskan Frederick dan pengawalnya.

Tiba-tiba sebuah liontin sihir di dada Faelan menyala terang sekali.

Frederick bangkit lalu menatap ke arah liontin itu. Ia terbelalak. Segera setelah ia menyadarkan diri, ia mengajak Roderick dan pasukannya keluar dari panti asuhan itu.

Frederick memberikan perintah kepada puluhan pasukannya yang telah menunggu di halaman.

Seluruh pasukan itu lalu menembakkan ratusan panah api.

Dalam sekejap, panti asuhan itu pun terbakar hebat. Tiang penyangga dan atapnya mulai berjatuhan satu per satu menghujam tanah.

“Laporkan ini segera ke kerajaan pusat!” ucap Frederick kepada salah satu prajuritnya.

“Bukankah mereka tidak akan selamat dengan api sebesar ini?” ucap Roderick.

“Katakan pada Raja, ‘hari’ itu telah tiba. Seluruh aliansi Kerajaan Shadowvale harus segera mengetahuinya” Frederick tidak menghiraukan anaknya.

Prajurit itu meletakkan tangan kirinya di dada sambil menunduk memberi hormat. Ia lantas menunggangi kuda dan langsung melesat, pergi menjauh.

“Ayah?!! Mereka pasti sudah mati! Untuk apa ayah harus repot-repot melaporkannya?!” ujar Roderick dengan wajah kesal.

PLAKKK!!!

Frederick menampar anaknya dengan sangat keras. “Biar kuajarkan kau satu pelajaran penting. Seorang penyihir tidak akan mati semudah itu. Apalagi kalau ia adalah anak yang sudah diramalkan. Anak bodoh yang masih belum bisa membangkitkan sihirnya sepertimu tak akan mengerti itu. Kau hanya bisa memberikan masalah bagiku, dasar anak sampah!!”

Roderick memegangi pipinya sambil tertunduk menangis.

Beberapa saat kemudian..

Frederick sedang berdiri dengan gagah. Pedang besarnya ia tancapkan di depan puing-puing bangunan panti asuhan.

Panti asuhan itu telah rata dengan tanah. Beberapa bongkahan kayu besar masih terlihat menyala.

Aroma dari kayu yang terbakar serta seperti ada bau daging gosong, memenuhi udara yang terasa panas dan gersang.

Frederick memberikan perintah.

Beberapa prajurit berbondong-bondong masuk ke dalam puing-puing.

Beberapa saat kemudian, sang komandan datang melapor. “Maaf tuan. Kami hanya menemukan jasad

Pak Tua Reg. Tidak ada jasad anak laki-laki” ujarnya pada Frederick.

“Sialan! Kau yakin sudah mencarinya dengan benar?” balas Frederick.

“Iya, Tuan. Kami sudah lima kali melakukan pengecekan”

“Hahahaha” Frederick tiba-tiba tertawa. “Mana mungkin juga dia bisa mati semudah itu”.

Frederick lalu menyuruh pasukannya untuk berkumpul.

“Sisir seluruh hutan! Jangan berhenti sampai kalian menemukan anak itu!!” perintah Roderick kepada seluruh pasukannya.

Seluruh pasukan pun berpencar dan memasuki hutan yang gelap.

Nyala dari api puluhan obor terlihat menerangi jalan setapak yang menuju bagian hutan dalam.

“Pengawal! Antar anak ini kepada ibunya” Frederick menunjuk ke arah Roderick yang sedang menangis. “Kita akan melalui malam yang panjang. Bekerjalah dengan benar!!” sambungnya.

Frederick lalu mencabut pedangnya, menaiki kuda dan melesat menuju hutan.

Terpopuler

Comments

fia

fia

Menepati janji
Lumayan seru

2023-11-20

1

🍾⃝ʙᴀʙͩʏᷞ ɢᷰᴇᷠᴍᷧᴏʏ𝓐𝓷𝓷𝓪💫

🍾⃝ʙᴀʙͩʏᷞ ɢᷰᴇᷠᴍᷧᴏʏ𝓐𝓷𝓷𝓪💫

mampir thoe

2023-11-01

1

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈

semangat terus untuk berkarya

2023-11-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!