Difitnah, ditalak, dan diusir suaminya tidak membuat seorang wanita bernama Mila menyerah. Dia tetap bertahan demi untuk mendapatkan hak asuh anaknya.
Setelah dipisahkan dengan anaknya, Mila akan terus berjuang untuk mendapatkan anaknya kembali.
Apa yang akan Mila lakukan agar Aluna bisa kembali ke dalam pelukannya lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aluna ditemukan
Aluna menangis, saat dia kehilangan jejak ibunya. Di depan toko Bu Wina, Aluna melihat sosok Mila yang sedang berdiri di pinggir jalan.
Saat Aluna mendekat dan menghampiri Mila, justru Mila masuk ke dalam taksi dan meluncur pergi dengan taksi itu.
"Mama... mama...!" seru Aluna memanggil-manggil taksi yang sudah menjauh pergi darinya.
Bu Wina menatap Aluna dari kejauhan.
"Aluna kenapa sih, kok nangis," ucap Bu Wina.
Bu Wina kemudian berjalan menghampiri Aluna.
"Aluna, kamu kenapa Nak? kenapa kamu nangis di sini?" tanya Bu Wina.
Aluna menatap Bu Wina lekat.
"Tante, tadi aku lihat mama aku Tante," ucap Aluna menuturkan.
Bu Wina terkejut saat mendengar penuturan Aluna.
"Kamu yakin kalau tadi ibu kamu?" tanya Bu Wina.
Aluna menganggukan kepalanya.
"Aku yakin Tante. Dia tadi berdiri di sini. Pas aku ke sini, mama aku udah pergi naik taksi," jelas Aluna.
Bu Wina menghela nafas dalam.
"Ya udah, kalau gitu. Kita masuk ke dalam yuk! jangan di sini. Lagian, mama kamu juga udah pergi kan," Bu Wina mengajak Aluna untuk kembali masuk ke toko.
Aluna menganggukan kepalanya. Setelah itu Aluna dan Bu Wina pun masuk ke dalam toko.
***
Satu minggu Aluna bersama Bu Wina. Selama satu minggu itu dia tinggal di rumah Bu Wina. Bu Wina bingung harus membawa pulang Aluna ke mana. Karena Aluna tidak tahu alamat rumahnya sendiri.
"Ma... Mama.." seruan Pak Andi membuat Bu Wina terkejut.
Bu Wina buru-buru menghampiri suaminya di ruang tengah.
"Apa apa Pa?" tanya Bu Wina pada suaminya.
"Ma, coba lihat ini. Ini bukankah fotonya Aluna," ucap Pak Andi sembari menyodorkan surat kabar pada istrinya.
"Iya benar. Ini foto Aluna."
"Ma, kita harus kembalikan Aluna ke keluarganya. Kasihan dia Ma. Keluarganya juga pasti lagi khawatirin Aluna."
"Iya Pa. Besok kita bawa Aluna ke alamat ini."
Setelah membaca info orang hilang di surat kabar, Bu Wina kemudian duduk di sisi suaminya.
Bu Wina dan Pak Andi sejenak diam dan tampak berfikir.
"Sekarang Aluna di mana?" tanya Pak Andi pada istrinya.
"Aluna udah tidur di kamar Pa," jawab Bu Wina.
"Ma, itu kan ada nomer telpon keluarganya Aluna. Coba Mama telpon. Siapa tahu ada yang ngangkat," pinta Pak Andi.
"Iya Pa."
Bu Wina mengambil ponsel yang ada di saku bajunya. Setelah itu dia menelpon nomer yang tertera di dalam surat kabar itu.
"Halo..."
"Halo. Benar ini nomernya keluarga Aluna?"
"Iya benar. Saya ayahnya Aluna. Apakah anda tahu keberadaan anak saya?"
"Alhamdulillah, akhirnya saya menemukan keluarganya Aluna. Aluna ada bersama saya Pak. Dan dia aman di sini."
"Syukurlah kalau begitu."
"Kalau bapak bisa, besok pagi bapak bisa jemput Aluna di rumah saya."
"Baiklah. Besok saya akan jemput anak saya."
"Iya Pak. Nanti saya share alamat rumah saya."
"Iya Bu. Terimakasih banyak."
"Iya Pak sama-sama. Saya cuma mau memberi tahu itu saja Pak. Kalau begitu, sudah dulu ya Pak. Assalamualaikum."
"Wa'alakiumusalam."
Setelah memutuskan saluran telponnya, Bu Wina menatap suaminya.
"Bagaimana Ma?" tanya Pak Andi.
"Katanya ayahnya Aluna, besok akan jemput Aluna ke sini."
"Oh, syukurlah kalau begitu. Papa lega dengarnya."
****
Aluna dan Salwa anak Bu Wina saat ini masih berada di ruang makan. Mereka masih menikmati sarapannya.
Salwa sudah memakai seragam sekolah. Sementara Aluna, sudah satu minggu dia tidak sekolah. Setiap hari dia ikut bersama Bu Wina ke toko.
"Aluna, makan yang banyak ya," ucap Bu Wina.
Aluna menganggukan kepalanya.
"Iya Tante."
Tok tok tok ..
Suara ketukan pintu dari luar rumah tiba-tiba saja terdengar. Bu Wina bangkit dari duduknya. Setelah itu dia pun melangkah pergi ke depan untuk membuka pintu.
Bu Wina terkejut saat melihat kehadiran seorang lelaki berbaju kantoran.
"Maaf, benarkah Aluna anak saya ada di sini?" tanya Adnan tanpa banyak basa-basi.
"Oh iya. Benar Pak. Bapak ini ayahnya Aluna ya?" terka Bu Wina.
"Iya. Saya ayahnya Aluna. Mana anak saya?"
"Masuk dulu Pak. Anak bapak ada di dalam. Dia lagi sarapan dengan anak saya."
"Iya, terima kasih."
Setelah Bu Wina mempersilahkan Adnan masuk, Adnan kemudian masuk ke dalam rumah Bu Wina.
"Silahkan duduk Pak. Saya akan panggilkan Aluna!" Bu Wina mempersilahkan Adnan duduk.
"Iya."
Bu Wina kemudian masuk ke dalam untuk memanggil Aluna..
"Aluna," ucap Bu Wina.
Aluna dan Salwa menatap Bu Wina bersamaan.
"Aluna, ayah kamu udah datang. Dia mau jemput kamu," ucap Bu Wina.
Aluna terkejut saat mendengar ucapan ibunya.
"Apa! Papa aku ke sini? dari mana dia tahu aku ada di sini Tan? apa Tante yang sudah memberi tahu Papa?" tanya Aluna.
Bu Wina mengangguk.
"Iya. Papa kamu nyariin kamu Aluna. Jangan buat Papa kamu khawatir lagi ya. Kasihan dia."
Aluna diam. Sebenarnya dia sudah mulai nyaman tinggal bersama Bu Wina. Apalagi dia bisa dekat dengan Salwa anak Bu Wina yang sepantarannya.
Tapi Aluna sadar, kalau dia tidak akan mungkin selamanya tinggal di rumah Bu Wina. Karena dia juga punya keluarga.
Aluna bangkit dari duduknya. Setelah itu dia mengikuti Bu Wina ke ruang tamu.
Adnan tersenyum saat melihat Aluna.
"Aluna,"
"Papa..."
Aluna mendekat ke arah ayahnya. Setelah itu dia pun duduk di dekat ayahnya.
Adnan meraih tubuh Aluna dan langsung memeluknya.
"Sayang, kamu kemana aja selama ini Nak. Papa kangen banget sama kamu. Jangan buat Papa khawatir Nak," ucap Adnan sembari mengusap-usap bahu Aluna.
"Maafin Luna Pa, karena Luna sudah buat Papa khawatir."
Adnan melepaskan pelukannya. Setelah itu dia pun menatap Aluna lekat.
"Aluna sayang, sekarang kita pulang ya. Nenek, Papa, dan Mbak Asih dari kemarin nyariin kamu. Kami khawatir sama kamu," ucap Adnan sembari menangkup wajah anaknya.
Aluna hanya mengangguk.
Adnan kemudian menatap Bu Wina.
"Makasih banyak ya Bu, karena ibu sudah mau menjaga anak saya."
"Iya Pak. Sama-sama."
Adnan mengambil dompet yang ada di dalam sakunya. Dia mengambil beberapa lembar uang dan menyodorkan uang itu pada Bu Wina.
"Ini buat ibu," ucap Adnan.
"Untuk apa Pak? saya ikhlas Pak, menolong anak bapak. Tidak usah Pak. Simpan saja uang itu untuk Aluna."
Adnan merasa tidak enak dengan Bu Wina. Karena sudah satu minggu Aluna sudah merepotkan keluarga Bu Wina.
"Nggak apa-apa Bu. Saya juga ikhlas memberikan uang ini."
"Nggak usah Pak. Nggak apa-apa. Aluna sudah ketemu dengan keluarganya saja saya sudah ikut bahagia."
"Ya sudah kalau begitu. Saya akan bawa Aluna Bu."
"Iya Pak."
Adnan bangkit dari duduknya. Begitu juga dengan Aluna. Dia juga mengikuti ayahnya berdiri.
"Kalau begitu, saya pulang dulu ya Bu. Terimakasih banyak untuk kebaikan ibu selama ini sama anak saya."
"Iya Pak. Sama-sama."
Setelah berpamitan pada Bu Wina, Adnan kemudian keluar dari rumah Bu Wina. Adnan membawa Aluna masuk ke dalam mobil dan meluncur pergi meninggalkan rumah Bu Wina..
karena ketika enak sj yg d kejar setelah dapat akan di balik kondisinya. apalagi kau memulai ny dgn tidak baik.
.
buat koreksi aj kak, agar ke depan ceritanya lebih enak di baca, ^^