Bahaya!
Seorang gadis manis menjual dirinya sendiri pada kakak iparnya. Kirana namanya dia mendapat perlakuan sadis dari sang suami yang menyuruhnya menjadi wanita malam.
Kirana tidak pernah di sentuh oleh suaminya, sehingga hubungan terlarang antara dirinya dan kakak iparnya perlahan menjadi sebuah kerangka cinta.
Mampukah cinta mereka meruntuhkan norma, dan membebaskan Kirana dari cengkeraman suaminya?
Simak kisah lengkapnya dalam Novel Pelacur tapi Perawan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misterius
"Siapa kamu?" Jack berdiri dari tempat duduknya dan menatap intens ke arah wanita yang datang secara tiba tiba itu.
"Cih, kau mencari Atta hanya untuk masalah seperti itu. Aku malu jadi mahluk satu spesies dengan kalian, bila hanya mencari keberadaan semut saja tidak bisa." Wanita itu berbicara dengan arogan dan wajah yang datar.
"Ahhh.. memuaakan, bila saja Afika tidak minta aku sudah membiarkan ini." Wanita itu mulai menyabotase komputer di tempat tersebut saat membuka leptopnya, dia mengetik dengan kecepatan jari yang sangat luar biasa hingga sebuah tampilan peta nampak di layar komputer utama.
Semua orang terbelalak saat mereka melihat bagaimana gadis itu dengan mudah merangkai berbagai hal yang rumit menjadi jalan keluar dan menemukan banyak fakta mengejutkan.
"Sudah, tuh dia di sana." Gadis itu menunjuk ke salah satu bangunan megah dengan jumlah pelayan dan penjaga sangat banyak.
"Tunggu, apa maksudmu? Bukankah itu kediaman wali kota?" Jack menatap heran ke arah sang gadis.
"Wali kota apa maksudmu? Mayat itu?" Gadis itu menunjukkan sebuah pemandangan mengerikan dimana sosok mayat pria terkapar di tong sampah tepat di belakang kediaman megah itu.
"Sudahlah, aku lelah. Kalian lakukan saja sendiri sisanya." Wanita itu berbalik dan pergi meninggalkan mereka semua, semua orang terpaku menyaksikan bagaiamana kebrutalan seorang Joshua.
Di kamar rawat, Alvin dengan telaten menyuapi Kirana dengan hati hati, meski perlahan namun kini nampak perubahan besar pada wajah Kirana yang nampak sudah tidak pucat lagi.
"Kak, kakak belum makan apa apa loh?" Kirana mengerucutkan bibirnya membuat kesan imut yang membuat Alvin terkekeh menatapnya.
"Ohh, lagi mode manja nih?" Alvin duduk di tepi ranjang dan menyimpan piring yang semula di pegangnya.
"Enggak kok, siapa yang lagi mode aneh seperti itu. Aku cuma bilang kakak cepet makan nanti sakit loh." Kirana mengusap tangan Alvin yang sedari tadi berada di atas perutnya.
"Kakak kenapa?" Kirana bertanya merasa aneh dengan tindakan Alvin, bahkan dirinya tak merasa sakit perut namun Alvin selalu mengelus perutnya.
"Saat aku memberi tahu ini, kamu janji jangan kaget dan aneh aneh ya?" Alvin meminta dengan sepenuh hati seraya menggenggam tangan Kirana yang semula berada di atas lengannya.
"Yah kak, mana bisa berjanji hal aneh seperti itu? Aku aja belum tau apa yang akan kakak katakan masa iya aku harus udah janji duluan." Kirana menatap curiga ke arah Alvin.
"Pokonya kamu jangan benci sama aku atau apapun ya?" Alvin menggenggam tangan Kirana memohon agar dapat ampunan dari wanita itu.
"Hmm.. ya tergantung, kakak misterius banget si." Kirana menatap dalam ke arah mata Alvin seolah dirinya tengah mencari jawaban di sana.
"Hahhh.. baiklah. Ran, kamu tahukan bila setiap manusia pasti mengidamkan memiliki keturunan?" Mata Kirana membulat, apa jangan jangan Alvin ingin melakukan itu saat dirinya lemah seperti ini? Pikir Kirana.
"Kak, aku masih sakit loh." Kirana menunjuk ke arah infusan yang masih melekat di lengan kanannya.
"Enggak Ran, bukan itu maksudku. Maksudku, sekarang kamu lagi hamil sayang, dan bayinya sangat lemah sekarang." Alvin berbicara dengan suara yang perlahan di kecilkan karena takut bila Kirana akan marah saat mendengarnya.
Kirana mengangguk faham saat mendengar penuturan Alvin, dia tersenyum lembut dan mengelus tangan Alvin.
"Kenapa harus takut mengatakan hal semacam itu kak? Bukankah ini anak kita?" Kirana menekankan kata anak kita dalam kalimatnya yang sontak membuat mata Alvin berkaca kaca dan mengangguk menyetujui dengan apa yang di ucapkan Kirana.
"Benar sayang, terimakasih." Alvin memeluk Kirana dengan segenap perasaan dalam dadanya yang bergemuruh hebat.
"Ran, menikahlah dengan ku." Alvin meminta sesuatu hal yang mungkin sulit di berikan oleh Kirana saat statusnya kini.
"Kak, apa aku pantas?" Kirana merasakan matanya yang tiba tiba terasa pedih seolah oleh Alvin saat ini tengah mengiris bawang yang menyebabkan dirinya larut dalam perasaan yang aneh.
"Kamu sangat pantas sayang." Alvin mengecup bibir Kirana seolah dunia kini menjadi milik mereka berdua dan berfikir bila orang orang saat ini hanya sedang ngontrak saja.
Tok.. Tok.. Tok..
Suara pintu membuyarkan ciuman romantis mereka dan mata mereka akhirnya tertuju ke arah pintu, dimana suara itu berasal saat ini.
"Masuk." Perintah Alvin hingga dua orang wanita cantik memasuki ruangan, yang satu membawa buah buahan dan yang satu membawa buket bunga dan sebuah kotak.
"Tata?" Alvin berbisik menatap seorang wanita bertubuh tinggi dengan penampilan sungguh mempesona dan gaya modis yang luar biasa keren dalam balutan pakaian yang dia gunakan.
"Siapa kak?" Kirana menatap Alvin yang nampak terpaku menatap Tata yang begitu sangat cantik bersama dengan seorang gadis imut dan tidak kalah cantik dari Atta.
"Hello beby, lama gak ke butik." Tata cupuka cipiki dengan Alvin yang sontak aroma lemon tercium dari mata Kirana.
"Hai cantik, in..." Belum selesai Tata menyapa Kirana gadis di sampingnya sudah menarik lengan Tata dan melingkarkan kedua tangannya di tangan kanan Tata.
"Jangan cemburu gitu dong sayang." Tata menangkup kedua pipi gadis itu dan mengecup bibirnya.
Sontak Alvin dan Kirana melotot menatap kejadian itu, hawa lemon dalam mata Kirana perlahan menghilang. Alvin menutup mata Kirana namun Kirana segera menepisnya dan ternganga menatap kejadian tersebut.
"Oh ya semuanya kenalin ini Afika, tunangan ku." Wajah Alvin tiba tiba serius dan langsung tergugu dengan pernyataan tersebut.
"Alvin, aku ucapkan terimakasih kepadamu karena saat aku datang kemari kau yang pertama kali menerima kemampuan ku. Kau juga tak sungkan memberi banyak modal pada ku. Aku mau pamit untuk melakukan sesuatu yang harus aku selesaikan." Tata menerangkan panjang lebar dan menyerahkan sebuah kotak pada Alvin.
"Itu hadiah dariku, dan sesuatu hal di butik sudah aku siapakan mungkin besok akan di kirimkan ke rumahmu. Malam ini kami akan berangkat." Tata tersenyum ke arah Kirana dan memeluk Afika agar gadis itu tidak cemburu.
"Aku pamit, semoga anaknya sehat ya bye bye.." Tata dan Afika kembali melangkahkan kakinya menuju luar dan mereka langsung melangkah pergi.
"Tunggu, bukankah lift di jaga ke arah sini dan siapapun tidak ada yang bisa masuk kecuali Jack." Alvin baru tersadar akan hal itu dan langsung menaruh kotak pemberian Tata dan belari ke arah pintu.
Di pintu lift nampak dua orang bertubuh besar tengah berjaga, Alvin celingukan nampak keduanya juga merasa bingung dengan kedatangan Alvin.
"Kenapa tadi kalian membiarkan dua orang wanita ke ruangan Kirana hah?" Alvin bertanya dengan sorot mata tajam.
"Tapi tuan, kami tidak pernah mengizinkan siapapun kemari dan sejak tadi belum ada siapapun yang naik melalui lift kemari tuan."
Bersambung...
Mbak baru mau maraton lagi dikarya kak Nuah yang sudah tamat
ceritanya bagus👍👍