Setelah menyelesaikan pendidikan tinggi dan memperoleh gelar sarjana di bidang hukum, Christ menjadi pengacara di salah satu firma hukum terbesar di Jakarta. Namun, setelah 15 tahun bekerja di sana, ia memutuskan untuk mengundurkan diri dan membentuk firma hukum sendiri untuk menyelidiki kasus pembunuhan Ibunya dan membalaskan dendam.
Selama proses penyelidikan, Christ bertemu dengan seorang wanita cantik bernama Yuli yang membantunya. Yuli selalu menemaninya selama penyelidikan dan akhirnya timbul rasa cinta di antara keduanya.
Namun, dalam perjalanannya untuk membalaskan dendam, Christ menemukan bahwa ada lebih banyak yang terlibat dalam kasus tersebut daripada yang ia duga. Ia menemukan fakta bahwa pamannya, bos mafia terbesar di kota Jakarta, adalah dalang di balik pembunuhan Ibunya.
Lantas, apakah Christ berhasil membalaskan dendam atas kematian ibunya itu? Atau dia hanya ingin melupakan balas dendam dan memilih hidup bersama dan berbahagia dengan Yuli?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faisal Fanani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SECTION 012
“Ya, tentu. Mungkin aku hanya membutuhkan pijatan refleksi untuk punggungku.”
“Dengar kalian semua!” tegas Christ pada sepuluh preman itu. “Jika kalian masih ingin berada di tempat ini, maka kalian harus melakukan apa yang kusuruh, dan aku akan membiarkan kalian tinggal disini.
Jika tidak, kalian bisa hengkang dari tempat ini. Pilihan ada di tangan kalian. Kalian ingin bekerja bersamaku, atau kalian akan menjadi preman gelandangan.”
Asep merangkak dan berlutut di kaki Christ. Memegangi pipi dan bibirnya yang lebam.
“Maafkan kami, Bos. Tolong jangan usir kami. Kami tak punya tempat tinggal lain selain disini. Aku dan akan buahku berjanji akan setia kepadamu,” ucap Asep memelas.
Meski hanya ketua preman kampung, dia masih memiliki rasa tanggung jawab pada semua anak buahnya.
“Nah, pilihan yang bagus, Sep!” Christ menjentikkan jari. Mengacungkan jempolnya pada Asep. “Coba saja kau berkata seperti ini sejak awal, mungkin kau dan anak buahmu tak akan bababk belur.”
Asep menunduk lesu.
“Mulai sekarang, kau dan semua anak buahmu harus melakukan apa yang dikatakan olehnya.” Christ menunjuk Gun yang berdiri di sebelahnya. “Dia adalah Guntur, asisten sekaligus Manajer pribadiku.”
“Siap, Bos!” Asep berdiri dan membungkuk di depan Christ.
“Kalian semua, Berdiri! Beri salam pada Tuan baru kita.”
Sembilan anak buah Asep segera berdiri serempak dan memberikan hormat pada Christ.
“Mulai hari ini, aku akan menjadi adikmu, Manajer Gun.” Asep balik membungkuk pada Guntur.
“Wah, apa-apaan ini?” Guntur ilfil pada Asep yang langsung sok dekat padanya.
“Selamat datang di Bekasi, Tuan Christ dan Manajer Gun!”
Asep bersorak mengangkat tangannya.
SELAMAT DATANG!!! Semua anak buah Asep serempak memberikan ucapan selamat datang.
Christ hanya duduk manis di sofa dan meringis melihat kelakuan para preman kampung itu.
***
Tak jauh dari lokasi gedung Christ, terdapat sebuah rumah sederhana yang sekaligus dijadikan studio foto oleh pemiliknya.
Terlihat pula Yuli yang berjalan dengan lesu. Dia menarik koper besar dan menggendong tas ransel, lalu masuk ke dalam studio itu.
TOK TOK! “Permisi!” Yuli mengetuk pintu.
“Ya, silahkan masuk.” Seorang pria berumur 50 tahunan sedang fokus membersihkan beberapa perabot dan mengelap foto-foto yang terpampang di studio kecil miliknya.
Yuli tersenyum kecil kembali mengetuk pintu. TOK TOK.
“Astaga, ternyata itu kau, Nak.” Pria itu menyeringai lebar. Dia adalah Ayah Yuli. “Ada apa Pengacara Yuli ke tempat ini? Ada yang bisa saya bantu?” Ayah Yuli berbasa-basi.
“Apa yang sedang Ayah lakukan?” tanya Yuli. Dia membawa masuk koper ke dalam studio dan meletakkannya di ruang tamu yang cukup sempit.
“Tak ada. Ayah hanya melakukan hal yang sama setiap harinya. Membuka studio dan membersihkan pajangan dan pesanan foto dari beberapa pelanggan,” jawab Sang Ayah.
Yuli adalah seorang anak yatim. Dia hanya hidup dengan ayahnya di tempat tinggal yang cukup sederhana itu. Ibunya telah meninggal semenjak dia masih menempuh pendidikan Sarjana Hukum.
Saat menempuh pendidikan tinggi, Yuli termasuk mahasiswa yang memiliki nilai tertinggi, sehingga dia mendapatkan beasiswa penuh dari pemerintah saat menempuh pendidikan.
Hal itu membuat Ayahnya sangat bangga kepada Yuli. Dengan pekerjaannya sebagai tukang foto dan pemilik studio kecil-kecilan, dia tak akan mampu membiayai uang kuliah Yuli yang sangat mahal.
Semenjak ibunya meninggal, Yuli selalu hidup dengan mandiri, dan tak pernah sama sekali merepotkan ayahnya. Dia tahu bahwa penghasilan Ayahnya tak akan cukup untuk membiayai pendidikannya.