NovelToon NovelToon
Jejak Luka Sang Mafia

Jejak Luka Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Nikah Kontrak / Cinta Paksa
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sonata 85

Gavin Alvareza, pria berdarah dingin dari keluarga mafia paling disegani, akhirnya melunak demi satu hal: cinta. Namun, di hari pernikahannya, Vanesa wanita yang ia cintai dan percaya—menghilang tanpa jejak. Gaun putih yang seharusnya menyatukan dua hati berubah menjadi lambang pengkhianatan. Di balik pelaminan yang kosong, tersimpan rahasia kelam tentang cinta terlarang, dendam keluarga, dan pernikahan gelap orang tua mereka.
Vanesa tidak pernah berniat lari. Tapi ketika kenyataan bahwa ibunya menikahi ayah Gavin terkuak, dunianya runtuh. Di sisi lain, Gavin kehilangan lebih dari cinta—ibunya bunuh diri karena pengkhianatan yang sama. Amarah pun menyala. Hati yang dulu ingin melindungi kini bersumpah membalas.
Dulu Gavin mencintai Vanesa sebagai calon istri. Kini ia mengincarnya sebagai musuh.
Apakah cinta mereka cukup kuat untuk melawan darah, dendam, dan luka?
Atau justru akan berakhir menjadi bara yang membakar semuanya habis?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sonata 85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Permainan Terakhir Vanesa

Vanesa melangkah cepat keluar dari rumah. Angin malam mengibarkan ujung gaunnya, seperti ingin menahan kepergiannya. Di belakangnya, langkah tergesa Damian menyusul.

“Kamu mau ke mana, Vanesa?” serunya.

Vanesa menoleh sebentar, sorot matanya tajam namun tenang. “Ini rumah kamu, Mas. Aku akan pergi… seperti yang kalian inginkan.”

Tanpa menunggu jawaban, ia membuka pintu mobil hitam yang biasa dipakai Damian. Mobil itu tampak masih mulus, elegan. Kunci diputar, mesin menyala. Damian mendekat dengan alis berkerut.

“Mobil itu... bukannya sudah kamu jual?”

Vanesa tersenyum miring. “Ini mobilku, Mas. Aku membelinya dulu dengan susah payah. Aku tidak akan menjualnya.”

Wajah Damian menegang. “Lalu... mobilku yang mana?”

“Kamu kan sudah beli mobil mewah atas namamu sendiri. Tinggal bayar cicilannya setiap bulan.”

“Apa…? Kamu mempermainkanku, Vanesa?”

Vanesa menurunkan kaca jendela, menatap Damian dengan mata setenang air dan sedingin es. “Rumah jatuh tempo tanggal lima. Mobil tanggal sembilan. Aku yakin kamu cukup pintar untuk menghitungnya.”

“Vanesa... jangan bilang kalau rumah ini juga.” Damian tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya.

“Iya,” jawab Vanesa tegas. “Kamu beli rumah ini pakai uangmu. Tapi uang mukanya, aku jual perhiasan. Tiga ratus juta masuk sebagai DP. Sisanya... kamu yang cicil selama setahun. Oh, hampir lupa.” Ia mengeluarkan kartu dari dompet dan menyodorkannya keluar jendela. “Ini, kartu kreditmu.”

Damian menatap kartu itu seolah melihat bom waktu. Tangannya gemetar.

“Vanesa! Kamu pakai kartuku sebanyak itu?!”

“Aku pakai untuk beli rumah ini, untuk kamu dan ibumu,” ucap Vanesa. “Beli rumah pakai uang sendiri, beli mobil pakai uang sendiri. Itu baru adil, kan?”

“Lalu… rumah yang kamu jual?!”

Vanesa mengangkat dagunya. “Itu rumah Papi. Aku pindahkan semua perabotannya ke sana. Rumah itu tetap milikku.”

‘Kurang ajar kamu!’ Damian hampir meneriakkan kalimat itu. “Kamu menipuku!”

Vanesa tersenyum tenang. “Aku tidak menipu. Kalian saja yang terlalu percaya diri. Aku tahu semua rencana kalian. Aku cuma ikut main, Mas.”

Ia sempat terdiam sejenak, lalu melanjutkan dengan suara datar, “Oh ya... Hati-hati sama Iren. Wanita itu suka gonta-ganti pasangan. Jangan sampai kamu ketularan sesuatu.”

Wajah Damian berubah pucat. Perutnya seolah terbalik. Ia memuntahkan isi lambungnya di halaman depan. Lututnya lemas, pikirannya kacau.

Vanesa menyalakan mesin mobil. “Aku pergi. Nikmati rumah barumu. Surat perceraian akan segera aku urus.”

Damian sontak berdiri. “Tidak! Aku tidak mau bercerai!”

Vanesa menoleh. Senyum penuh kemenangan terbit di bibirnya. “Kalau begitu... bagaimana kalau video mesummu dengan Iren aku kirim ke Gavin?”

Wajah Damian seketika hancur.

“Vanesa, Sayang...”

Tapi Vanesa sudah pergi. Mobil itu melesat meninggalkan perumahan elite, meninggalkan jejak debu dan kekalahan.

Damian terduduk lemas. Kepalanya ia cengkram dengan kasar. Tubuhnya terasa ringan, seperti kehilangan tulang. Iren mendekat, mencoba menyentuh tangannya.

“Sayang… aku bisa jelaskan—”

“Enyahlah!” Damian menghardik, menatapnya tajam. “Kamu penipu. Wanita murahan seperti kamu nggak pantas ada di depan mataku!”

“Sayang… tolong, jangan begini—”

“Jangan panggil aku sayang!” Damian menunjuk wajahnya. “Kalau kamu nggak datang merayuku, rumah tanggaku nggak akan hancur begini!”

Iren mencoba membela diri. “Vanesa berbohong—”

“Lalu bagaimana dengan kehamilanmu?” Damian menantangnya. “Kamu cuma ngaku-ngaku hamil biar aku menikahimu?”

Iren menunduk, suaranya pelan, “Aku memang hamil. Tapi saat pulang dari Jerman... aku keguguran.”

Damian mengangkat tangannya, menyuruh Iren berhenti bicara. “Aku tidak percaya lagi sama kamu.”

Dari dalam rumah, terdengar langkah tergesa. Ibunya muncul, wajahnya pucat pasi. “Jadi kamu bukan anak orang kaya?”

Iren mengangguk pelan, hampir tak terdengar suaranya. “Maaf, Bu…”

“Kamu menipu aku juga?!”

Tepat saat itu, pemilik perumahan datang membawa berkas. Ia menyerahkan rincian biaya cicilan rumah mewah itu.

“Ini rincian cicilan rumah Bapak. Totalnya segini tiap bulan.”

Melihat nominalnya, lutut Damian bergetar. Gajinya jelas tidak akan cukup. Cicilan rumah, cicilan mobil, dan utang kartu kredit—semuanya seperti jerat.

“Saya nggak jadi pindah ke sini! Ini terlalu mahal! Kembalikan DP-nya!”

Wanita itu menggeleng. “Maaf, Pak. Istri Bapak yang setuju. Saya nggak bisa kembalikan DP semudah itu.”

Damian menahan napas. Dunia di sekelilingnya mulai berputar. Ibunya ikut membaca rincian tagihan, lalu menjerit kecil sebelum akhirnya... pingsan.

Damian panik. “Bu?! Bu?!”

Tapi tubuh wanita itu terkulai. Karma datang secepat kilat. Dulu, mereka ingin menyingkirkan Vanesa. Sekarang, giliran mereka yang terjerat permainan sendiri. Iren pun tak lebih dari pecundang yang ketahuan menipu semuanya.

*

Vanesa memacu kendaraannya dengan kecepatan sedang. Lagu patah hati mengalun pelan, mengiringi pikiran yang penuh luka. Walau menang, hatinya tetap nyeri.

“Aku akan menyandang status janda,” gumamnya sambil tertawa getir.

Tak ada niat sebenarnya untuk berpisah. Tapi realita memaksanya melangkah.

Mobil berhenti di depan rumah sakit. Vanesa masuk ke kamar rawat sang ayah. Lelaki tua itu tertidur pulas, efek suntikan membuatnya tenang untuk sementara.

Tak lama, dokter masuk ditemani perawat. “Besok kami jadwalkan operasi pemasangan ring. Apa tidak ada keluarga lain yang bisa mendampingi?”

Vanesa menggeleng. “Hanya saya dan adik saya, Dok.”

“Adikmu bisa bergantian jaga?”

Ia menghela napas berat. “Adikku... menghilang. Entah ke mana.”

Dokter hanya mengangguk, lalu keluar. Vanesa terduduk lemas di kursi. Melihat rincian biaya operasi. Vanesa menghela napas.

Ponselnya berdering. Nama Gavin terpampang di layar.

“Gavin…?”

“Iya. Kamu di mana?” suara dingin itu menggedor ketenangannya. “Aku sudah lakukan bagianku. Apa kamu tidak menepati janjimu?”

“Aku cuma pamit ke Papi—”

“Tak peduli. Kamu harus di sini dalam tiga puluh menit.”

Klik.

Telepon ditutup sepihak. Vanesa menahan umpatan, lalu masuk ke kamar ayahnya. Ia menggenggam tangan tua itu dengan lembut.

“Papi harus kuat. Kita akan ambil kembali semua yang jadi milik Papi. Aku sudah siapkan semuanya. Sekarang giliran Papi bangun, dampingi aku sampai akhir,” bisiknya.

Ia keluar dari rumah sakit dan kembali ke mobil. Tujuannya: apartemen Gavin.

Pintu apartemen terbuka. Di dalam, Gavin berdiri sambil menatapnya dengan sorot dingin.

“Mari kita mulai. Di sini. Apartemenku tempat paling aman,” ucapnya sambil menyerahkan segelas wine padanya.

Vanesa menatapnya dengan sorot tak terbaca.

 “Bersiaplah, Vanesa. Setelah malam ini, tak akan ada jalan kembali…”

Bersambung.

1
Bella syaf
capek, tapi mengaduk perasaanku 😭
Bella syaf
aku sedih terus baca ini ya Allah 😭
Bella syaf
sakitnya sampe ke pembaca Thor 😭
ini cerita bener2 sedih dari awal sampe bab ini
Bella syaf
penuh perhitungan, hitung semua Gavin 🤭
Bella syaf
tapi penghinaan mu kejam Gavin, aku bacanya sakit hati
Bella syaf
vanes kamu ngeselin bgt
Bella syaf
kelam banget 🥲
Bella syaf
Thor, kasian vanesha 🥲
Bella syaf
rahasia apakah?
Bella syaf
sedih ngebayangin jadi vanesha
Bella syaf
ini relate ya sama kehidupan asli, kebanyakan begini lelaki skrg
Bella syaf
awal cerita yang bagus, kasihan Gavin dan vanesha 🥲
Hesty
gavin egois thor... punyaistri 2....
Mamanya Raja
lanjut Thor sepertinya ceritanya bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!