BOCIL HARAP MENEPI DULU.
*
"
Valencia Remi, seorang gadis muda usia 19 tahun dari desa. Dia memiliki rambut hitam panjang dan mata coklat yang indah. Senyumnya manis dan lembut, membuat semua orang jatuh cinta pada-nya. Cia Pergi ke kota jakarta untuk mengejar impian kuliah di universitas.
*
Cia berteman dengan seorang yang sudah lama tingal di jakarta dan memperkenalkan Kehidupan malam kota yang glamor.
*
Cia mulai terjebak dalam pergaulan bebas dan mengenal Aksa yang menawarkan Kehidupan mewah.
*******
"Jadi Cewek Gue, makan seluruh kehidupan Lo....Gue yang tanggung." Kata Aksa.
*
"Kamu tau kan ? Aku sudah punya pacar." Jawab Cia.
*
*
Penasaran dengan pilihan Cia ? Yuk ikuti kisahnya..!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Menuntut Tanggung jawab
0o0__0o0
Kos-kosan Jam 18.00 malam
Aksa duduk tenang di sofa sambil menghisap rokok yang terselip di sudut bibirnya. Setelah kejadian panas beberapa jam lalu dimana cowok dingin itu melecehkan Cia dalam kondisi tertidur.
Aksa tetap tenang tanpa rasa bersalah sama sekali, tatapan matanya tidak lepas dari arah ranjang. Di mana di sana terdapat gadis kesayangan yang lagi tertidur pulas. Hingga akhirnya suara ketukan pintu dari luar membuyarkan imajinasi-nya.
Tok..! Tok..! Tok..!
"Dedek gemes Abang datang" Teriak Jefri dari balik pintu kamar kos Cia.
Cowok tengil itu berdiri dengan wajah sumringah, di lantai sudah banyak tas belanjaan yang tergeletak menunggu di jemput sang pemilik.
Jefri belanja banyak barang untuk kebutuhan Cia, mulai dari isi perut dan kebutuhan dari ujung kaki sampai ujung rambut. Cowok itu melaksakan Perintah Aksa untuk membeli semua kebutuhan Cia dengan lengkap.
Ceklek...!
Aksa membuka pintu kamar kos Cia, Cowok itu memandang datar sang sahabat yang sudah nyengir garing di depan'nya.
"Lama amat Lo bro, tinggal buka pintu doang butuh waktu sampai 5 menit. Kaki gue pegel bro di tambah gue udah keliling mall hampir sehari full. Ujar'nya lebay.
Aksa mendengus datar, Ia menengadah-kan tangan-nya ke depan Jefri. "Cepat." Ucap'nya singkat.
Jefri yang paham langsung menaruh black cart ke tangan Aksa dengan senang hati. "Tuh, gue udah pakai seloyal mungkin." Cengir-nya.
Aksa langsung memasukkan black cart nya ke dalam saku celana. "Pergi dan jangan ganggu gue." Usir-nya datar.
Jefri langsung masam "Ah ilah Bos, tega amat Lo ma temen. Minimal kasih gue masuk buat lihat dedek gemes dulu lah." Pancing-nya.
Seketika raut wajah Aksa berubah dingin, Cowok itu menatap tajam ke arah Jefri. "Dia milik gue." Tekan Aksa dingin.
"Minimal jadian dulu, baru ngaku hak milik. Jangan di balik." Ejek Jefri tanpa takut.
Bug...!
Aksa menendang perut Jefri dengan setengah tenaga, namun itu sukses membuat Jefri terjungkal ke belakang.
Bruk...!
"Argkkk...Mami."
Jefri langsung memegang perut dan pantatnya yang terasa nyut-nyutan. "Dasar kulkas 10 pintu, gue doain dedek gemes gak mau sama Lo." Dumel-nya sebal.
Aksa yang membungkuk mungutin tas belanjaan di lantai, langsung melayangkan Tatapan Tajam ke arah Jefri. Tatapan yang siap mengikuti mangsa-nya hidup-hidup.
"Mau gue robek mulut rombeng Lo itu, Hem ?" Ancam-nya dingin. Tidak main-main.
Glek..!
Jefri menelan ludahnya kasar sambil nyengir kaku. "Ampun suhu, gue pergi. Jangan lupa nanti malam Lo ada tanding." Ujar-nya.
Jefri langsung ngacir pergi dari sana karena takut dengan ancaman Aksa yang tidak main-main.
0o0__0o0
Di dalam kamar Aksa dengan sabar menata semua barang-barang belanjaan di tempat-nya. Pertama kali dalam hidupnya cowok yang biasa di layani mau repot-repot mengerjakan hal yang menurut-nya menyebalkan.
Aksa menata sosis, nuget, bakso, susu, roti, selai, berbagai macam Snack sehat, air minum, buah-buahan ke dalam kulkas mini. Cowok itu juga menata skincare mahal ke atas meja rias dengan rapi.
Aksa juga menata baju-baju Cia ke dalam lemari dan ternyata Jefri juga membelikan baju-baju untuk Aksa sesuai permintaan. Dia menata semua'nya dengan tersusun rapi.
Kini semua isi lemari dan isi kulkas Cia sudah full tanpa cela sedikitpun. Aksa seroyal itu untuk memenuhi semua kebutuhan Cia.
Aksa juga menyelipkan beberapa lembar uang merah ke dalam lemari Cia yang dia ambil di dompet-nya, tanpa perlu di hitung jumlah-nya.
Entah berapa jumlah-nya ? Biar Cia sendiri nanti yang menghitung-nya.
Setelah selesai membereskan semua-nya, Aksa melangkah ke kamar mandi milik Cia dengan menenteng perlengkapan mandi di tangan-nya.
Tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya, dia menata semua kebutuhan mandi dirinya dan Cia di tempat-nya.
Aksa tersenyum tipis memandangi perlengkapan mandi itu, dengan pikiran yang berkeliaran kemana-mana.
"Sial, gue jadi membayangkan mandi berdua bareng Cia." Gerutu-nya.
"Tidak sekarang, pelan-pelan semua itu akan terealisasi nanti-nya." Ujar'nya menyeringai.
Aksa berjalan ke arah shower, laki-laki tampan itu perlu mendinginkan tubuh'nya. Guna menengkan jiwa kelakian-nya yang sudah berontak.
"Sial, milik gue jadi murahan sekali hanya dengan mem-bayangkan yang iya-iya bareng Valen."
0o0__0o0
Di atas ranjang Cia mulai menggeliat, mata-nya mengerjap-ngerjap lucu sambil menguap lebar. Dengan tangan di rentangkan ke atas.
Cia bangun perlahan lalu bersandar di ranjang, dahi'nya mengernyit bingung.
"Kok aku bisa ada di sini ?" Guman'nya bingung.
Cia menoleh ke arah jam dinding dan ternyata sudah pukul 7 malam, seketika bola mata Cia langsung membuka lebar.
"Astaga sudah jam segitu, berati aku tidur sudah lama banget dong. Tumben banget aku tertidur sampai lama banget." Heran-nya.
Kruk..! Kruk..! Kruk..!
Perut Cia berbunyi nyaring, tangan Cia mengelus perut rata-nya prihatin. "Cacing-cacing aku pasti kelaparan." Guman'nya sendiri.
Cia gegas bangkit dari atas ranjang, namun saat berdiri Ia merasa ada yang aneh. Gadis itu pun terdiam kaku di samping ranjang.
"Kok aku merasa puting ku nyeri ya..! dan area intim milik ku berasa sedikit lengket, rasanya tidak nyaman." Guman Cia terheran-heran.
"Sudahlah mungkin karena aku belum mandi." Ujar-nya.
Cia berjalan menuju kulkas hendak mengambil air minum dan betapa terkejutnya gadis itu, saat melihat kulkas-nya penuh dengan berbagai macam jenis.
"Loh..Loh ini kok mendadak penuh, perasaan aku belum belanja."
Blam...!
Cia menutup kencang kulkas-nya, Ia mundur kebelakang sambil menatap ke sekeliling ruangan kamar kos-nya.
"Jangan bilang di sini tiba-tiba ada Jinny oh jonny." Guman'nya merinding sendiri.
"Tidak mungkin Cia, Kamu pikir ini sinetron." Rutuk-nya sendiri.
"Ini pasti gara-gara aku baru bangun tidur dan belum mandi, jadi mata aku bermasalah. Ya, benar. Pasti begitu."
Cia memutar tubuh-nya cepat dan hidung-nya langsung mencium dada bidang telanjang. Hidung-nya gadis itu mengendus-endus wangi tubuh'nya yang terasa segar.
"Kayak-nya memang benar mata aku bermasalah." Guman'nya pelan.
Tangan Cia naik meraba-raba dada bidang itu yang nampak keras, tangan'nya perlahan turun meraba-raba perut yang di penuhi dengan deretan roti sobek.
Mata Cia terpaku pada perut yang begitu menggoda iman "Ini terlihat sangat nyata kok. Tangan aku jelas bisa merasakan-nya." Guman'nya lagi.
Aksa memejamkan mata-nya rapat-rapat, elusan lembut tangan Cia berhasil memancing libido-nya.
Pusaka'nya semakin mengeras sempurna di dalam sana, akibat terpancing tangan nakal Cia.
Tatapan mata Cia terus turun menatap ke bawah, "Loh, ini pakai handuk dan kakinya nampak di atas lantai. Berarti ini____" Ucapan Cia terhenti.
Pelan tapi pasti, Cia mendongak ke atas dan gadis itu langsung terperanjat kaget.
"Aaaaaaa...Setan" Cia teriak panik dengan suara melengking.
PLAK..!
Reflek tangan Cia menampar pipi Aksa karena terkejut, saat melihat wajah Aksa yang begitu menyeramkan di mata-nya.
Aksa mengeraskan rahang-nya, cowok itu menatap dingin Cia dengan bola mata menajam bak elang yang siap mematuk mangsa-nya.
Deg...!
Cian terdiam sejenak dengan jantung yang berdetak kencang. Tatapan mata Aksa benar-benar membuat tubuh-nya bergetar takut.
"Lo tau ? Kesalahan fatal apa yang Lo perbuat, Valen ?" Tanya-nya dingin.
Cia meng-gelengkan kepala'nya pelan sebagai jawaban.
Aksa maju mendekat ke arah Cia yang mundur kebelakang sampai mentok di samping ranjang.
Cia meng-gelengkan kepala'nya panik saat Ia merasa sudah terpojok dan tidak bisa kemana-mana lagi.
"Ak_aksa..." Cia gagap. Menatap Aksa takut.
"Pertama : Tangan Lo sudah lancang meraba-raba tubuh gue."
"Ke-dua : Tangan Lo dengan berani menampar pipi gue Sampai terasa kebas.
"Ke-tiga : Lo membuat aset berharga gue semakin terbangun."
Aksa terus maju hingga kini Cia sudah merebahkan tubuh-nya di ranjang. Tubuh Cia gemetar, Ia takut dan panik saat mendapati Aksa seperti singa buas yang siap menerkam lawan-nya.
"Ak_aksa, Aku minta maaf. A_aku tidak sengaja." Gagap Cia.
Aksa menatap Cia datar " Tidak sengaja ?" Ulang-nya dingin.
Cia mengangguk cepat dengan jantung berdetak kencang, tatapan mata'nya bergerak liar menatap tubuh Aksa yang di penuhi oleh otot-otot.
Aksa menyeringai tipis dengan sekali tarikan kuat, handuk yang membungkus pinggang-nya terbang ke belakang. Kini Cowok itu sudah telanjang bulat di depan Cia.
Mata Cia melotot terkejut, untuk kedua kali'nya Ia melihat aset Aksa. Namun kali ini lebih jelas dan intens dari sebelum-nya.
"Aksa ka_kamu ngapain ?" Cia panik. Jantung-nya berdetak semakin cepat.
Tubuh-nya gemetar, Ia ingin teriak namun suaranya terasa tercekat di tenggorokan. Benda ber-urat milik-nya tepat berada di depan bibir Cia.
"A_aksa A____"
"Sstt..." Aksa menaruh jari telunjuk-nya di bibir Cia.
Aksa merendahkan tubuh-nya hingga kini tatapan ke-dua bertemu. Aksa menatap Cia dengan begitu dalam, tersirat penuh gairah.
"Valen, Tanggung jawab atau gue perkosa Lo." Kata-nya dengan suara rendah. Namun mengandung ancaman tidak main-main.
Glek..!
Untuk kesekian kalinya Cia menelan ludah-nya kasar, Ia takut, Ia ingin menolak. Namun ancaman Aksa membuat tubuh-nya membeku kaku di tempat.
Aksa mengambil tangan Cia, pelan tapi pasti Ia menuntun tangan Cia sampai menyentuh pusaka'nya.
Tubuh Cia gemetar kaku saat merasakan telapak tangan'nya meng-genggam benda ber-urat milik-nya. Rasanya sangat kokoh dan besar, hampir tidak muat di genggaman tangan kecil-nya.
"Gerakan tangan Lo, maju-mundur dengan pelan." Instruksi-nya pelan, namun terdengar mendesak.
Glek...!
Lagi dan lagi Cia menelan ludah'nya kasar, tangan-nya mulai bergerak naik-turun dengan kaku. Tatapan mata Cia terpaku pada pusaka Aksa.
"Enggh...Yeah, seperti itu Valen."
Mata Aksa terpejam rapat menikmati kocokan kaku tangan Cia, namun itu cukup membuat-nya mengerang nikmat.
"Lebih cepat lagi, Valen." Pinta-nya serak.
Cia menatap wajah Aksa dari bawah, Ia sempat terpaku sejenak dengan pesona Aksa yang berkali-kali lipat menggoda saat lagi bergairah.
"Ahhh...Valen."
Aksa mendesah nge-bas dan itu terdengar merdu di telinga Cia.
"Apa senikmat itu ?" Guman Cia membatin.
Sedikit demi sedikit otak polos Cia mulai terkontaminasi dengan hal-hal berbau vulgar. Dan itu cukup memancing rasa ingin tau dan rasa penasaran untuk-nya.
"Stop Valen." Tiba-tiba Aksa meminta berhenti.
Cia menatap heran ke arah Aksa "Kenapa ? Apa sudah selesai ?" Tanya-nya polos.
0o0__0o0