AUTHOR TIDAK MENJAMIN KARYA INI ENAK DI BACA. TAPI YANG PENASARAN BISA MAMPIR
Nama adalah doa. Hal itu telah diketahui semua orang.
Banyak orang yang memberi nama anaknya sesuai dengan karakter tokoh idola masing-masing. Sama halnya dengan pasangan Reyhan dan Laura yang memberi nama anaknya Salman Alfarisi.
Keduanya berharap kelak putranya mewarisi segala kebaikan yang ada pada diri salah satu sahabat nabi yang di jamin masuk surga itu.
Namun apa jadinya, jika doa tulus itu di kabulkan Allah? Termasuk soal percintaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ipah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Wajah Aisyah
Fatih sangat senang bisa di terima dengan baik oleh keluarga Aisyah. Kedua orang tuanya dan kakek neneknya sangat humble dengannya. Karena keseharian Fatih sering di habiskan di pondok itu untuk mengajar anak-anak.
Malam kian larut, bersama-sama mereka membereskan meja makan, lalu pergi ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
Lagi-lagi keduanya saling terdiam selama berjalan menuju kamar. Padahal saat di ruang makan tadi, keduanya juga sempat bercakap-cakap. Entah apa yang terjadi dengan keduanya.
Sesampainya di kamar, Fatih mempersilahkan Aisyah membersihkan diri dulu, sebelum akhirnya dirinya.
Malam pertama adalah momen yang di tunggu-tunggu bagi pasangan pengantin baru. Begitu pula dengan Fatih dan Aisyah.
Jantung keduanya berdegup kencang. Apa yang akan mereka katakan pada pasangan masing-masing untuk menjalankan kewajibannya.
Berulang kali Aisyah merapikan dandanannya saat bercermin. Untuk memastikan penampilannya malam ini benar-benar sempurna.
Setelah yakin ia pun keluar kamar mandi, dengan masih mengenakan gamis lebar dan jilbab lebar, tak lupa cadarnya kembali ia pasang.
"Aku sudah selesai mas, sekarang giliran kamu." ucap Aisyah yang duduk di samping Fatih.
Wangi semerbak yang menguar dari tubuh Aisyah membangkitkan jiwa kelaki-lakian Fatih.
"Mas." ulang Aisyah, karena Fatih masih terpaku.
"Eh, iya Ai." balas Fatih dengan suara sedikit serak menahan gejolak di dada. Bergegas ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
'Hanya mencium aromanya saja sudah membuat ku deg-degan seperti ini. Bagaimana nanti ketika aku mendekatinya, dan...' batin Fatih, sambil menghadap sebuah cermin. Dan ia pun menyunggingkan senyum. Ia menghembuskan nafas berulang kali sebelum akhirnya melangkah keluar.
Ia masih melihat Aisyah yang duduk di tempat semula. Dengan langkah pelan ia mendekatinya dan duduk disampingnya. Keduanya saling terdiam, karena malu untuk memulai bicara. Sampai akhirnya,
"Ai." "Mas."
Keduanya serempak berkata, lalu terkekeh pelan.
"Kamu mau bicara apa Ai?"
"Kamu saja yang duluan bicara mas."
"Eh, aku duluan?" Fatih menunjuk batang hidungnya. Aisyah pun tersenyum sambil mengangguk.
"Aku mendadak lupa mau bicara apa Ai. Apakah kamu sudah sangat capek?"
Sebenarnya Aisyah capek, tapi ia menggelengkan kepalanya. Ia pun melempar Fatih dengan pertanyaan yang sama. Meskipun Fatih capek, ia juga menggelengkan kepalanya.
"Apa setiap tidur, kamu juga mengenakan cadar mu?"
Aisyah menggeleng, lalu tangannya bergerak pelan melepaskan ikatan tali cadarnya.
"Sini biar aku bantu." tangan Fatih bergerak membantu istrinya.
Fatih di buat ternganga dengan kecantikan Aisyah yang selalu tersembunyi rapi di balik cadarnya.
"Apa ini wajah aslimu Ai?" celetuk Fatih.
Gadis itu mengernyitkan dahi mendengar ucapan suaminya.
"Memang ada wajah palsu mas?"
"Kamu cantik sekali. Seperti bidadari surga." Aisyah tersipu malu mendengar pujian yang diucapkan suaminya padanya.
"Terima kasih sudah menjaga kecantikan mu, hanya untuk ku saja."
"Apa boleh aku bertanya sesuatu?" Lagi, Aisyah mengangguk sambil tersenyum.
"Kenapa kamu lebih memilih ku daripada Salman? Bukan kah dia lebih segala-galanya dari ku. Lebih tampan dari ku, lebih kaya dari ku, lebih...."
"Cinta itu bukanlah mencari pasangan yang sempurna. Tapi, menerima pasangan kita dengan sempurna. Mungkin mas Salman lebih segala-galanya dari mas Fatih. Tapi pengorbanan mas Fatih dalam mendidik anak-anak lah, yang membuat ku menjatuhkan pilihan pada mu."
Fatih sangat bersyukur, ternyata di dunia ini ada wanita yang tidak menjadikan kehidupan dunia sebagai tolok ukur dalam mencari pasangan hidup.
❤️❤️
Cuma yg baca kayaknya sedikit.
Mungkin revisi judul biar lebih menarik reader.
.
wkk.. wkk.. wkkk uda sam aja nie, kyk Leon lebih parah mala somplak nya... 😀😀😀
emang harus d ajarkan kepada anak untuk. mengenal lingkungan dan beradaftasi dengan baik, ya itulah tanggung jawab sebagai orang tua, serepot apapun itu yg terbaik untuk anak... Semangat Salman Wulan, menjaga baby Maryam...
😄😄😄
wkk... wkkk.. wkkk makanya jgn asal jgn nyosor aja Leon... g sabar amat si, masih bnyak waktu dan kesempatan, terpenting acara aqiqahan berjalan lancar.. 😀😀😀