TEMAN RANJANG SAHABAT IBUKU

Apapun cerita sebenarnya, bagaimana pun kondisi maupun perasaanmu. Jangan terlalu berharap akan ada yang bersimpati padamu. Bersikukuh merebut si dia dari pasangannya hanya akan menganugerahimu cap kotor, perebut pasangan orang, dan berbagai julukan mengerikan lainnya.

***

Yana masuk ke kamar Melani setelah Jefri menghilang dari pandangan matanya. wanita itu tidak ingin tambang emasnya marah. Dia tidak ingin menjadi buruh cuci kain lagi. Dua tahun lebih hidup dengan uang yang diberikan Jefri membuat Yana lupa diri.

Saat mengadakan reuni kemarin, Yana datang dengan Jefri. Teman mereka mengira Yana hanya menumpang mobil Jefri. Tiada yang tahu hubungan Yana dan Jefri. Jika mereka tahu Yana rela menjual anak gadisnya untuk pria itu, mungkin teman-teman mereka akan kaget dan heran.

Semua teman yang dekat dengan Jefri tahu jika dia memiliki istri yang baik. Semua juga tahu hidup Jefri berubah sejak menikahi Manda. Yana hanya diam saat semuanya bertanya tentang istrinya Manda.

Selama ini, Yana tidak pernah ikutan reuni karena malu dengan penampilannya. Berbeda saat ini, dia telah mampu membeli barang bermerek hanya dengan menyebutnya dengan Melani atau Jefri.

Dira adiknya Melani mengikuti langkah ibunya yang masuk ke kamar kakaknya itu. Dira ingin tahu apa yang terjadi. Saat ini adik Lani itu telah mulai remaja. Usianya telah memasuki 16 tahun.

"Apa yang kamu lakukan? Kenapa Jefri pulang tanpa pamit dan tampak marah?" tanya Ibu Yana dengan suara sedikit tinggi.

Lani mengambil selimut dan menutupi tubuhnya. Dia belum sempat berpakaian. Dira melihat pakaian kakaknya yang berserakan di lantai, mengerti jika Lani habis berhubungan.

Dua tahun lalu mungkin Dira belum berpikir macam-macam saat melihat Jefri keluar dari kamar kakaknya. Namun, sejak usianya menginjak 16 tahun dia tahu apa yang dilakukan sepasang manusia jika berada di dalam kamar.

Tanpa Lani dan Yana tahu, Dira juga mulai melakukan hal yang sama untuk mendapatkan uang yang banyak dan barang bermerek seperti yang Lani miliki.

Memang Dira bisa meminta apa yang dia inginkan dengan Lani. Namun, dia ingin uang sendiri dengan jumlah besar tanpa meminta dulu sama kakaknya.

"Aku nggak melakukan apa-apa, Bu," jawab Lani pelan hampir tidak terdengar. Hatinya masih sakit mengingat perlakuan kasar Jefri dalam berhubungan tadi. Telah dua tahun dia berhubungan badan dengan Jefri, selama ini pria itu selalu bersikap manis. Namun, tadi dia memperlakukan Lani seperti pe*la*cur jalanan.

Melani sadar dirinya sama saja dengan wanita yang ada di lokasi, menjual dirinya untuk kesenangan pria. Yang membedakan dirinya hanya satu, dia cuma melayani Jefri. Pria itu tidak pernah mengatakan keinginannya untuk menikahi Lani, mungkin selamanya dia hanyalah teman ranjang sahabat ibunya itu.

"Kalau kamu tidak melakukan apa-apa, mana mungkin Jefri marah!"

"Mungkin Om Jefri marah karena aku pulang telat," ucap Lani lagi.

"Kamu jangan cari masalah. Apa kamu lupa jika hidup kita ini ditanggung Jefri. Apa kamu mau kembali seperti dulu lagi? Makan hanya dengan telur satu butir yang di dadar dengan tepung agar kita bisa menikmati bertiga!"

Dira yang berdiri di ambang pintu menggelengkan kepalanya saat ibu bertanya dengan Lani.

Aku tidak mau hidup susah lagi. Jika Kak Lani sudah tidak bisa menghasilkan uang dari Om Jefri, aku juga bisa melakukan hal sama dengan Kak Lani. Aku juga tidak kalah cantik dari Kak Lani. Pasti ada pria paruh baya seperti Om Jefri yang mau dan menikmati tubuhku.

"Ibu jangan takut, selagi tubuhku ini masih bisa digunakan untuk membuat pria paruh baya itu puas, dia tidak akan meninggalkan aku," ucap Lani dengan membuka selimut memperlihatkan tubuh polosnya.

"Aku rela menjadi ja*lang hanya untuk membuat ibu dan Dira senang. Walau aku harus menjual harga diri dan kebebasanku!"

Melani berkata dengan sedikit emosi. Dia ingin mengeluarkan semua keluh kesahnya. Satu tahun lalu dia pernah mengutarakan niatnya yang ingin mengakhiri semuanya dengan Jefri. Namun, ibunya marah dan tidak setuju. Ibunya membujuk dan memohon pada Lani untuk tetap mau menjadi simpanan Jefri.

"Aku rela mengorbankan semua masa remaja dan kebahagiaanku agar ibu dan Dira bahagia. Walau terkadang aku juga lelah dan jenuh dengan hidup yang aku jalani saat ini," ucap Lani dengan menahan air mata.

"Jangan pura-pura sedih dan menderita. Selama ini kamu juga menikmati semuanya. Ibu hanya mengingatkan kamu, percuma juga jika kamu mengakhirinya. Tidak akan bisa mengembalikan keadaan seperti semula. Semua ini pilihanmu, bukankah dari awal kamu melakukan semua ini atas keinginan kamu sendiri tanpa ada yang meminta dan menyuruh. Jadi ibu ingatkan, kamu telah terlanjur basah, lebih baik mandi sekalian!"

Ibu berbalik badan setelah mengatakan itu, meninggalkan Lani. Tangis Lani pecah saat ibunya telah menutup pintu kamarnya.

Melani telah capek dan lelah menjalankan hidup seperti ini. Namun, dia tidak bisa keluar dari kehidupan seperti saat ini karena ibunya yang tidak menginginkan dia pergi dan keluar dari lingkaran hitam hidupnya.

...****************...