Sadiyah, seorang gadis yatim piatu, terpaksa harus menerima perjodohan dengan cucu dari sahabat kakeknya. Demi mengabulkan permintaan terakhir sahabat kakeknya itu, Sadiyah harus rela mengorbankan masa depannya dengan menikahi pria yang belum pernah ia temui sama sekali.
Kagendra, pengusaha muda yang sukses, terpaksa harus menerima perjodohan dengan cucu dari sahabat kakeknya. Disaat ia sedang menanti kekasih hatinya kembali, dengan terpaksa ia menerima gadis pilihan kakeknya untuk dinikahi.
Setelah pernikahan itu terjadi, Natasha, cinta sejati dari Kagendra kembali untuk menawarkan dan mengembalikan hari-hari bahagia untuk Kagendra.
Apakah Sadiyah harus merelakan pernikahannya dan kembali mengejar cita-citanya yang tertunda? Akankan Kagendra dan Natasha mendapatkan cinta sejati mereka?
Siapa yang akan bersama-sama menemukan cinta sejati? Apakah Sadiyah dan Kagendra? Ataukah Natasha dan Kagendra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raira Megumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Lamaran
“Bagaimana Iyah?” tanya Pak Musa.
Hening....
Semuanya fokus pada Sadiyah dan menunggu jawaban seperti apa yang akan Sadiyah berikan.
Hati Sadiyah semakin bergejolak. Ia teringat kembali percakapannya bersama Aki Musa di telepon kemarin pagi. Aki Musa menghubunginya secara pribadi dan kembali memohon padanya untuk menerima perjodohan ini. Aki Musa mengungkapkan bahwa usianya sudah tidak muda lagi dan mungkin akan segera meninggalkan dunia yang fana ini. Ia anggap perjodohan ini adalah usahanya yang terakhir untuk bisa menunaikan janji pada Junaidi, sahabatnya. Aki Musa berharap ia mampu menunaikan janjinya agar kelak dapat menemui Aki Junaidi dengan kepala yang tegak.
“Bagaimana Neng?” tanya Darmawan lembut.
Sadiyah masih terdiam karena dalam pikirannya masih berseliweran berbagai hal.
Setelah mendapatkan telepon dari Aki Musa, Sadiyah juga ditelepon oleh Indriani. Indriani berharap Sadiyah mampu memberikan kebahagian pada putra satu-satunya itu. Indriani menceritakan sekilas tentang kisah percintaan Kagendra yang tidak mulus sehingga mengakibatkan Kagendra terpuruk sampai sekarang. Indriani sangat berharap perjodohan ini bisa memberikan warna yang indah pada kehidupan anak laki-lakinya itu.
“Diamnya perempuan ketika dilamar berarti setujunya terhadap lamaran yang diterimanya.” ujar Darmawan menegaskan bahwa keluarga Junaidi menerima lamaran dari keluarga Musa.
“Alhamdulillah.” ucap Pak Musa, Yusuf dan Indriani berbarengan.
Sadiyah masih asyik dengan pemikirannya. Ia tidak mendengar bahwa Bibi dan Pamannya telah menerima lamaran dari keluarga Pak Musa.
“Sekarang juga, kami akan mengkhitbah Sadiyah.” seru Pak Musa.
Indriani mengeluarkan kotak beludru berisi cincin berlian yang akan disematkan di jari Sadiyah sebagai tanda bahwa Kagendra telah mengkhitbah Sadiyah.
Indriani meraih tangan kiri Sadiyah dan menyematkan cincin berlian tersebut di jari manisnya.
Sadiyah baru tersadar ketika sebuah cincin emas putih bertahtakan berlian tersemat di jari manis tangan kirinya.
“Eh…” pekik Sadiyah tertahan.
Indriani memeluk Sadiyah dan mencium pipi kiri dan kanannya.
“Terima kasih sudah menerima anak Ibu sebagai calon suami kamu.” bisik Indriani.
Sadiyah gelagapan mendengar apa yang dibisikkan oleh Indriani di telinganya. Ia menatap nanar cincin bertahtakan berlian yang sudah tersematkan dengan manis di jari manisnya.
“Acara khitbah telah dilaksanakan. Sekarang kita bicarakan untuk acara selanjutnya yaitu akad nikah. Aki berharap akad nikah dilangsungkan secepatnya. Bagaimana Aa?” tanya Pak Musa pada cucunya.
“Aa ikut saja apa kata Aki.” jawab Kagendra singkat.
“Aki usulkan akad nikah dilaksanakan minggu depan.” ujar Pak Musa mengejutkan semua orang yang ada di ruangan.
“Maaf Aki. Apa satu minggu itu tidak terlalu cepat?” cicit Sadiyah pelan.
“Aki takut umur Aki tidak sampai jika kalian mengulur waktu pernikahan kalian. Aki ingin menyaksikan pernikahan kalian dan kalau bisa, Aki ingin melihat cicit pertama Aki dari kalian.” harap Pak Musa.
“Bagaimana A, apa kamu setuju jika akad nikah dilaksanakan minggu depan.” tanya Pak Musa pada Kagendra.
Kagendra menganggukan kepalanya tanda setuju.
“Lihat saja, bagaimana nanti nasib kamu setelah menjadi istriku, gadis sombong.” batin Kagendra.
“Alhamdulillah.” seru Pak Musa.
“Alhamdulillah.” Yusuf, Indriani, Darmawan, dan Rostita juga mengucapkan syukur.
“Bagaimana persiapan untuk KUA nya, Wan?” tanya Pak Musa pada Darmawan.
“Insya Allah, semuanya sudah siap, Pak. Begitupun izin dari RT dan Rw sudah dikantongi. Berkas mereka sudah lengkap juga tinggal eksekusi.” jawab Darmawan.
Ternyata Pak Musa dan Darmawan telah menyiapkan semuanya dengan rapi.
************
semangat