Rasa trauma karena mahkotanya direnggut paksa oleh sahabat sendiri membuat Khanza nekat bunuh diri. Namun, percobaannya digagalkan oleh seorang pria bernama Dipta. Pria itu jugalah yang memperkenalkannya kepada Vania, seorang dokter kandungan.
Khanza dan Vania jadi berteman baik. Vania menjadi tempat curhat bagi Khanza yang membuatnya sembuh dari rasa trauma.
Siapa sangka, pertemanan baik mereka tidak bertahan lama disebabkan oleh perasaan yang terbelenggu dalam memilih untuk pergi atau bertahan karena keduanya memiliki perasaan yang sama kepada Dipta. Akhirnya, Vania yang memilih mundur dari medan percintaan karena merasa tidak dicintai. Namun, Khanza merasa bersalah dan tidak sanggup menyakiti hati Vania yang telah baik padanya.
Khanza pun memilih pergi. Dalam pelariannya dia bertemu Ryan, lelaki durjana yang merenggut kesuciannya. Ryan ingin bertanggung jawab atas perbuatannya dahulu. Antara cinta dan tanggung jawab, siapakah yang akan Khanza pilih?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tujuh Belas
Tak terasa telah tiga bulan usia kandungannya Khanza. Sepertinya dia sudah bisa mulai menerima anak dalam rahimnya itu.
Khanza sedang menyiram bunga saat dikejutkan dengan kehadiran Dipta. Pria itu datang dengan membawa rujak serut yang diinginkannya.
"Selamat Sore, Khanza-ku!" seru Dipta.
"Selamat Sore. Mas udah pulang kerja?" tanya Khanza. Tak biasanya Dipta datang sore-sore begini.
"Sudah, dong. Semua pekerjaan telah aku kerjakan, baru aku kesini," ucap Dipta.
Dipta lalu duduk di bangku yang ada di halaman belakang rumah Vania tersebut. Dia lalu mengulurkan sesuatu ke Khanza.
"Ini rujak serut yang kamu mau!" Dipta lalu menyodorkan ke hadapan Khanza.
Khanza terkejut saat mengetahui apa yang Dipta berikan. Kemarin dia memang ada mengatakan kalau dirinya menyukai rujak serut.
"Mas belikan rujak serut?" tanya Khanza dengan raut wajah keheranan.
"Katanya kamu paling suka rujak serut?"
"Aku memang suka, Mas. Tapi aku tak minta dibelikan," jawab Khanza.
"Siapa bilang kamu minta? Aku belikan karena ingat ucapan kamu kemarin.
"Terima kasih, Mas."
Khanza berjalan dan ikut duduk di samping Dipta. Dia langsung menyantap rujak serut itu dengan lahap, pria itu menatapnya sambil tersenyum.
"Besok kamu mau dibelikan apa?" tanya Dipta.
Khanza memandang Dipta dengan mata yang berbinar-binar, "Hmm, aku tidak tahu, Mas. Apa tak menginginkan apa-apa?" katanya dengan suara yang ceria.
Dipta tersenyum dan membalas, "Bagaimana kalau besok aku belikan es krim? Aku tahu kamu suka es krim."
Khanza mengangguk dengan antusias, "Wah, aku suka! Tapi, tak perlu Mas belikan. Aku malu, setiap hari ada aja yang kamu belikan, terima kasih,Mas. Aku selalu saja merepotkan."
Dipta tersenyum dan membalas, "Tidak ada yang merasa direpotkan. Dan kamu juga tak perlu berterima kasih, Khanza. Aku senang membuat kamu bahagia."
"Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih, Mas. Karena untuk membalas semua kebaikanmu, aku tak mampu."
"Aku tak butuh balasan," ucap Dipta.
Khanza lalu meneruskan menyantap rujak serut itu dengan lahap, sementara Dipta menatapnya dengan senyum yang hangat. Mereka berdua menikmati waktu bersama, menikmati kehangatan dan kebersamaan. Tanpa mereka sadari dari tadi Vania menatap keduanya.
"Dipta, dulu aku mengenalmu secara tidak sengaja, mencintaimu secara tiba-tiba dan harus melupakan kamu secara terpaksa. Apakah aku harus mengikhlaskan'mu? Memilikimu saja aku belum sempat, bagaimana caranya agar aku bisa mengikhlaskan kamu?" tanya Vania pada dirinya sendiri dengan terisak.
Vania berjalan pelan meninggalkan halaman belakang rumahnya itu. Dia kembali masuk ke ruang prakteknya. Dia sudah berusaha menepis rasa cinta ini, tapi tak mampu.
Di dalam ruangan itu tangis Vania akhirnya pecah. Walau dia belum pernah mendengar ucapan cinta dari bibir Dipta untuk Khanza, tapi perhatian yang diberikan pria itu sudah dapat menyimpulkan apa yang dirasakan.
Duhai hati, kamu baik-baik saja'kan? Tidak seharusnya aku pertanyakan itu. Menangis saja. Tak apa, menangislah! Kadang tak baik menahan emosi yang seharusnya dikeluarkan. Namun, jika bisa jangan sampai ada yang tahu kamu menangis. Mencintai dalam diam tak selalu berakhir manis, tapi jika kita mau mengambil bagian untuk berprasangka baik pada Allah. InsyaAllah akan manis meskipun tak bersama dia yang kamu idamkan selama ini. Barangkali di bagian bumi sana ada seseorang yang mendoakan kamu meskipun tak tahu namamu.
Setelah cukup puas menangis, Vania lalu mengambil gawainya. Membuka halaman sosial media miliknya. Melihat kembali foto-foto dirinya dan Dipta saat liburan.
Lalu dia melihat akun milik orang lain. Dia melihat foto-foto gadis yang cantik dengan hijab dikepala.
"Apakah aku sebaiknya memakai hijab saja. Kalau begitu, mulai besok aku mau beli hijab dan baju yang sesuai," gumam Vania dalam hatinya.
Vania menyapu sedikit bedak di wajahnya agar tak terlihat bekas menangisnya. Setelah itu dia keluar.
"Aku tak boleh begini. Mereka berdua tak salah," ucap Vania.
Vania keluar dari ruang pemeriksaan itu. Dia berjalan menuju taman, dimana Khanza dan Dipta berada.
"Hei, Dip. Kapan datang?" tanya Vania, dia berpura-pura baru melihat pria itu.
"Baru aja. Eh, aku ada bawa rujak serut. Apa kamu suka? Tadi sekalian beli untuk Khanza," ujar Dipta.
"Aku nggak terlalu suka. Tapi, bolehlah." Vania lalu mengambil rujak serut itu.
Vania duduk di samping Dipta. Pria itu berada ditengah-tengah antara Vania dan Khanza. Bertiga mereka mengobrol apa saja.
"Mas Dipta, apa ada pekerjaan untukku?" tanya Khanza ditengah obrolan mereka.
"Kamu sedang hamil, untuk apa kerja?" Dipta balik bertanya.
"Mas, jika anak ini telah lahir, otomatis aku akan banyak butuh uang."
Vania memandangi wajah Khanza dengan tersenyum. Dia lalu menarik napas dalam.
"Kamu'kan udah kerja denganku. Membantuku. Jadi, semua kebutuhan untuk bayimu menjadi tanggung jawabku," balas Vania.
Vania sudah dari awal berniat menjadi ibu angkat untuk anaknya Khanza.
"Aku juga akan membantu membeli kebutuhannya nanti," kata Dipta.
"Mas Dipta, Mbak Vania ... kalian berdua sudah sangat baik. Aku tak tau harus membalas apa atas kebaikan kalian berdua. Tapi, tak mungkin selamanya aku bergantung dengan Mas dan Mbak Vania. Aku juga ingin bekerja, karena mungkin suatu hari aku mau ngontrak atau tinggal di kota yang berbeda. Aku ingin menabung untuk itu semua," ucap Khanza.
Dipta dan Vania serempak memandang ke arah Khanza, mendengar ucapannya. Mereka berdua, sepertinya terkejut dengan perkataan dan ucapannya.
"Apa kamu tak betah tinggal di sini?" tanya Vania. Dia takut pernah melakukan sesuatu yang membuat Khanza tak nyaman. Siapa tahu karena rasa cemburunya, tanpa sadar die melakukan atau mengucapkan hal yang membuat Khanza tak betah.
"Mbak, kamu orang baik, bahkan sangat baik. Tak pernah kamu menyakitiku. Justru aku yang takut, jika ada perkataanku yang menyakiti kamu. Aku juga tak mungkin selamanya tinggal di sini. Pasti suatu hari kamu akan berumah tangga," jawab Khanza.
"Kamu akan selamanya berada di dekat kami, Khanza. Jika suatu hari Vania menikah, aku akan mencarikan tempat tinggal sekitar sini untukmu. Aku tak mau kamu pergi. Aku orang pertama yang akan memohon padamu untuk tetap berada di sampingku," ucap Dipta.
"Terima kasih, Mas. Sekali lagi terima kasih tas semau kebaikanmu, dan niat baikmu. Tapi, suatu hari kita pasti akan memiliki kehidupan masing-masing. Tak mungkin kita akan bersama terus. Apa nanti yang dipikirkan pasanganmu, Mas?"
Dipta tampak menarik napas. Sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu, tapi sedikit sulit.
"Khanza, jika aku memintamu untuk tetap berada di sampingku selamanya, apakah kamu bersedia?" tanya Dipta.
Pertanyaan Dipta itu mampu membuat kedua wanita yang berada disampingnya terkejut. Mereka sepertinya sama-sama tak percaya jika pria itu akan mengatakan hal tersebut.
**
Selamat Pagi semuanya. Mama mohon dukungannya, tetap membaca setiap novel ini update, menjelang bab 20 agar retensinya tercapai. Jangan lupa like dan komentarnya. Lope-lope sekebon jeruk. 😘😘😘
Terima kasih.
Semoga kalean selalu dalam lindungan Alloh SWT dan selalu di jaga oleh mama Reni 🤗🤗😍😍
tapi kali ini dia berada di tempat yang tepat.
tanpa ada konflik dalam hubungan orang...
semoga kamu betah ya Khanza...
hadapi rintangan dengan senyuman...